Sha, Thank You

291 20 2
                                    

Devin beranjak meninggalkan perpustakaan sekolah setelah Ruth pergi begitu saja. Ia terlihat sangat tampak kesal bagaimana tidak, Ruth satu - satunya harapan yang ia punya untuk kembali dekat dengan Vanya.

"Huh, Ruth udah gamau ngomong lagi sama gue,  trus gimana dong?" ucap Devin yang nampak frustasi.

Tujuannya ada disini satu-satunya adalah meminta maaf pada Vanya dan menjelaskan segala kesalahpahaman dan tentunya kembali menjalin kasih dengan Vanya alias baikan.

Setelah dari toilet,  Devin keluar dan hendak berjalan menuju rooftop, satu-satunya tempat ternyaman bagi Devin. Karena disana ia dapat mengekspresikan apapun yang dia rasakan.

Saat mendekati Rooftop, ia bertemu dengan seseorang, benar -  benar hari buruk pikir Devin.

Pria itu menatap tajam ke arah Devin dan menghampiri Devin.

"Lo ngapain lagi disini hah? " ucap pria itu

" Gue kesini mau jelasin sesuatu sama Vanya, soal kesalahpahaman waktu itu dan gue minta maaf....." Ucap Devin yang terpotong oleh pria itu.

Lelaki yang bersama Devin itu adalah Ridwan Hafidz kakak Vanya tampak jelas kemarahan di muka lelaki jangkung ini.

"Minta maaf ?! Penjelasan apalagi hah?  Jelas - jelas elo tuh salah tau ga? " ucap Ridwan.

" Itu gak seperti kak Ridwan pikir ini semua salah paham" ucap Devin lagi.

"Maksud lo apa hah?! Salah paham gimana? Jelas - jelas lo nyakitin ade gue" Ucap Ridwan dengan nada tinggi.

Emosi Ridwan mungkin sudah tak tertahan tangannya meninju wajah tampan Devin,  tidak hanya sekali kira - kira dua atau tiga kali pukulan mengenai wajah Devin.

Devin tersungkur akibat tinjuan Ridwan ia hendak kembali menghajar Devin namun sebuah sepatu melayang ke kepala Ridwan.

"Aww.. Sial siapa yang nimpuk gue? " sambil memegang kepalanya ia melihat ke segala arah hendak menemukan pelaku pelempar sepatu tersebut namun nihil  tidak ada orang satu pun.

" lo beruntung! Sekali lagi lo deketin Vanya,  lo berurusan ama gue! " ultimatum Ridwan kepada Devin.

Ridwan meninggalkan Devin yang tersungkur, ia takut aksinya diketahui siswa atau siswi lain ia tak mau reputasinya hancur hanya karena Devin.
...

Kini Devin berada di Rooftop bersama perempuan yang menolongnya tadi,  ya Marsha kini berada disampingnya sedang membersihkan luka di wajah Devin.

" Awww.. pelan - pelan bisa ga sih?! " ucap Devin sambil meringis.

" Kakak bisa diem gak ini juga udah pelan - pelan lagian kok Kak Ridwan bisa lakuin ini sama kakak? " ucap Marsha sedikit bertanya.

" Gausah kepo mending lo selesain aja dulu risih gue lama - lama dipegang lo" ucap Devin dingin.

Marsha agak sedikit kesal ia sengaja menekan kuat luka di wajah Devin.

"Awwhh..  Pelan - pelan dong  lo sengaja ya? " Jawab Devin dingin

" Iya.. Emang kakak tuh udah dibantuin tetep aja dingin aja kayak gini" kesal Marsha

Setelah selesai membersihkan luka Devin kini Marsha nampak diam disamping lelaki itu cukup lama hanya semilir angin yang terdengar.

"Salah paham semua salah paham" Ucap Devin memecah keheningan yang masih menatap langit .

Dahi Marsha mengerut ia tidak mengerti  maksud ucapan Devin dengan salah paham.

"Kakak bisa cerita kalau kakak mau" Ucap Marsha.

"Ini rumit dan lo ga bakal ngerti" ucap Devin

"Tapi setidaknya cerita meringankan beban pikiran kakak" ucap Marsha.

Devin nampak berpikir, haruskah ia menceritakan semuanya kepada perempuan disampingnya ini?

Ia menatap Marsha semilir angin membuat anak rambut Marsha menjadi berantakan tak beraturan.

"Aku ingin kembali bersama Vanya, tapi Ridwan tidak mengijinkan itu bahkan Ruth juga" ucap Devin.

"Jadi Kakak mantannya kak Vanya? " ucap Marsha

Devin tak menjawab ia hanya tersenyum,  tapi itu cukup jelas menjadi jawaban untuk Marsha. Ada tersirat kekecewaan di wajah Marsha ternyata orang yang disukainya masih menyukai mantan kekasihnya yang notabene teman Marsha sendiri.

"Aku akan membantu kakak, aku kenal baik kak Vanya,Ruth dan Kak Ridwan" Ucap Marsha.

Hal itu sontak membuat Devin menatap gadis itu

"Gak perlu, hah nyesel gue cerita sama lo " ucap Devin yang bersandar pada tembok.

"Kalau kakak udah siap cerita,  kakak tinggal dateng ke kelas yang kemarin" Marsha beranjak pergi.

"Marsha tunggu!" ucap Devin

Marsha terdiam ternyata Devin hafal namanya. Marsha membalikkan badannya

Devin mendekati Marsha setelah cukup dekat ia berjongkok dan memasangkan sepatu Marsha yang terlepas.

"Lain kali kalo ngelempar sepatu lagi,  jangan lupa di ambil, dari tadi lo gak nyadar apa nyeker sebelah" Ucap Devin sambil menyimpul tali sepatu Marsha.

Marsha terdiam ia tak menyangka bahwa dibalik sikap dingin Devin, lelaki ini masih memiliki sikap yang manis. Pantas jika ia jatuh cinta pada lelaki ini.

"Tuk!"

Pukulan di dahi yang didapatkan Marsha membuyarkan lamunannya, pelakunya? tentu Devin.

"Lo ngapain bengong?! Ke kelas sana udah mulai dari tadi" Ucap Devin.

"Eh iya.. "

"Devin, Devin Sanjaya" ucap Devin

"Mar.. "

" Udah tau udah gih sana" ucap Devin

Marsha mengangguk dan berjalan menuju tangga.

"Sha, Thank you" Ucap Devin sedikit berteriak

Marsha mengangguk dan tersenyum lalu menuruni tangga, dibenaknya akhirnya kini ia tahu nama lelaki itu, lelaki yang selama ini mengisi hatinya meski Marsha tau lelakinya itu mencintai gadis lain.








Eh jadi gimana Marsha mesti seneng apa sedih nih?

Salam Telya💕





Bukti untukmuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang