:: BAB 23 - BERDEBAR ::

Start from the beginning
                                    

"Berani lo sama gue?" Cowok itu mengangkat tinjunya.

"Santai bro." kata Dani dan Jordan, teman Vasco yang langsung berdiri di depan Rene, menjadi tamengnya jikalau terjadi sesuatu.

"Cewek gila itu harus gue beri pelajaran." bentak cowok itu marah.

"Elo yang gila." Vasco muncul dan melayangkan pukulannya hingga cowok itu jatuh tersungkur.

Teman-teman cowok itu maju ingin membantunya, tapi teman-teman Vasco yang jumlahnya lebih banyak ikutan maju. Membuat suasana memanas. Menyadari kalah jumlah, cowok itu memilih mundur.

"Urusan kita belum selesai." Cowok itu menghidupkan motornya dan tancas gas pergi. Teman-temannya pun ikutan pergi.

"Nih, HP lo." kata Vasco sambil menyodorkan ponsel Rene yang layarnya retak dan mati total. "Kayaknya rusak parah deh."

"Gapapa. Tapi gue senang, udah balas cowok curang itu."

"Rene hebat." kata Dani dan disambut anggukan setuju oleh teman-teman Vasco yang lain.

--- ooo ---

VASCO dan teman-temannya kini sedang duduk manis di sebuah kafe.

Vasco diam menatap Rene yang sedang mengobati sikunya yang terluka. Dilihat dari dekat, cewek itu kelihatan cantik. Membuat jantungnya berdebar indah. Tangan Vasco terangkat untuk membuka topi Rene yang menutupi sebagian wajahnya, tapi cewek itu langsung menahan tangannya.

"Jangan gerak dulu." kata Rene. Membuat Vasco mengangguk dan kembali diam. "Nah, udah selesai sekarang." Rene bangun dari duduknya. "Gue ke toilet bentar ya."

Rene mencuci tangannya di wastafel sambil menatap wajahnya yang tampak suram. Akhir-akhir ini, ia memang jarang merawat diri. Saat itu, Siska dan Tiara masuk secara bersamaan.

Rene was-was tuh, takut mereka melakukan sesuatu seperti terakhir kali.

"Hm..." Tiara berdehem keras. "Gue malas mengakuinya, tapi elo pantas jadi teman kita."

Rene melongo. "Hah?"

"Karna tadi elo udah nolong Vasco, jadi kita pikir, elo pantas gabung bareng kita." timpal Siska menjelaskan semuanya. "Tapi ingat, jangan kecentilan godain Vasco."

"Gitu ya? Oke deh." kata Rene sambil beranjak keluar. Meninggalkan Siska dan Tiara yang saling menatap bingung.

"Itu anak nggak ada sopan-sopannya sama kita. Dibaikin malah ngelunjak." ujar Tiara kesal.

"Dari pertama lihat, si Neneng memang aneh. Tatapannya itu lho, lembut, tapi menusuk. Lihat aja tadi waktu dia berhadapan dengan Glen. Dia nggak ada takut-takutnya sama sekali."

"Sebel gue." ujar Tiara, lalu balik gabung bersama teman-teman mereka yang lain.

Di saat bersamaan, Rene pamitan pulang dengan alasan sudah malam. Sekalipun baru jam sepuluh malam.

"Sampai ketemu lagi." pamit Rene setelah menolak diantarin sama Vasco. Lalu, ia mengangguk sopan pada Tiara dan Siska. yang baru dari toilet.

Sekali lagi, Tiara dan Siska merasa ada sesuatu yang disembunyikan cewek itu yang membuat mereka penasaran.

--- ooo ---

RENE melirik ke kelas musik, Mia tampak percaya diri menyanyikan sebuah lagu. Rene langsung pergi, tidak mau menganggu waktu sahabatnya itu.

Rene merasa ada yang diam-diam mengikutinya. Dan benar saja, Vasco yang berniat mengejutkannya telah bersembunyi menunggu waktu yang pas untuk muncul. Tapi Rene yang merasa ada yang aneh itu, malah berbalik mencari tahu. Saat itulah, ia berhasil menemukan Vasco.

"Yah, gue ketahuan." kata Vasco kecewa. "Oh ya, gue punya sesuatu buat lo." Vasco menyodorkan kotak ponsel yang masih disegel.

Rene diam. Menunggu penjelasan.

"Ini buat ganti HP lo yang rusak karna ngelempar Glen. Elo lakuin itu kan demi gue, jadi gue nggak enak aja."

"Harganya berapa? Biar gue ganti."

"Gratis, buat lo."

"Seriusan?"

Vasco mengangguk. Rene pun menerima ponsel baru itu. Kebetulan, ia belum mengganti ponselnya karna sedang mencari alasan yang tepat kenapa ponselnya bisa rusak tanpa dicurigai oleh Mas Kafka.

"Thank's ya." kata Rene dengan tulus.

"Nggak usah bilang makasih, kita kan teman." Tangan Vasco bergerak begitu saja merangkul bahu cewek itu.

"Benar, kita teman." balas Rene sambil menatap Vasco sambil tersenyum.

Entah kenapa, Vasco jadi berdebar melihat senyuman itu. Mendadak Vasco jadi salah tingkah sambil menurunkan tangannya.

"Gue duluan. Mau balik ke kelas."

"Oke."

Vasco melangkah buru-buru meninggalkan cewek itu. Lalu berhenti dan bersandar di tembok paling unjung. Menyembunyikan wajahnya yang tiba-tiba memerah.

"Duh, kok si Neneng tiba-tiba manis banget kalau dilihat dari dekat. Gawat!" Vasco menarik nafas panjang. Berusaha menenangkan hatinya. Perasaan ini hanya kesalahan, tidak berarti apa-apa.

Untuk memastikannya. Vasco berbalik menyusul cewek itu. Saat melihat Rene masih di tempat tadi, Vasco ingin memanggil namanya. Tapi teriakannya tertahan karna ada cowok yang menghalangi jalan cewek itu. Cowok yang sama yang waktu itu membuat Rene salah tingkah. Cowok yang selalu kemana-mana dengan cewek topeng yang suka memakai tongkat.

Tanpa pikir panjang, Vasco langsung bersembunyi. Sekalipun ia tidak tahu kenapa ia harus sembunyi.
-
-
-
-
#25/07/19

PRINCESS PATAH HATI (tamat)Where stories live. Discover now