11. Flashdisk

243 41 4
                                    

Happy reading!

Feedback dari kalian bikin aku semangat💖


▪︎▪︎▪︎

Hari terakhir ujian kelulusan.


Sebentar, aku sangat bahagia sekarang. Rasanya seperti aku ingin menggigit lipstick yang aku pegang sekarang.

Wajahku bersemu, seperti orang jatuh cinta— ah,

Tapi setelah ini mungkin aku banyak menangis, mengingat aku menentang kedua orang tuaku, ah lebih tepatnya mama untuk menunggu hingga aku selesai ujian.


Aku nyaris lupa, pantas saja kemarin-kemarin tidak ada perdebatan lagi. Mungkin hari ini, atau jika mereka tidak sabar bahkan satu detik aku menginjakkan kaki di pintu rumah? Haha.

Terserahlah. Aku bisa kabur. Aku tidak bisa menahan, lebih tepatnya tidak usah menahan. Hanya menunggu nilai ujian— aku menikmati libur untuk bersantai dan sedikit waktu untuk mengurus daftar perguruan tinggi.

Akhirnya aku berada di waktu ini.


Tin.


Terdengar klaksonan di depan rumah, aku bergegas membereskan alat make up ku. Namun kali ini aku membawa lipstick karena bibirku pucat dan orang-orang akan mulai bertanya, entah karena khawatir atau penasaran, jadi aku bawa saja.

Saat aku membuka pintu, si Taeyong muncul di hadapanku dengan wajah khas bangun tidurnya, namun aku tidak menemukan cairan atau sesuatu yang mengering di wajahnya.

Ah iya, dia tidur dengan elegan haha.

Namun saat aku maju dia malah menahanku dengan berdiri di depanku, menghalangi jalan.

“Kenapa?” kataku datar.

“Flashdisk, penting.” Dia juga tak kalah datar.


Tin.


“Ambil aja di dalem. Deket meja.”

Aku melewatinya terburu-buru, Xiaojun sudah mengklakson dua kali. Omong-omong, aku memberikannya dengan mudah? tidak ada apa-apa di flashdisk itu. Jadi ya, terserahlah.



Author POV



Taeyong menoleh kebelakang, menatap adiknya yang menuruni tangga dengan terburu-buru.

Sebenarnya, tadi Taeyong hendak menyemangati anak itu, tapi Ia urungkan,  dilihatnya anak itu sedang terburu-buru, Taeyong menginginkan fokusnya, agar Anna tau bahwa Taeyong tidak sepenuhnya berperan antagonis di kehidupan adik satu-satunya itu.

Jiwa sebagai kakak laki-laki sebagai pelindung dan teman melekat di diri Taeyong, ya mungkin selama ini telah lama tertutup debu.

Taeyong berpikir mungkin saja tak lama lagi Ia di sini, dan dibantu Yuta, Taeyong banyak menerima masukan. Jika kalian berpikir Yuta itu teman yang tidak baik untuk Taeyong, itu tidak sepenuhnya benar, sisi lain Yuta berbanding terbalik dengan dugaan orang-orang.

Ya intinya, Taeyong menyayangi adiknya itu namun tidak tau caranya mengungkapkannya.

Sebelum masuk, Ia mengambil ponselnya, membuka blokir di line. Satu perubahan kecil dimulainya.

“Dek, kalo kamu butuh. Kakak disini.”  Gumamnya dan memutar knop pintu.

Konsep remaja perempuan, identik di kamar adiknya, lemari kaca penuh boneka pembelian orang-orang yang menyayanginya, kecuali dari Taeyong.

“Seenggaknya kalo kakak beneran pergi, kakak harus ngasih satu buat di sana ya?” Taeyong tersenyum kecil sambil menatap boneka berwarna-warni dengan beragam visual di sana.


Taeyong beralih ke meja belajar adiknya, ada satu flasdisk di atas sana dan Taeyong bergegas mengambilnya.


Baru ingin berbalik keluar, insting Taeyong menangkap sesuatu, sebuah sudut kertas berwarna perak terselip di susunan novel dan kamus di samping flasdisk yang Ia temukan tadi.

Taeyong merasa tidak asing dengan itu. Ia pelan-pelan menariknya, yang Ia temukan adalah bekas kapsul parasetamol dengan ukuran untuk satu pil.

“Iya pas banget, jadi inget aku juga perlu ini.”

Ya mengingat beberapa hari ini ada tugas mendadak di kampusnya dan Taeyong tidak istirahat dengan baik.

Taeyong beralih ke dapur, memeriksa kotak obat dan mencari obat serupa.


“Loh, ga ada?”

SiblingWhere stories live. Discover now