Kaira Love Story - 16

759 112 2
                                    

Buat yang minat PDF semua cerita Qie

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Buat yang minat PDF semua cerita Qie. Chat aja ya☺

❤❤❤



Allarick ikut berlari kencang ketika melihat Kaira berlari keluar ballroom hotel di susul Keira di belakangnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Allarick ikut berlari kencang ketika melihat Kaira berlari keluar ballroom hotel di susul Keira di belakangnya. Allarick yakin ada sesuatu yang terjadi sehingga wajah mereka terlihat cemas.


Mobil yang di kendarai oleh Kaira melaju dengan cepat. Allarick berusaha mengejar. Dia tak ingin terjadi sesuatu pada Kaira. Saat berhasil mengejar Kaira, Allarick menekan klaksonnya beberapa kali. Kaira membuka jendela kacanya menatap datar pada Allarick.

"Stop Kai." teriak Allarick.

Kaira memutar bola matanya dengan malas lalu menutup kembali jendela mobilnya tanpa mengikuti perintah Allarick. Dia menginjak dalam gas mobil agar cepat sampai di rumah sakit.

Kaira memarkirkan mobilnya sembarangan di depan lobi rumah sakit membuat seorang satpam terpaksa mengejarnya. Namun karena tidak ingin di ganggu, Kaira melemparkan kunci mobilnya pada satpam itu.

"Dirgantara." ujarnya lalu berlari.

Dirgantara. Satu nama yang sudah tersohor. Selain keluarga Alandra, keluarga Dirgantara juga dikenal dengan baik dalam dunia kesehatan. Apa lagi Aliandra Rezky Dirgantara yang merupakan dokter senior bedah terbaik di Jakarta.

"Gimana Mama?" tanya Kaira dengan nafas ngos-ngosan.

"Mama masih di dalam." lirih Azkia. Kaira memeluk adiknya. Mereka harus saling menguatkan.

Saat pintu ruang UGD terbuka mereka semua mendekati dokter yang memeriksa Ara.

"Bagaimana keadaan mama saya?" tanya Habib.

"Alhamdulillah Bu Ara baik-baik saja. Beliau hanya kelelahan."

"Tapi Mama nggak pernah sampai pingsan. Ini pertama kalinya." meski dokter berkata Ara baik-baik saja namun belum ada raut wajah lega di wajah kesembilan beradik itu.

"Semua ini karena tumor yang ada di otak Bu Ara. Beliau memang tidak boleh kelelahan karena itu dapat membuat otaknya bekerja keras."

"Tumor?" sebuah tanya tak percaya dengan sedikit jeritan keluar dari bibir Keira.

"Ya, tumor. Tapi tenang, kita masih bisa menyembuhkan Bu Ara dengan jalan operasi."

Lian mengangkat kepala saat anak-anaknya menatap penuh tanya. Lian bangkit dari duduknya yang sedang memeluk Louisa.

"Mama bisa sembuh. Percaya pada Papa."

"Jadi Papa tahu?" tanya Kaira.

"Ya, Papa tahu. Awalnya memang Papa ingin memberitahu kalian semua agar lebih mudah menjaga Mama. Tapi Mama sudah lebih dulu berpesan pada Papa agar tidak memberitahu kalian semua karena Mama tidak mau di perlakukan seperti orang penyakitan."

"Ya Allah Mama."

Kaira tahu, mama tidak ingin membuat anak-anaknya khawatir.

"Kapan operasi pengangkatan tumor itu bisa di lakukan?" Lian harus memastikan ini. Atau dia akan gila bila melihat istrinya yang kesakitan atau tiba-tiba pingsan seperti saat ini.

"Segera. Setelah Bu Ara sadar, kita akan melakukan pengecekan secara menyeluruh untuk mengetahui kondisinya bisa menjalani operasi atau tidak."

°•°•°•°

"Hai."

Lamunan Kaira buyar saat mendengar sebuah suara datang menyapanya. Heem, kalau tak salah ingat lelaki ini yang dia kali menabraknya.

"Kamu ngapain di sini?" Bumi mengambil duduk tepat di sebelah Kaira, membuat Kaira menggeser duduknya.

"Bukan urusan lo."

Bumi tertawa pelan mendapat jawaban ketus dari Kaira. Menarik. "Dari tadi aku liat kamu ngelamun. Kalau ada masalah dan butuh tempat berbagi, aku siap."

Kaira menoleh dan melihat senyuman tulus dari lelaki yang baru dia ingat bernama Bumi itu. Kepalanya kembali menatap jauh ke depan. "Nyokap gue sakit. Dan besok jadwal operasinya. Gue cuma takut jika nyokap ..."

Kaira tak sanggup melanjutkan ucapannya. Dia tak ingin berpikiran buruk tapi entah kenapa hatinya merasa tak tenang.

"Yang aku tahu, Allah itu mengikuti prasangka hamba-Nya. Kalau belum apa-apa kamu berpikiran buruk, nanti yang ada itu yang bakalan terjadi. Lebih baik kamu berpikiran positif dan berdoa supaya Mama kamu di sehatkan dan di lancarkan operasinya."

Bumi benar, dia tak boleh seperti ini. Seolah dia tahu apa yang akan terjadi pada mamanya. Kepala Kaira menoleh dan tersenyum tulus untuk pertama kalinya pada Bima.

"Thanks." ucapnya lalu pergi meninggalkan Bumi.

Bumi sendiri tertegun sesaat pada senyum manis Kaira. Dia terpanah dan terpikat pada gadis Dirgantara itu.

Rencana gue berhasil buat dia melirik gue. Tapi gue juga terpikat sama dia. Astaga, ngamuk ini pasti tuh orang kalau tahu gue ada hati sama si Kaira. Ah bodo amat. Urusan hati mah urusan gue, bukan urusan dia.

❤❤❤

Semoga suka..

Follow Qie ya..

💞 IG : rizqieaathar
💞 FB : Rizqiea Athar
💞 WA : 083178907170

💋Qie

Palembang, 10 Agustus 2019

Twins Series : Kaira Love Story (Kaira Shaquilla Dirgantara)Where stories live. Discover now