4. Hangout

288 41 0
                                    

Saat orang tua kami pulang, suasana kembali keruh seperti kemarin.

Ya, aku hanya bisa menghela nafas. Menjernihkan pikiranku, namun berbeda dengan Lee Taeyong.

Laki-laki brengsek itu kembali melarikan diri dari rumah.

Aku mulai berpikir, betapa lemahnya mental anak itu hahaha. Aku juga curiga apa dia ke klub malam, merokok atau hal tidak terduga lainnya.

Masa bodoh, dia juga tidak peduli kami.

Hari sudah semakin malam, Xiaojun menelponku, mengajak keluar.

Tepat sekali, aku tidak bisa terus-terusan disini, rasanya aku ingin selalu menangis.

Aku mengetuk pintu kamar mereka. Mendadak hening.

"Aku keluar ya, sama Xiaojun. Jangan khawatir, aku pulang tepat waktu kok."

Tanpa menunggu sahutan, aku menuruni tangga menuju depan rumah. Memang cuacanya agak dingin setelah hujan, tapi terasa segar.

Aku harap mereka berbicara baik-baik saat kami tidak di rumah.


"Anak-anak—"

"Biar anak-anak yang mutusin ikut siapa."

Brengsek. Sialan.


Tin.

Aku melotot, kaget.

"Liana! Lian!"

Kenapa Xiaojun suka sekali mengagetkan orang, sih.

Kemudian dia menghampiriku yang beridiri di teras rumah.

"Aku perlu kasih tau mama kamu?"

Aku menggeleng, "Jam sembilan aku harus pulang."

"Oh, yaudah."

▪︎▪︎▪︎

"Aku ganggu ya?"

Aku menoleh, "Maksudnya?"

"Kamu kayak ga mood gitu."

Tidak, ini bukan salahnya justru dia membantuku.

"Ga kok Jun."

"Aku ga enak, kamu lagi ada masalah ya? Kasih tau aja, seenggaknya walaupun ga bisa bantu, aku bisa hibur kamu."

Apa hanya dia yang mengerti? Mengingat betapa kacaunya aku akhir-akhir ini.

"Na?"

"Eumm?"

Aku menggigit bibir bawahku dan menoleh.

Ia memalingkan wajah dan memutar stir mobilnya untuk berhenti di tepi jalanan yang ramai.

"Kenapa?" kataku.

"Kenapa nangis? Aku salah ya?"

Xiaojun benar-benar, aku tidak mengerti, dan kenapa mataku berair?

"Kamu lagi ada masalah dan aku memperburuk?"

"Ga gitu—"

"Yaudah mungkin kamu capek, puter balik aja gimana?"

Aku menggeleng cepat.

"Aku ga bisa di rumah, makanya aku bersyukur kamu ngajak keluar." Ucapku sedikit ragu.

Tatapannya melembut, "Jadi aku dapet misi untuk balikin mood kamu ya."

Aku tersenyum, aku rasa airmataku kembali mengering sebelum jatuh, "Ya intinya ajak aku makan es krim lah!"

Xiaojun terkekeh, "Yaudah iya, tapi kamu yang traktir ya?"

Aku menatap tajam, "Et? Yang ngajak keluar?"

"Iya, dasar lion."

Panggilan lainku setelah liana, lion. Mungkin aku segarang singa dimata orang?

Entahlah, tapi jika Xiaojun menyebutku seperti itu, rasanya berbed.

Apa sih?



▪︎▪︎▪︎



Xiaojun mentraktirku es krim di baskin robbins, sudah aku duga ini tempat biasa jika dia menginginkan es krim.

Selagi Xiaojun memesan, aku menunggu di sini. Di meja bagian pojok yang dekat dengan kaca. Aku suka melihat jalanan begitu juga dengan Xiaojun.

"Tada!"

XIaojun datang membawa nampan berisi 2 cup es krim dengan struk nya.

"Wah thanks hehe." Aku menyengir dan dia hanya tersenyum, aku tidak tau ekspresinya selain tersenyum dan tertawa, sudah lama kami berteman tapi tak sekalipun Ia menunjukkan wajah sebal dan marahnya.

"Abis ini mau kemana lagi?" tanyanya.

"Danau yang ada lampionnya." Sahutku selagi menikmati es krim.

"Umm, ga jauh dari sini. Jalan aja ya?"

Aku terdiam, mungkin maksud Xiaojun jalanan tempat-tempat dalam tanda kutip.

"Gang gang?"

"Ada aku, na."

SiblingWhere stories live. Discover now