"Kan aku gak jalan kaki."

"Terus?"

"Tadi ketemu kak Agatha." Meira tidak langung mengatakan semuanya. Dia sengaja karena ingin melihat reaksi Marvel, dan ternyata Marvel hanya menaikan sebelah alisnya saja yang membuat Meira mendengus. "Tadi gak sengaja ketemu di jalan, dan kak Agatha nawarin tumpangan yang akhirnya aku terima. Jadi tadi kak Agatha nganterin aku sampai depan."

"Gak kamu tawarin buat mampir?"

"Ih, gila ya?"

Marvel melepaskan jaketnya sambil terkekeh. Dia tahu apa yang ada di pikiran kekasihnya ini. Kemudian Marvel menaruh jaketnya tersebut di punggung Meira untuk menghangatkan tubuh gadis itu. "Masuk dulu! Disini dingin." Mereka berdua akhirnya masuk kedalam rumah Meira.

"Tadi aja aku khawatir banget pas kak Agatha liatin mobil kamu terus kaya lagi nginget-nginget itu mobilnya siapa." Meira mulai bercerita. "Itu yang buat aku cepet-cepet masuk ke rumah."

Marvel tahu betul apa yang tengah di khawatirkan oleh Meira kali ini. Dan untung saja Marvel tidak keluar dari dalam rumah Meira ketika Agatha masih berada didepan, jika itu terjadi sudah pasti apa yang di khawatirkan oleh Meira akan terjadi.

"Non."

Marvel yang sudah ingin berkata lagi, akhirnya mengurungkan niatnya saat seorang pembantu di rumah Erine datang menghampiri mereka yang sudah berada di ruang tengah.

"Ya, bi?"

Bibi tersebut semakin mendekati Meira dengan sekantung plastik besar yang sepertinya berisi belanjaan dan juga sebuah kotak yang dia apit di lengan kanannya. "Tadi bibi liat ini di dekat tembok gerbang, non. Udah sedikit basah, sih, non dan disini tertulis nama non Meira."

Dahi Meira mengerut bingung dengan kedua mata yang menatap kearah kotak hitam yang di sodorkan oleh wanita itu setelah kantung di tangan kirinya, dia taruh diatas lantai. "Dari siapa?" Meora bertanya kepada dirinya sendiri sambil meneliti kotak tersebut yang sudah berpindah tangan kepadanya.

"Bibi juga gak tau, non. Tadi didepan gak ada siapa-siapa, adanya cuma kotak itu doang."

Meira mendongakan kepalanya untuk menatap wanita yang sudah bertahun-tahun membantu segala urusan rumahnya. Di beberapa detik setelahnya, Meira menatap kearah Marvel yang entah sejak kapan menatapnya.

"Ya udah ya, non, bibi permisi dulu."

Meira menganggukan kepalanya pelan, yang akhirnya membuat wanita itu teraenyum lalu melangkah pergi menuju kearah dapur yang berada tidak jauh dari tempat Meira dan Marvel berdiri.

"Ini apaan, sih?" Meira memutar tubuhnya agar berhadapan dengan Marvel. Gadis itu juga menggoyangkan kotak hitam di tangan kanannya dengan tangan kiri yang setia memegangi jaket Marvel yang melekat di tubuhnya.

"Coba buka!" Marvel berpendapat sambil melangkah mendekati Meira.

Tangan kiri Meira bergerak meraih tutup kotak tersebut. Mulai membukanya pelan dengan perasaan yang sudah sangat penasaran.

"Boneka."

Meira menatap Marvel setelah dia melihat kaki sebuah boneka beruang yang berukuran kecil. Melihatnya saja sudah membuat Meira semakin penasaran, hingga tangannya bergerak cepat untuk membuka tutup kotak tersebut.

"Huwaaaaa."

Marvel sedikit tersentak dengam teriakan Meira. Lelaki itu tidak menyangka jika Meira akan berteriak keras sambil melempar kotak hitam tadi.

"Sayang."

"Itu, Vel, itu."

Mata Marvel menyipit, ketika dia yakin dengan apa yang dia lihat, Marvel berjalan cepat kearah kotak hitam tadi yang sudah tergeletak diatas lantai.

MarvelMeira [END]Where stories live. Discover now