00.02

172 107 91
                                    

Biarkan satu hal aku lakukan tanpamu
💕

"Mau kemana emang?"

Freya menggaruk tengkuknya. Bingung, jawaban apa yang harus dia keluarkan agar tidak membuat Saveri curiga. Dia tersenyum samar, bahagia ketika menemukan jawaban yang cemerlang.

"Kerja kelompok. Iya-iya, gue kerja kelompok. Hehe."

Kerutan di kening Saveri terlihat. Freya sangat aneh. Terlihat gugup, seperti ada yang ditutup-tutupi. Tapi, dia berusaha untuk percaya pada jawaban Freya. Meskipun terlihat tidak meyakinkan.

"Lo pulang aja. Nggak pa-pa, nanti gue pulang pakai angkot aja pas udah pulang," ucap Freya berusaha menghilangkan gugupnya.

Saveri mengangguk, "Ntar pulang kabarin, biar gue jemput."

"Eh, nggak nggak, nggak usah." Freya terlihat panik.

Helaan nafas lega keluar dari mulut Freya. Melihat Saveri yang sudah jauh dari sekolah. Dia berlari ke depan gerbang, memastikan Saveri sudah jauh. Dia melihat Saveri sebelum menghilang dari tikungan.
Melihat angkot yang mendekat, dia melambaikan tangan.

Sesampainya ditempat yang dituju, Freya menuju kamar mandi, mengganti baju. Lalu keluar dengan baju atasan putih polos dibaluti dengan rok berwarna hitam, juga celemek yang senada dengan roknya. Ya, Freya bekerja sebagai pelayan restoran setelah dia pulang sekolah.

"Udah pulang sekolah, Re?" Sapa Daiva melihat Freya keluar dari kamar mandi.

"Iya, mbak. Baru aja pulang." Daiva mengangguk, dan berlalu begitu saja.

Freya ke belakang. Menyimpan tas dan bajunya diloker khusus untuk karyawan di restoran. Ketika Freya meletakkan tas-nya, dia melihat secarik kertas berwarna biru. Merasa tertarik, dia pun mengambil.

Karena aku baru dapat bonus dari si bos, aku beliin kamu cokelat. Suka cokelat, kan?

Freya mengedarkan pandangan. Mana tahu saja orang yang meletakkan ini masih ada disekitar. Tapi, tidak ada siapa-siapa. Freya mengambil cokelat berukuran sedang. Tersenyum. Terimakasih, buat siapapun yang kasih ini, ucapnya dalam hati.

Setelah cokelat itu dia masukkan kedalam tas, dia berlalu meninggalkan loker. Memenuhi teriakan salah satu karyawan, agar Freya mengantarkan pesanan.

"Antar ke meja nomor tujuh ya, Re."

Setelah mengambil nampan berisikan beberapa minuman, Freya berjalan ke meja tersebut. Meletakkan minuman di meja seraya tersenyum pada pelanggan. Ketika ingin kembali ke dapur, alangkah terkejutnya dia melihat seseorang yang sangat dia kenal disana.

Disana, ada Saveri dan kawan-kawannya. Beberapa perempuan yang Freya tebak ada pacar teman-teman Saveri. Bersenda gurau dan tertawa. Freya mempercepat langkahnya. Menutupi wajahnya dibagian samping, agar tidak terlihat oleh Saveri yang ada disana.

Bruk!

"Maaf, bang. Maaff. Aku nggak sengaja. Beneran. Maaf, yaa."

"Lain kali hati-hati, dong!" kata cowok itu tidak ada manis-manisnya.

Betapa cerobohnya Freya. Melihat ke arah Saveri tanpa peduli melihat kedepan. Baru saja dia menabrak salah satu pelanggan. Apalagi orang yang baru saja dia tabrak judesnya minta ampun.

Saveri yang berada di meja sudut didekat pintu, melihat sedikit kegaduhan disana. Seorang perempuan yang membelakanginya dan seorang cowok jangkung. Sedikit iba dengan perempuan yang dibentak itu, Saveri hendak berdiri. Tapi, ditahan oleh Aidan.

Aidan menggeleng, "Udah, nggak usah. Bukan urusan kita."

Ketika melihat ditempat perempuan tadi, dia sudah tidak ada. Sepertinya dia mengenal postur tubuh perempuan itu.

❤️

Apdatee🤗
Byee💕

Sakit For SaveriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang