12 ⚊ ARVIND, WHY?

753 59 0
                                    

Arvind baru saja tiba di sekolah setelah bel berbunyi lima belas menit. Dia tidak takut dihukum, mungkin ... sifat badungnya telah kembali pada jiwa raga Arvind yang memang bertakdir badung.


Selama perjalanan kelasnya dengan langkah santai, Arvin tidak fokus pada hal lain selain Jeslyn dan sosok pria asing yang bersama Jeslyn.

“Tuh cowok siapa, sih?! Bikin orang kesel aja tahu enggak!” gerutu Arvind yang tanpa sepengetahuannya ada seseorang yang membuntuti.

“Oy!” kata orang dibelakang Arvind seraya menepuk bahu tegap Arvind.

Arvind menoleh ke belakang dan menemukan Yuan, “Ngapa asem bat lu? Tumben juga datengnya siang? Balik jadi Arvind yang dibenci Jeslyn lo?” tanya Yuan nyerocos.

Arvind menghentikan langkahnya mendengar nama Jeslyn, “Kalau dengan dibenci gue bisa lebih deket, bakalan gue lakuin, An.”

Setelah mengatakan itu, Arvind kembali melanjutkan langkahnya dan berjalan santai melewati kantor.

Yuan yang berada jauh dibelakangnya hanya menggeleng-gelengkan kepala, “Ada masalah lagi, belom juga taken.”

Yuan baru kembali dari perpustakaan setelah mengembalikan buku geografi yang dipinjamnya.

Seperti perkiraan semua, Arvind sedang menjalani hukuman dari guru BK karena ketahuan kesiangan dan berniat bolos.

“Heran gue sama Arvind, gue kira udah berubah, eh masih badung ternyata,” komentar Alvinsa.

Jeslyn, Alvinsa dan Andrea serta siswa-siswi lainnya memang menyaksikan Arvind yang dihukum dengan dijemur di lapangan dibawah teriknya matahari.

Waktu masih pagi, namun matahari tak pernah kenal waktu untuk menyinari bumi.

Kelas Jeslyn sedang ada pelajaran olahraga, dan materinya tentang bola basket.

Jeslyn tidak menghiraukan Alvinsa yang terus mengoceh tentang Arvind disebelahnya membuat Andrea kesal pada gadis cerewet itu.

“Bisa enggak sih lo itu diem satu hari?” tanya Andrea yang sangat kesal.

“Kalo gue diem, entar lo kangen sama gue lagi,” balas Alvinsa tak mau kalah.

“Pantesan aja Al enggak pernah notice lo,” sindir Andrea.

Berbeda dengan dua sahabatnya yang tengah berdebat, Jeslyn justru memfokuskan pandangannya pada Arvind yang masih tegap berdiri di hadapan tiang bendera.

Lo kenapa sih, Vind? Kok mulai lagi?

Karena sibuk dengan lamunannya, Jeslyn bahkan tak mendengar panggilan sang guru olahraganya.

“Jeslyn!” teriak Pak Iqbal selaku guru olahraga di sekolah Jeslyn.

Karena panggilannya yang keras, semua orang menoleh pada Jeslyn yang terkejut di tempatnya. Bahkan, Arvind pun ikut menoleh.

Pandangan Jeslyn jatuh pada mata Arvind yang tengah memandangnya, namun sedetik kemudian Arvind memalingkan pandangannya membuat Jeslyn sedikit kecewa.

Lo kenapa sih, Vind? Marah ya sama gue? Harusnya, 'kan gue yang marah sama lo!

“Jes, Pak Iqbal manggil lo terus tuh,” bisik Alvinsa membuat tatapan Jeslyn beralih pada sang guru.

“Giliran kamu, Jeslyn.”

Jeslyn mengangguk dengan perasaan malunya lalu berjalan menghampiri Pak Iqbal.

“Maaf Pak, saya kurang enak badan makanya banyak ngelamun dan diem,” kata Jeslyn seraya menerima sodoran bola orange.

“Enggak enak badan apa mikirin utang, Jes?” tanya Pak Iqbal membuat teman sekelas Jeslyn tertawa.

“Jes, Jes, cewek secantik dan setajir lo punya utang? Malu-maluin komunitas lo,” teriak seorang cowok bernama Akbar.

Cowok nakal berwajah manis itu semakin tertawa kencang saat Jeslyn mendelik padanya.

“Iya Jes, gue juga suka kok sama lo.”

Perkataan Akbar sontak membuat semua teman sekelasnya bersorak cie. Namun ada satu orang yang menahan kesal di tempatnya berdiri. Ya, dialah Arvind.

Bersambung...

𝙵𝚄𝙲𝙴𝙺[𝚋𝚘𝚢] ✔Where stories live. Discover now