#14 Felix x Chaeyeon

563 56 3
                                    

Saudara Tiri

_______

"Halo Sung? Lo tadi kelar kelas jam berapa?"

"Jam setengah tiga. Sama Felix juga,"

"Abis itu Felix ada kelas lagi nggak?"

"Enggak tuh. Kenapa?"

"Kok Felix belum pulang juga? Kira-kira dia ke mana ya Sung?"

"Hah yang bener lo?"

"Iya Sung. Ini satu rumah udah kalang kabut nyariin Felix. Mana hapenya nggak aktif lagi,"

"Gini aja deh, coba lo pikirin salah satu tempat yang sering didatengin Felix. Mungkin dia ada di sana,"

Ucapan Han Jisung di seberang telepon membuat Chaeyeon mematung. Otaknya berusaha mencari tahu ke mana kira-kira perginya saudara tirinya itu.

"Sung, kayanya gue tau deh Felix di mana," kata Chaeyeon. "Gue mau susul dia sekarang,"

"Gue temenin ya?"

"Enggak usah. Gue sendiri aja. Makasih Sung. Gue tutup ya?"

Ponsel Chaeyeon sudah diletakkan di atas nakas sebelum suara Jisung menyahut lagi. Setelah memakai jaketnya, Chaeyeon bergegas keluar untuk menyiapkan sepedanya di garasi.

"Kak, mau ke mana?" adiknya, Lee Chaeryung bertanya dengan suara serak. Ada jejak air mata yang mengering di wajahnya.

"Mau nyari Felix," jawab Chaeyeon singkat.

"Nyari ke mana? Mama ikut ya?" Ibu Chaeyeon--yang keadaannya tidak jauh beda dengan Chaeryung-- menawarkan diri.

"Mama di rumah aja ya. Aku janji bakal bawa Felix pulang,"

Setelah mengeluarkan sepedanya, Chaeyeon mengayuh kendaraan itu sekuat tenaga. Ia berharap asumsi mengenai tempat yang didatangi Felix itu benar. Karena tujuan Chaeyeon saat ini adalah sebuah taman yang tak jauh dari sekolah lama mereka.

Semakin dekat dengan tujuan, kayuhan Chaeyeon semakin mengendur hingga akhirnya berhenti. Yang sekarang dilihatnya adalah sebuah taman yang sepi dengan penerangan seadanya. Ada sebuah perosotan dan permainan jungkat-jungkit yang tampak reyot. Juga dua buah ayunan yang bersebelahan.

Seorang pemuda yang duduk di salah satu ayunan berkarat itu. Ia memunggungi Chaeyeon yang berjalan ke arahnya. Walaupun mereka tidak saling bertatap muka, Chaeyeon sudah hafal dengan hoodie hitam yang membalut tubuh Felix itu.

"Felix?" Chaeyeon bersuara lirih. Namun masih didengar oleh Felix karena pendengarannya tidak terhalang suara lain.

"Lo ngapain di sini?" Felix bertanya sinis.

"Harusnya gue yang nanyain itu. Ayo pulang Lix. Ini udah mau jam sembilan. Semua orang panik nyariin lo. Bahkan Mama sama Chaeryung sampe nangis,"

Felix mendengus, "Bilang sama mereka, gue nggak pulang malam ini,"

"Felix lo gila ya?!"

Chaeyeon mendudukkan diri di ayunan yang kosong. Ia menatap dalam wajah Felix yang tidak mau memandang ke arahnya.

"Lix, gue tau lo masih sulit nerima kenyataan ini. Gue paham kalo lo sesayang itu sama Chaeryung. Lo nggak bisa ngelepasin dia gitu aja. Tapi lo harus Lix. Jangan egois..."

Ingatan Chaeyeon melayang ke masa lampau, di mana ayahnya memperkenalkan Ibu Felix satu bulan lalu. Chaeyeon dan Chaeryung sesungguhnya tidak keberatan dengan keputusan sang ayah untuk menikah lagi. Hanya saja, ayah mereka berencana menikahi ibu dari pacar Chaeryung.

Tentu saja Chaeyeon hendak menentangnya. Hanya saja, niat tersebut luntur ketika melihat binar kebahagiaan di mata sang ayah dan calon ibu tirinya. Demi apa pun, Chaeyeon dan Chaeryung lupa kapan terakhir kali ayah tersenyum selebar itu.

"Lix, lo tau nggak kenapa gue sama Chaeryung setuju sama pernikahan Papa sama Mama kita? Itu karena gue ngelihat Papa gue bahagia sama Mama lo. Chaeryung terpaksa mutusin lo karena nggak mau ngerusak kebahagiaan Papa,"

Chaeyeon menghela napas. Ia dan Felix sama-sama memandang benda langit bulat yang menggantung di atas sana.

"Kalo dipikir-pikir, gue sama Chaeryung belum pernah ngelakuin apapun buat Papa. Jadi Chaeryung mutusin lo biar Papa bisa nikah sama Mama lo. Memang berat buat Chaeryung, tapi dia ikhlas kok akhirnya,"

Chaeyeon menghela napas berat. Kakinya menendang pelan sebuah kerikil.

"Dan lo masih bisa kok sama Chaeryung. Tapi sebagai kakaknya. Itu lebih istimewa kan?"

"Kenapa lebih istimewa?"

Senyum hangat terulas di bibir Chaeyeon begitu mendengar suara Felix.

"Karena ikatan persaudaraan itu nggak bisa diputus. Beda sama pacar," jawab Chaeyeon.

"Sekarang kita pulang ya Lix. Gue pengen jadi saudara yang baik buat lo. Chaeryung juga pengen nebus sakit hati lo setelah diputusin,"

Felix yang bergeming membuat wajah Chaeyeon mengeruh. Ia bangkit dari duduknya dan berjalan keluar. Sepertinya Chaeyeon gagal memenuhi janji pada ibu tirinya.

Tiba-tiba, Chaeyeon merasakan seseorang meraih pergelangan tangannya. Tersentak, Chaeyeon menoleh dan mendapati Felix yang menatapnya.

"Lix..."

"Lo bener Chae," ujar Felix. "Gue juga mau ngelakuin apapun demi Mama. Gue bakal ngelupain Chaeryung dan mulai nganggap dia sebagai adik kandung gue,"

Entah sudah berapa kali Chaeyeon meneteskan air matanya malam itu.

"Dan juga, gue mau jadi saudara yang baik buat lo, buat kalian berdua,"

Chaeyeon mengangguk, "Makasih Lix, atas pengertian lo,"

"Iya Chae. Gue juga minta maaf atas sikap gue ya," balas Felix.

"Minta maaf ke Mama, Papa, sama Chaeryung juga,"

"Itu pasti,"

Keduanya lalu berkendara menembus kesunyian malam, dengan Felix yang memboncengkan Chaeyeon dengan sepedanya.

Malam itu, untuk pertama kalinya Felix mengangkat beban di pundak Chaeyeon. Karena ia sudah menerima gadis itu sebagai keluarga barunya.

END

Lee Chaeyeon StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang