Coldest Husband - Untitled chapter

5.3K 655 122
                                    

(namakamu) mengerjapkan matanya perlahan, lalu mengerang tertahan saat merasakan tubuhnya nyeri dan kaku. Seluruh tulang rusuknya seakan patah karna rasanya sangat sakit. Kemudian ia melirik ke arah jam dinding, pukul 8 pagi. Itu artinya Iqbaal sudah berangkat ke kantor.

Pelan-pelan (namakamu) mencoba untuk duduk. Sakit sih, tapi mau bagaimana lagi. Ia tidak bisa meminta bantuan kepada siapapun sekarang.

Samar-samar terdengar suara bel rumah dari bawah. (namakamu) memaksakan dirinya untuk turun dan melihat siapa yang datang. Begitu pintu terbuka, (namakamu) ingin menangis saja rasanya.

"Bunda.."

"Yaampun (namakamu). Kamu kenapa sayang?" tanya bunda histeris saat melihat keadaan menantunya yang tidak baik-baik saja.

"Aku...a-aku tadi jatoh dikamar mandi bun" jawab (namakamu) terpaksa berbohong.

"Ya allah, untung bunda dateng kesini"

Bunda segera menuntun (namakamu) masuk ke dalam rumah. Kemudian membantunya duduk di sofa. "Kamu udah telfon Iqbaal?"

(namakamu) menggeleng pelan. "Jangan telfon Iqbaal ya bun? Aku takut ganggu dia nanti" pintanya dengan nada memohon.

"Iyaudah kalo kamu maunya begitu. Biar bunda yang temenin kamu disini. Tapi kamu gimana? Dimana yang sakit?" tanya bunda dengan penuh perhatian. Beda sekali dengan anak lelakinya.

Memar di bagian punggung dan pipi (namakamu) yang membiru sudah di obati oleh bunda. Tadi bunda juga sudah membuatkan menantunya itu sarapan.

"Gara-gara kejadian ini bunda jadi punya pikiran buat cariin kamu asisten rumah tangga. Mau ya?" tawar bunda.

"Ah gausah bun. Aku masih bisa kok kerjain semuanya sendiri"

"Tapi bunda khawatir sama kamu kalo sendirian dirumah. Coba kalo tadi bunda nggak kesini pasti nggak ada yang tau kondisi kamu gimana" jelas bunda.

"Nggak papa bun, tadi itu cuma kecelakaan karna aku ceroboh juga" kata (namakamu) berusaha meyakinkan.

"Yaudah, bunda nggak mau maksa kamu. Tapi janji sama bunda kamu harus lebih hati-hati lagi, kalo ada apa-apa langsung telfon bunda"

"Iya bunda. Makasih ya udah perhatiin (namakamu)"

"Kok ngomong gitu sih? Kamu itu anak bunda jadi ya emang harusnya begitu lah" balas bunda sembari tersenyum.

Akhirnya (namakamu) bisa merasa tenang hari itu. Kedatangan bunda kesini sangat membantu dirinya. Tidak dengan Iqbaal yang kerjaannya hanya marah-marah dan berujung menyiksa.

***

Hari ini Irzan mengajak (namakamu) untuk bertemu dengan pacarnya. Ya karna penasaran dengan calon kaka iparnya (namakamu) pun setuju.

"Tumben lo diem aja dek. Kenapa?" tanya bang Irzan membuat (namakamu) tersenyum tipis.

"Gapapa"

"Cerita lah sama abang"

"Apa yang mau diceritain?"

Irzan berdecak pelan. "Lo lagi ada masalah sama Iqbaal?"

Tapi (namakamu) tetap menggeleng membuat Irzan diam, tidak bertanya lagi. Akhirnya mereka hanya diam sampai ke tempat tujuan. Turun dari mobil Irzan langsung merangkul (namakamu) yang kemudian ditepis oleh perempuan itu.

"Loh kenapa? Tumbenan" kata bang Irzan sedikit heran.

'Lo gak tau kalo punggung gue masih sakit' kata (namakamu) dalam hatinya.

Coldest Husband [IDR]Место, где живут истории. Откройте их для себя