15. MISI III: VIRTUAL REALITY

633 47 19
                                    

PERTENGAHAN NOVEMBER 2019

Beberapa bulan yang lalu, semenjak hubunganku dengan Hamdan berakhir dan tentunya aku telah kembali ke Hunters, aku telah membatasi pertemananku. Aku tak lagi mau akrab dengan Nacil, mas Yaji, maupun Fandli. Hubungan pertemanan kami hanyalah sebatas koordinasi antar organisasi perkaderan kampus saja. Tidak lebih. Aku tak mau lagi berteman dengan mereka. Aku mengakhiri pertemanan ini. Aku hanya ingin lebih fokus ke Hunters.

Bagiku, mereka bukanlah temanku yang sebenarnya.

Bagiku, temanku hanyalah Helicia dan kak Wira. Karena sedari dulu yang peduli padaku hanyalah mereka berdua.

Namun hal yang paling menjijikkan kini ternyata padaku, semua karena Agent Mund.

Entah mengapa ia mulai mendekatiku, semenjak misi terakhirku yang melibatkan dirinya berlangsung. Aku sampai menggelengkan kepalaku, frustasi. Karena untuk yang satu ini, aku hampir tak bisa menjauhinya. Aku tak peduli kalau Helicia bilang ia adalah artis besar Hollywood, atau ia tampan dan hebat menurut orang-orang. Aku justru semakin membencinya karena ia semakin terang-terangan mendekatiku. Sialnya, aku tak bisa menghindarinya. Karena ia merupakan bagian dari kelompok Stringer dan kami hampir setiap saat bertemu, melakukan misi secara bersama-sama.

Aku membenci semua lelaki yang mendekatiku.

+++

RUANG PELATIHAN, OUR HOUSE

Saat ini aku sedang berlatih bersama kak Wira. Kami melakukan boxing bersama. Hal ini karena aku memiliki motivasi yang tinggi agar aku bisa menjadi multi-Agent, Agent Teknik sekaligus Agent Lapangan (multi Agent). Sehingga aku terus-menerus melakukan latihan fisik selama beberapa bulan ini. Kak Wira mencoba melawanku, namun aku lebih gesit dan kini berhasil memukul titik lemah di tubuhnya. Aku tersenyum puas.

Kak Wira terjatuh dan terpental mengenai pinggiran ring boxing. Ia meringis kesakitan.

Well, agak aneh sih memang. Entah mungkin karena perkembanganku yang pesat atau mungkin fisik kak Wira yang melemah. Padahal beberapa bulan yang lalu kak Wiralah pelatihku, namun kini dengan mudah aku berhasil mengalahkannya.

Helicia bertepuk tangan begitu kami selesai. Ia tampak seperti anak kecil yang merasa sangat senang melihat kekalahan kak Wira di dalam ring. Kami pun beristirahat dan turun dari ring.

"Kau benar-benar luar biasa Vina. Levelmu saja sekarang sudah berada jauh diatasku, dan kini kau akan menyaingi level Wira. Jelas saja kau kini mampu mengalahkannya! You're so incredible!" puji Helicia.

Aku tertawa dan kini kujulurkan lidahku pada kak Wira. Ia melihatku masam. Kini ia mengambil botol minumnya dan menumpahkan air di seluruh tubuhnya yang penuh keringat.

Helicia terpana melihat pemandangan di depannya. Ia mendekatiku kemudian berbisik, "Oh my God, Vina! Lihat lekukan ototnya itu... aku masih tidak menyangka lelaki sekekar dia merupakan seorang gay."

Ia mencibirkan bibirnya padaku, cemberut. Aku terkekeh geli melihatnya. Well, Helicia memang menggilai lelaki Asia. Dasar perempuan blasteran Inggris-Amerika yang aneh. Ku rasa ia hanya akan mencari jodohnya di seluruh belahan bumi Asia. "Jangan berharap lebih, Helis. Kak Wira tidak pernah sedikit pun menyukai perempuan."

"But look at his abs! Hmm..." Helicia menggigit bibirnya. Detik berikutnya tanpa sengaja ia menjilati bibir bawahnya. Aku mengerutkan keningku, jijik.

Kak Wira menatap kami penuh keheranan. "Apa yang sedang kalian bicarakan?"

Helicia salah tingkah mendengarnya. Ia pun langsung menjauhiku. Ia juga memutar bola matanya ke kiri dan kanan, menghindari tatapan maut dari kak Wira. Kedua pipi Helicia memerah, aku merasa geli melihatnya. Aku pun tertawa keras melihat tingkahnya yang lucu itu.

HUNTERS AGENT (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang