EPILOG.

4.2K 223 10
                                    

- wHat?! -


Sinar matahari berhasil membangunkan Jimin dari tidurnya. "Eungh.." Jimin menggeliat saat matanya tak sengaja berpaspasan dengan matahari.

Seulgi tersenyum manis memperhatikan Jimin yang mulai bangkit dari tidur pulasnya. Seulgi berdiri disamping jendela yang terbuka seraya melipat kedua tangan didadanya.

"Apa kau tidak bekerja, huh?" Tanya Seulgi.

Jimin tersenyum tipis lalu menghampiri Seulgi yang menatapnya jengah. "Aku juga bertanya kepadamu, apa kau tidak bekerja?" Tanya Jimin balik lalu memeluk erat istrinya itu.

Seulgi menyatukan alisnya merasa bingung dengan kalimat Jimin barusan, "Apa maksud oppa? Bukankah perusahaan Eomma mu sudah kau gabung menjadi satu dengan perusahaanmu?"

"Maksudku, bekerja untukku." Balas Jimin.

Jimin memegang kedua pinggang milik Seulgi erat - erat lalu menariknya agar lebih dekat dengannya. Seulgi memainkan tangannya didepan dada bidang Jimin menatap lekat laki - laki didepannya sekarang ini.

"Aku bekerja untuk apa?" Tanya Seulgi polos seperti tidak tahu apa yang dimaksud Jimin barusan.

Tidak ada jawaban, Jimin hanya menatap dua bola mata sipit milik Seulgi. Tidak peduli dengan Seulgi yang terus mengomel karena Jimin tak kunjung menjawab pertanyaannya.

"Apa aku harus--"

Kalimat dari Seulgi terpotong saat Jimin mencium bibirnya. Jimin memegang tengkuk Seulgi lalu menekannya agar ciuman semakin dalam.

Jemari Seulgi meraih baju tipis berwarna hitam milik Jimin lalu meremasnya erat - erat. Seulgi ikut membalas ciuman yang mulai panas itu dari Jimin.

Suara kecapan mereka terdengar jelas dikamar pagi ini. Jimin semakin terbawa suasana karena hal itu, dia menarik lengan Seulgi lalu melempar tubuh Seulgi diatas ranjang.

Belum siap menerima yang lebih, Seulgi segera bangkit dari tempat tidurnya. Tapi tangan Jimin cekatan, dia menahan kedua tangan Seulgi lalu menariknya di kedua sisi kepala Seulgi.

Nafas keduanya sama - sama memburu, tatapan intens yang diberikan Jimin kepada Seulgi benar - benar membuat Seulgi bergidik merinding.

"Oppa.. aku belum mandi. Menying--"

Lagi - lagi kalimat dari Seulgi terpotong karena ulah dari suaminya itu. Dia terus menghujani ciuman panas dibibir mungil milik Seulgi.

Seulgi memukul dada Jimin keras tapi tidak membuat Jimin menghentikkan aktivitasnya. Dia semakin memperdalam ciuman.

Seulgi tak gentir, meskipun Jimin adalah suaminya. Dia tetap memukul - mukul badan Jimin tak peduli dengan Jimin yang mengerang karena kesakitan.

Ketika keduanya sudah merasa kehabisan nafas, Jimin melepas pagutannya lalu menatap Seulgi tajam.

"Oppa aku lapar.. aku juga belum mandi.." ucap Seulgi mulai lemas karena tenaganya sudah mulai habis.

Jimin mengubah mimik wajahnya, dia tersenyum manis lalu mengusap pipi Seulgi lembut. "Baiklah, aku akan melakukannya dimalam hari sayang." Bisik Jimin ditelinga Seulgi.

Seulgi memejamkan matanya sebentar lalu mendorong tubuh Jimin dari atasnya. "Aku ingin pergi ke Mall nanti malam!" Seulgi menggertak sebelum akhirnya berjalan keluar kamarnya.

Jimin terkekeh geli melihat tingkah Seulgi yang terlihat sangat menggemaskan.

•••••

• W H A T •  ( END )Where stories live. Discover now