Bagian 9

11 2 0
                                    

Setelah mendapat persetujuan dari Nela. Riko membawa Denish serta Iza untuk berjalan-jalan. Dengan syarat mereka tidak boleh pergi terlalu jauh.

Saat ini mereka sedang berkendara di atas motor. Berkeling-keliling menikmati indahnya langit sore.

"Bang Riko! Nanti kalo aku udah besar mau minta Papa beliin motor yang kayak punya Bang Riko ini," celoteh Denish dengan riang.

"Yaelah Nish! Naik sepeda aja belum bisa. Sok-sokan mau minta beliin motor."

"Ya kan nanti kalo Denish udah besar Bang!"

Iza hanya menjadi pendengar. Terlalu malas untuk bergabung dengan obrolan mereka.
"Satu satu Aku sayang Mama, dua dua juga sayang Papa, tiga tiga sayang sama Bang Riko. Satu dua tiga sayang Kak Iza juga." Denish bernyanyi dengan riang. Entah siapa yang mengajarinya bernyanyi seperti itu. Liriknya dapat ia ubah-ubah.

"Bang Riko! Denish laper."

"Lah emang kamu bawa uang?" Tanya Riko.

"Enggak. Tapi Denish laper, Bang Riko beliin makanan dong," pinta Denish.

"Rugi Gue ngajak Lo Nish," gerutu Riko pelan. Iza dapat mendengarnya, tapi sepertinya Denish tidak mendengar gerutuan tersebut. Terbukti dari ia yang tidak merespon sama sekali.

"Cari tukang bakso aja Ko! Gue lagi pengen makan bakso ini."

"Lah kok Lo udah ngidam aja sih Za?" Langsung saja Iza mencubit perut Riko dengan kencang.

"Akh," pekik Riko kencang. Otomatis ia memberhentikan laju motor yang dikendarainya.

"Bahaya Za! Kita enggak cuma lagi berdua, ada Denish juga. Kalo tadi kita jatuh gimana? Lo sama Gue mah udah biasa. Lah si Denish?!" Omel Riko.

"Makanya kalo ngomong dipikir dulu! Enggak liat ada anak kecil?! Ya reflek Gue cubit lah," Gerutu Iza menjawab omelan Riko. Gerakannya tadi hanya reflek karena mendengar ocehan Riko yang tidak pantas didengar. Jika hanya berdua saja ia masih bisa maklum. Sekarang kan mereka sedang bersama Denish, bagaimana kalo Denish mendengar, atau lebih parahnya ia bertanya maksud dari kalimat itu. Anak kecil sesusia Denish kan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi.

"Lupa Gue kalo ternyata kita bawa tuyul."

"Tuyul itu apa Bang?" Tanya Denish. Matanya terus menatap Riko sembari menunggu jawaban atas pertanyaannya.

"Tuyul itu apa ya? Ah iya! Tuyul itu sebutan buat fansnya Bang Riko. Kamu fansnya Bang Riko kan?" Denish mengangguk. "Berarti kamu namanya tuyul, paham enggak Nish?" Denish kembali mengangguk.

"Yeay! Denish jadi tuyul." Seketika tawa Iza dan Riko pecah. Asyik sekali mengerjai Denish yang memiliki pemikiran yang masih polos itu.

"Belok depan Ko! Ada tukang Bakso itu," perintah Iza yang langsung dituruti oleh Riko.

Tenda makan yang ada dipinggir jalan itu terlihat ramai. Tidak ada kursi yang tersisa.
"Mau duduk dimana ini?" Iza mengedarkan pandangannya untuk mencari tempat kosong yang dapat mereka tempati.

"Enggak tau," jawab Riko singkat.

"Kak Iza! Aku mau baksonya yang paling besar." Denish menarik-narik tangan Iza. Jari telunjuknya menunjuk jejeran bakso yang ada di gerobak penjual.

"Eh tuyul! Gue tinggal disini Lo kalo minta yang macem-macem." Ancam Riko kepada Denish.

Denish menatap Riko sekilas, lalu kembali menatap Iza.
"Kak Iza mau kan beliin Denish bakso yang paling besar?" Denish memberikan tatapan memohonnya.

"Iya." Iza langsung mengiyakan permintaan Denish. Jika permintaannya tidak dituruti anak itu tidak akan diam.

"Mang ini udah enggak ada tempat duduknya ya?" Tanya Riko kepada Mamang penjual bakso, yang lewat dihadapan mereka sehabis mengantarkan pesanan.

EscapeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang