BAB 21 [Kebersamaan Ini]

Start from the beginning
                                    

Meira ikut tersenyum manis ketika menerima es krim yang diberikan oleh Marvel itu. "Makasih, sayang."

Marvel terkekeh mendengarnya, karena bagaimanapun juga, Meira begitu jarang memanggilnya dengan panggilan tersebut.

"Marvel!"

Marvel yang baru saja berniat membuka es krimnya sendiri, mengurungkan niatnya ketika indra pendengarannya mendengar suara manja yang memanggil namanya. Pada akhirnya Marvel menatap Meira kembali, gadis yang memanggil namanya dengan suara yang begitu Marvel sukai. "Ada apa, hem?" Tanyanya dengan nada yang terdengar begitu lembut dan juga perhatian.

Meira tidak menjawab pertanyaan Marvel, gadis itu justru sedikit bergerak memutar tubuhnya kearah kiri. Tanpa di duga oleh Marvel, Meira merebahkan kepalanya tepat di paha Marvel, menjadikannya sebagai bantal yang bagi Meira terasa begitu nyaman.

"Numpang tiduran, ya? Meira menatap mata Marvel sambil tersenyum manis.

Marvel yang tadinya terlihat kebingungan, sekarang ikut tersenyum manis dengan tangan kirinya yang bebas, mengusap puncak kepala Meira. "Tiduran aja, tapi itu es krimnya di makan!" Katanya sambil melirik es krim yang ada di tangan Meira.

Meira mengangguk, lalu melahap es krim tersebut dengan begitu semangat. Gadis itu terlihat mulai menikmati rasa es krim yang meleleh di dalam mulutnya, dan juga mulai menikmati kebersamaannya dengan Marvel di tempat yang terasa begitu tenang seperti ini.

Marvel sendiri, kali ini juga terlihat begitu menikmati kebersamaannya dengan Meira. Walaupun banyak pengganggu didalam pikiran Marvel, namun sebisa mungkin Marvel tidak menunjukannya kepada Meira. Tidak seperti Meira yang di mata Marvel terlihat dengan jelas sebuah kecemasan yang tengah di rasakan Meira. Walaupun Meira berusaha menutupinya, tapi bagaimanapun juga Marvel tetap bisa membacanya.

••••• 

Kedua bola mata itu, menatap rak-rak yang mempunyai tinggi lebih dari sang pemilik mata tersebut. Dia melakukannya sambil berjalan melewati rak-rak tersebut. Dia terus saja menyusuri rak-rak itu sambil menatap setiap jejeran buku yang terpajang disana, dan tangannya juga ikut serta menyentuh ujung buku-buku yang di lewatinya. 

Siang ini, di jam istirahat, gadis itu lebih memilih mendatangi perpustakaan terlebih dahulu untuk mencari salah satu buku karya sastra yang akan dia gunakan sebagai salah satu bahan tugas sekolahnya.

Setelah beberapa waktu, bibir tipis dengan warna merah alami miliknya terlihat melengkung dengan lengkungan yang begitu indah, menambah kesan manis di wajah cantik milik gadis tersebut.

"Akhirnya ketemu juga." Gadis itu berucap lirih dengan senyuman yang masih dia perlihatkan.

Dengan perlahan, tangan kanannya menarik sebuah buku bersampul merah dan hitam dengan judul 'Kumpulan Karya Sastra' yang berwarna putih.

"Qi, gue nemuin bukunya."

Gadis itu membalikan badan dengan gerakan yang terlampau cepat, sambil memegang erat buku yang tadi dia ambil. Sepertinya dia terlalu bersemangat saat membalikan tubuhnya, sampai-sampai dia menabrak seseorang yang ada di belakangnya, seseorang yang tengah dia ajak bicara.

"Qi_"

Gadis itu mengerutkan dahinya ketika hal pertama yang dia lihat bukan sebuah kaki jenjang yang tertutupi kaos kaki dan juga sebuah rok dengan panjang sampai lutut. Namun, yang dia lihat adalah sebuah celana sekolah yang panjangnya hanha sampai sebatas lutut saja dan juga yang lebih terlihat seperti celana pensil.

"Udah?"

Baru saja gadis itu ingin menatap seseorang yang dia tabrak tadi dengan gerakam mata yang perlahan karena dia sedikit merasa takut jika ternyata yang dia tabrak adalah lelaki dengan sifat dan sikap yang keras. Namun, mendengar suara tadi membuat gadis itu segera menatap lelaki di depannya dengan gerakan yang begitu cepat, dan juga dengan detakan jantung yang tidak seperti biasanya.

"Kenapa lo yang disini? Qia mana?"

Angel menatap Lay dengan tatapan bingung. Sedangkan Lay yang sejak tadi berdiri bersandar di rak buku dengan kedua tangan yang bersedekap dada dan juga wajah yang miring menghadap kearah Angel itu, tersenyum miring yang membuatnya terlihat misterius.

"Kenapa?" Lay balik bertanya dengan sebelah alis yang terangkat. "Ini perpustakaan sekolah, jadi semua siswa siswi sekolah ini boleh dateng kesini." Lanjut Lay.

Kerutan di dahi Angel mulai menghilang dengan sendirinya. Kali ini, gadis itu menunjukan ekspresi yang bermacam-macam. "Iya, tau." Jawabnya dengan kedua pipi yang entah kenapa terlihat memerah. "Tapi tadi yang di belakang gue itu Qia." Apa yang di katakan oleh Angel itu benar. Sejak Angel datang ke perpustakaan, Qia berjalan tepat di belakang Angel. Lima menit yang lalu saja, Angel masih berbincang dengan Qia tapi sekarang gadis itu entah ada dimana.

Lagi, Lay tersenyum yang kali ini sebuah lengkungan kecil, bukan lagi sebuah senyuman miring. Membuat Angel salah tingkah tanpa Angel tahu apa alasannya. "Disana!" Telunjuk tangan kanan Lay mengarah kesamping tuhuhnya tanpa melihat kearah yang di tunjuknya, karena tatapannya hanya terfokus kearah Angel.

Angel mengikuti arah telunjuk Lay. Ternyata disana, Qia sedang berjalan menuju pintu utama masuk perpustakaan ini dengan seseorang yang sedikit sulit di kenali oleh Angel karena yang terlihat hanya bagian belakangnya saja. "Dia sama siapa?" Angel bergumam pelan sambil menyipitkan matanya.

Tanpa sepengetahuan Angel, Lay yang melihat ekspresi Angel tersebut sampai tersenyum dengan begitu tulus. Lelaki itu sampai tidak berkedip menatap Angel, karena baginya ekspresi Angel kali ini begitu manis. "Rizky." Lay akhirnya berucap untuk menjawab kebingungan Angel.

Tatapan Angel akhirnya beralih untuk menatap Lay kembali. "Kak Rizky, temennya kak Marvel?"

Lay membenarkan posisi tubuhnya menjadi berdiri tegak sepenuhnya dan juga menjadi berhadapan dengan Angel. "Iya."

Angel menelan ludahnya dengan perasaan yang tidak enak ketika kedua bola matanya menatap kedua bola mata Lay yang terlihat tajam. Wajah Lay pun tidak menggambarkan satu ekspresi pun yang membuat perasaan Angel semakin tidak menentu.

Tubuh Angel terlonjak yang di detik selanjutnya, dirinya berjalan kearah kiri. "Lay!" Di tengah langkahnya, Angel memanggil nama lelaki yang tadi tiba-tiba menarik dirinya untuk mengikuti langkah lelaki tersebut.

Dalam keterdiaman yang sempat terjadi diantara mereka berdua, Angel menatap pergelangan tangan kirinya yang di sentuh oleh tangan kanan Lay. Gadis itu merasakan dengan pasti sebuah rasa yang sulit Angel gambarkan.

Belum lama mereka bejalan, Lay sudah menghentikan langkahnya. Kemudian, tangannya yang tidak memegang tangan Angel, menarik salah satu kursi perustakaan. "Duduk!" Titahnya sambil menatap Angel, dan juga sambil melepaskan secara perlahan tangan Angel dari genggamannya.

Angel terlihat bingung dengan tingkah Lay karena pada dasarnya, Lay adalah sosok yang sulit di tebak. Dari segi sifat, tingkah, bahka juga ekspresi wajah, Lay sungguh susah untuk di tebak.

"Niatnya mau langsung ngerjain tugasnya, kan? Ya udah, kerjain sekarang!" Lay berujar sambil menatap dua buku yang Angel pegang.

Masih dengan ekspresi yang terlihat bingung, Angel akhirnya memilih duduk di kursi tersebut setelah meletakan buku yang di bawanya keatas meja didepannya. "Qia nya gimana?" Angel mendongakan kepalanya untuk melihat Lay yang berdiri dibelakangnya. Bagaimanapun juga, dia berniat mengerjakan tugas ini bersama dengan Qia, tapi sekarang Qia justri pergi entah kemana dengan Rizky.

Lay mendengus pelan, lalu menarik kursi lain. Dan lelaki itu akhirnya mendudukan dirinya sendiri tepat disamping Angel.

"Kerjain aja!" Titah Lay sambil menidurkan kepalanya diatas tumpukan kedua tangannya sendiri yang terlipat diatas meja. "Gue temenin." Lanjutnya tanpa melepaskan tatapannya dari Angel.

•••••

TBC

MarvelMeira [END]Where stories live. Discover now