Chapter 01. ♡

5.7K 387 8
                                    


- wHat?! -

Happy reading 💜.


.
.


"Kakak, hari ini Jungi sedang libur. Aku ingin pergi ke taman.. apa kakak mau menemaniku?" Tanya Jungi yang masih sibuk bermain mobil - mobillan dilantai. Sementara aku masih disibukkan dengan pekerjaan ku saat ini, mencuci piring.

"Ke taman? Tapi kakak masih punya pekerjaan yang belum selesai Jungi," jawabku.

Aku tahu setelah mendengarnya Jungi akan merasa tidak senang, aku kira dia hanya akan mendengus lalu kembali bermain. Ternyata dia justru menarik tangan Jimin yang sedang membawa Ponsel ditangannya.

"Kak Jimin akan membantu mengerjakan tugas rumah!" Sahut Jungi dengan suara khasnya itu, imut.

Aku terkesiap dan hampir saja piring yang aku bawa terjatuh. Kenapa harus dia?!

"Jungi, Jungi, tunggu, Hyung sedang ada masalah. Jadi--"

"Kakak selalu saja mengelak! Pokoknya bantu dia! Aku ingin pergi ke taman bersamanya.." potong Jungi menatap Jimin tajam.

Tidak, Jimin tidak boleh ikut mengerjakan tugas rumah denganku. Bisa saja nanti Nyona Park akan marah jika mengetahuinya. Aku menghampiri Jungi dengan tergesa - gesa lalu jongkok didepannya.

"Jungi.. hyung mu sedang ada masalah, jadi dia tidak mungkin meninggalkan masalahnya begitu saja. Apa Jungi mau hyung mu Jimin botak karena terlalu banyak berfikir? Sshh.. pasti tidak, iyakan?" Nada bicaraku aku buat seperti mengejek, ya.. memang aku sedang mengejek.

Jungi terdiam sejenak selama beberapa detik sebelum akhirnya tertawa lebar. Mungkin tadi dia sedang membayangkan jika kakak nya Jimin itu botak.

Lucu sekali.

Aku jadi ikut tertawa melihat Jungi tertawa, apalagi melihat eskpresi Jimin yang terlihat kesal.

"Tapi, kakak pasti akan kelelahan.. nanti kita jadi tidak bisa ke taman bersama.." Jungi menunduk seraya memainkan jari - jarinya.

"Ada Taehyung dan juga Jungkook, dia bisa membantunya. Kenapa harus hyung? Jungi cari dia saja, mungkin sedang ada didalam kamar bermain Game--"

"Tidak! Pokoknya harus kakak yang membantunya!" Jungi masih saja bersikeras agar Jimin yang membantuku.

Kami berdua saling tatap, dan.. daripada Jungi menangis akhirnya Jimin memilih untuk meninggalkan masalahnya lalu berjalan menuju dapur. Tidak lupa dia meletakkam ponselnya di meja makan.

Aku menatap Jungi terkejut, "Jungi... kenapa harus dia? Kakak sudah bilang--"

"Sshhtt.. apa kakak ingin Jungi menangis?"

Aku menghela nafas dengan pasrah, kali ini aku kalah dengan seorang anak kecil.

Aku mengacak rambut Jungi lalu membalikkan badanku, melihat lelaki yang sedang ada di dapur sedang mencuci piring. Dia terlihat sedikit kesusahan, mungkin belum terbiasa mencuci piring.

Aku menarik nafas lalu berjalan mendekati kulkas, sebenarnya aku ingin sekali membantunya. Tapi aku masih saja merasa malu dan gugup saat disampingnya, setelah kejadian tadi yang membuat Jantungku olah raga.

• W H A T •  ( END )Where stories live. Discover now