THE IM FAMILY : PART 16

968 76 60
                                    


Final Chapter

Jantung Jaebum bertalu begitu kencang, terlalu kencang malah. Ia memandangi manusia paling berharga bak emas 24 karat-setelah puterinya-tengah memejamkan mata. Hembusan napasnya tenang dan teratur seirama dengan kembang kempis dadanya.

Terpaan cahaya sinar matahari yang menyapa surai kecoklatannya membuat kulit putih itu berkilauan bak berlian. Ia memerhatikan dari ujung rambut kepala hingga ujung kuku kakinya hampir tanpa berkedip, ia terlalu takjub. Pertama kali dalam hidupnya, ia merasakan sebuah percikan api kebahagiaan yang memuncak bahkan ia tak mampu menuangkannya dalam kata-kata.

Jaebum meremas dadanya sambil menyumpah serapahi suara detak jantungnya. Ia bingung dengan dirinya, rasa gugup berada di sebelah cinta sehidup sematinya melebihi saat dia harus bertemu dengan malaikat pencabut nyawa-ah, lebay!

Jinyoung memutar tubuhnya dan menghadap sang suami sah. Ia membuka dua kelopak matanya perlahan dan mengerjap setelahnya. Ia memandangi Jaebum yang terus tersenyum seperti seorang psikopat membuat tubuhnya bergidik seketika.

"Ada apa?"

Jaebum tak menjawab dan ia tetap tersenyum malu-malu bak anak perawan berhadapan dengan pangeran kodoknya. Sedetik kemudian, ia memeluk tubuh Jinyoung kelewat erat. Jinyoung sempat ingin menjauhkan tubuhnya yang membuat dirinya hampir sesak napas. Ia menyandarkan kepalanya di dada Jinyoung dan kedua tangannya melingkar sempurna di pinggang sang suami-ahkirnya sah.

"Ikat aku di tulang belikatmu." Katanya.

"Kau sehat, Im Jaebum?" Telapak kanan Jinyoung bertengger di keningnya. Ia raba sambil mengernyit heran, ada apa dengan manusia ini? Pikir Jinyoung.

"Agar kau tidak lari dariku, lagi."

"Aku tidak lari. Tetapi, kita berdua melarikan diri ke arah yang berbeda secara bersamaan."

"Dan kenapa harus tulang belikat?" tanya Jinyoung. Kini pelukannya terbalas.

"Baiklah, jika begitu ikat aku di tulang rusukmu agar genap 12 pasang."

"Kau bukan hawa." Jinyoung terkekeh.

"Aku tidak peduli." Jaebum semakin menyusupkan wajahnya bagai anak kucing kurang belaian.

"Kenapa suami-ku bisa se-aneh ini?" Jinyoung bertanya sambil menggelengkan kepalanya.

"Bertanyalah pada rumput tetangga yang bergoyang karena jiwaku pun tak tahu. Aku gugup ada di sini bersama mu setelah apa yang kita lewati. Bahkan, gugup ku detik ini mengalahkan malam pertama kita beberapa belas tahun yang lalu."

"Kini kau dapat memanggilku dengan sebuatan suami, itu terasa aneh." Tambahnya.

Jinyoung memberi kecupan di puncak kepalanya, ia merasa gemas dengan Jaebum-terlalu gemas. Ia menangkupkan kedua telapak tangan di sisi-sisi wajahnya. Ia pandangi bola mata di balik kelopak sipitnya, seakan mampu menerawang apa yang ia pikirkan.

"I know, i love you too." Jinyoung tersenyum-Jaebum tersergap saat Jinyoung membalas ungkapan cintanya yang bahkan belum ia utarakan.

"That's how soulmate works. I love you." Mereka saling berbagi ciuman hingga suara alarm dari ponsel Jinyoung menggema seluruh ruangan.

"CK! Alarm itu lagi." Jaebum berdecak.

***

"Morning, sweetheart." Jaebum memberi satu kecupan pada puncak kepala puterinya sambil membawa secangkir kopi panas yang sedang ia aduk.

BREAKING BONDKde žijí příběhy. Začni objevovat