Meminjam Keberuntungan

181 14 2
                                    

Devin terdiam seribu bahasa. Entah apa yang dipikirannya sekarang.

"Emm.. Kak Devin jadi anterin Marsha?" tanya Marsha.

Pertanyaan Marsha membuyarkan pikiran Devin.

"Ahh.. Iya jadi lo bilang rumah Vanya kan? Ayok!" ucap Devin sambil berjalan keluar kelas.

Sepanjang perjalanan menuju parkiran tak ada obrolan sama sekali dan Marsha enggan menanyai ini itu melihat wajah Devin tidak karuan. Apakah ada hubungannya dengan ia yang pulang ke rumah Vanya. Ah iya pasti karena itu. Kalau bertemu Vanya pasti akan canggung.

Dan kini ia sudah berada di parkiran motor. Marsha terdiam sejenak.

"Kak Devin?" ucap Marsha.

"Hmm.. Kenapa Sha?" ucap Devin.

"Kakak yakin mau anterin aku ke rumah kak Vanya?" tanya Marsha.

Devin mengangguk tanda mengiyakan. Namun tidak bagi Marsha ia khawatir kalau Vanya bertemu Devin tiba-tiba di rumahnya bagaimana? Ditambah kemungkinan bertemu Ridwan.

"Gue tau apa yang ada di pikiran lo!" Ucap Devin.

"Hah?!"

"hah heh hoh hah heh hoh, nih pake helemnya" sambil memberikan helm tersebut.

Tak kunjung diterima karena loading lama Marsha kumat. Terpaksa Devin memasangkan helm langsung ke kepala Marsha.

"Kalo nunggu lo ngelamun gak jelas kayak gini gak bakalan sampe" ucap Devin sambil mengunci tali pengaman pada helm itu.

Wajah Devin yang cukup dekat, membuat Marsha menjadi gugup mukanya memerah. Dan Devin menyaksikan itu. Semburat warna merah menghiasi pipi Marsha.

"Pipi lo merah dan lo gugup, segini aja lo udah baper sama gue" ucap Devin.

Marsha melongo dan memegang pipinya.

"Apasih kak Devin, Marsha cuma kaget aja tiba - tiba muka kak Devin deket gitu" ucap Marsha.

"Hah alesan udah gausah baper, gue gak mau bertanggung jawab atas kebaperan lo!Gue tau gue ganteng " ucap Devin

Oke satu fakta lagi yang Marsha dapatkan Devin itu dingin tapi kadang ia juga menunjukkan sisi hangatnya. Keras kepala dan tingkat kepedean yang tinggi.

Meskipun begitu, Marsha masih saja menyukainya. Entah mau jutek seperti ini pun tidak melunturkan cintanya.

"Ayo naik!" ucap Devin.

"Ahh iya" ucap Marsha dan menaiki motor Devin.

Setelah Marsha naik, Devin tidak lantas melajukan motornya. Ia membuka jaketnya dan memberikannya pada Marsha.

"Nih pake rok kamu kependekan gak enak diliatin" ucap Devin.

Dan bolehkah Marsha senang untuk hal ini? Devin memang idaman. Vanya beruntung sekali dicintai Devin. Marsha yakin Devin melakukan hal ini pada Vanya juga.

"Udah siap?" ucap Devin.

Marsha mengangguk.

"Pegangan yang bener, sekali lagi gue gak akan tanggung jawab kalo lo jatoh" ucap Devin.

Dengan ragu Marsha memegang pinggang Devin. Namun Devin sigap menarik tangan Marsha dan akhirnya melingkar di perutnya.

Devin akhirnya melajukan motornya. Demi apapun Marsha akan menandai hari ini hari keberuntungannya.

"Kak Vanya aku pinjam keberuntunganmu sedikit" gumam Marsha.

Marsha terlalu senang hari ini.

Spesial DeSha.. Sebenarnya ceritanya panjang tapi tiba2 hilang yasudah diketik seingetnya hehe..
Vote and Comment jangan lupa 😊

Salam Telyaa💕

Bukti untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang