:: BAB 8 - BUKAN URUSAN ELO ::

340 15 6
                                    

MIA menelan ludah. Semua mata tertuju ke arahnya. Tepatnya, ke arah Rene yang berdiri di sebelah Mia yang sedari tadi sibuk mengikat tali celemeknya yang bergambar Doraemon. Lalu, Rene menggulung rambutnya ke atas dan menjepitnya langsung.

Entah angin darimana, Rene mengajak Mia gabung ke ekskul memasak. Padahal, Rene benci sekali berada di dapur dengan segala macam peralatan memasak.

Mungkin hanya Mia yang tidak penasaran, kenapa Nona Besar sekelas Rene mau ikut kelas memasak yang biasanya hanya diikuti oleh murid-murid biasa. Karena kebanyakan murid-murid populer seperti Rene hanya mau bergabung di kelas olahraga seperti golf atau kelas musik, kelas dance, kelas modeling, kelas akting dan kelas-kelas berbobot lainnya.

"Ren, kita nggak salah tempat nih? Keluar aja yuk sebelum kelasnya dimulai." rengek Mia sambil menarik baju sahabatnya itu.

"Nggak mau. Gue mau nunjukkin ke Han kalau gue juga bisa masak kayak Kintan dan lebih jago dari Kintan."

"Tapi kan terakhir kali elo belajar masak di rumah gue, dapur gue kayak kapal pecah. Elo lupa, hah?"

"Itu karna elo nggak becus ngajarin gue. Sekarang kan ada Dodo, master chef kita. Iya nggak, Do?" kata Rene pada Dodo yang sedari tadi sibuk mengecek bahan masakan.

Dodo menoleh, tidak lupa senyum lebar yang selalu ia tunjukkan pada Rene. "Tenang Mi, serahin ke Dodo. Masakan kelompok kita akan jauh lebih enak dari kelompok Kintan." katanya penuh percaya diri, apalagi kalau bukan untuk menarik simpati dari Rene.

Karna Dodo juga, Rene dan Mia berhasil gabung di kelas memasak, tanpa perlu diuji dulu keahlian mereka dalam hal memasak. Soalnya, Dodo termasuk murid paling pintar di kelas itu, sehingga permintaannya langsung dikabulkan oleh Pak Junang, guru di kelas memasak. Bahkan nih, Rene dan Mia langsung sekelompok dengan Dodo untuk kelas hari ini, dimana semua murid harus mencari kelompok mereka dengan anggota 3 orang.

Sekali lagi, kelas memasak juga gabungan dari kelas 1 sampai kelas 3 karna muridnya juga sedikit.

Kintan sendiri sekelompok dengan dua teman ceweknya. Sepertinya mereka teman sekelas karna mereka tampak akrab sekali.

"Tan, kok elo nggak pakai celemek sih?" tanya salah satu teman Kintan karna semua anak-anak di kelas itu sudah memakai celemek mereka dan siap untuk memasak, kecuali Kintan.

"Gue lupa, baru gue cuci. Ketinggalan di loker. Tapi tenang aja, gue udah minta cowok gue ngantar ke sini." jawab Kintan.

"Maksud elo, Han?"

"Iya dong Ta, pacar baru Kintan selain cakep, juga perhatian lho." timpal teman Kintan yang satunya lagi.

"Duh, senangnya."

Mia mendengus sebal, ingin muntah rasanya mendengar obrolan kekanak-kanakan yang dilontarkan mereka. Sebaliknya, Rene diam mematung. Seperti sedang memikirkan sesuatu. Entah apa.

"Han! Di sini..." ujar Kintan tiba-tiba saat seorang cowok muncul di pintu masuk. Dan benar, itu Han.

Han berjalan mendekat.

"Nih, celemeknya. Nggak telat kan?" tanya Han sambil menyerahkan celemek itu kepada Kintan.

"Nggak kok, kelasnya belum dimulai." balas Kintan, lalu mengenakan celemek itu langsung di depan Han. "Bisa bantu ikatin nggak? Kayaknya susah nih." rengeknya manja. Dan langsung disambut teriakan cieee oleh kedua temannya.

Han terdiam beberapa detik. Lalu mengangguk. Kintan memutar badannya sehingga cowok itu bisa mengikat tali celemeknya di bagian belakang.

"Udah ya, aku pergi dulu." kata Han akhirnya.

PRINCESS PATAH HATI (tamat)Where stories live. Discover now