5. EPISODE KELIMA : MEMORI

44 11 1
                                    

Hari Pertama di Waterhall No. 34

KRING! KRING! Bunyi sepeda berkeranjang warna coklat memecah kesunyian jalan Waterhall di siang hari. Seorang gadis umur 12 tahun dengan rambut coklat sebahu yang berseragam Greenhalze Junior High School mengayuh sepedanya santai. Sementara remaja laki-laki yang berseragam sama dan berwajah mirip dengan gadis itu juga bersepeda beriringan.

"Zee, ayo kita balapan! Siapa yang sampai rumah paling akhir, dia akan mengerjakan PR si pemenang. Setuju?" Seru si laki-laki.

"Oke! Tidak masalah." Gadis yang bernama Zee itu mengangguk.

Kemudian mereka mengayuh sepeda masing-masing secepat mungkin menuju rumah no. 35 yang berada di ujung Jalan Waterhall.

"Kau tidak akan menang!" Seru si laki-laki.

"Begitu pikirmu, Nick?!" Zee berteriak dan mendahului remaja laki-laki bernama Nick itu.

Nick tidak mau kalah. Dia sudah berhasil menyusul Zee. Mereka kejar-kejaran. Kadang Zee di depan, beberapa detik berikutnya Nick memimpin.

"Aku akan menang!" Teriak Nick karena beberapa meter lagi mereka akan sampai garis finish yaitu halaman rumah mereka.

"Aku tidak akan kalah!" Zee menyejajari laju Nick. Sepuluh meter lagi. Posisi mereka kini beriringan.

"ARGH!!" Mereka berteriak bersamaan, tapi tiba-tiba saja pintu mobil yang parkir di tepi jalan tepat berhadapan dengan halaman rumah mereka, terbuka.

Zee yang menyejajari laju Nick dengan kecepatan tinggi dan posisinya paling dekat dengan mobil itu berada, langsung berteriak. "TIDAK!!"

GUBRAK! BRAK! Dia membentur pintu mobil yang terbuka dan terjatuh di jalan. Sementara Nick yang posisinya jauh lebih aman, terus melaju hingga masuk ke halaman rumah mereka.

Si pelaku yang ternyata seorang pria, terburu-buru turun dari mobil. Wajahnya sangat shock dan merasa bersalah, saat dilihatnya Zee masih merintih kesakitan.

Nick yang baru sadar dengan keberadaan Zee, berseru panik. "Oh God! Zee?! Bagaimana bisa?!" Nick menghempaskan sepedanya dan segera berlari mendekati Zee. "Are you okay!?"

Pria itu berlutut di sebelah Zee. "Aku tidak sengaja. Sama sekali aku tidak ada maksud untuk mencelakaimu seperti ini. I'm so sorry." Matanya tertuju pada betis Zee yang juga mengeluarkan darah. "Aku antar kau ke rumah sakit." Dia bersiap menggendong Zee.

Zee hanya merintih dan memegangi lututnya yang terluka dan tergores. Juga lengan kanan seragamnya yang tadinya putih, kini bernoda darah dan robek.

"Hei Tuan!" Suara Nick membuat pria itu mengurungkan niatnya. "Tidak usah repot-repot!" Nick juga berlutut di samping Zee. "Ayo kita masuk!" Nick melingkarkan tangan Zee ke bahunya dan membantunya berdiri.

”Aku harus membawanya ke rumah sakit. Lukanya perlu diobati segera." pria itu memaksa.

"Stop di situ!" Nick mengeluarkan wajah galaknya. "Saudaraku tidak butuh bantuan!" Dia memapah Zee masuk halaman rumah.

Pria itu yang awalnya terdiam atas sikap ekstrim Nick, begegas membantu menuntun sepeda Zee yang tergeletak menyedihkan. Dia mengikuti kedua remaja itu sambil terus memohon maaf. "Aku benar-benar minta maaf atas tindakanku yang tidak sengaja ini, sehingga kau terluka parah."

Zee menoleh dan tersenyum. "Tidak apa-apa." Bisiknya.

"Sekali lagi, aku minta maaf. Kalau kau butuh obat atau dokter, aku bersedia membantu kapan saja." Pria itu menyandarkan sepeda di undakan teras rumah keluarga Thompson. Kemudian, dia melanjutkan. "Mungkin ini bukan waktu yang tepat, tapi... Namaku Ben Knight. Mulai hari ini, aku akan tinggal di sini sebagai tetangga depan rumah kalian." Dia memperkenalkan diri.

LOVE AT THE NEIGHBORHOODWhere stories live. Discover now