Coldest Husband - Marriage

13K 665 12
                                    

Masih di tempat yang sama, sebuah kafe sederhana. Kedua insan yang berlawanan jenis ini belum juga mau berbicara. Mereka sibuk dengan pikirannya masing-masing.

'Bunda ingin, kalian menikah secepatnya'

Sang gadis kembali menghela napasnya saat mengingat kata-kata itu. Walaupun ragu, ia mencoba memulai pembicaraan.

"Gue yang bakal berusaha jelasin ke bunda. Lo tenang aja, pernikahan ini gaakan terjadi"

Lelaki yang berada di hadapannya menggeleng kuat. "Gak bisa. Di dalam hidup gue, gaada ceritanya gue nolak atau ngebantah permintaan orang tua (namakamu)"

"Tapi buat apa kita nikah kalo nggak saling suka Baal?"

Iqbaal tetap pada pendiriannya. Dengan nada yang terkesan dingin ia berkata, "Gue gak peduli masalah itu. Yang jelas, gue gaakan pernah mau menolak permintaan bunda"

Tanpa mengucapkan salam perpisahan Iqbaal segera pergi meninggalkan (namakamu). Sedangkan yang ditinggalkan hanya mampu menghembuskan napasnya. Kemudian berucap lirih,

"Jujur gue gak mau menikah secara terpaksa"

***

Kini, (namakamu) duduk terdiam di dalam ruang riasnya. Padahal diluar sana Iqbaal sedang mengucap ijab qabul mereka. Tapi (namakamu) sama sekali tidak bahagia. Toh Iqbaal pun juga begitu. Ia sadar bahwa Iqbaal mau menikah dengannya hanya karna terpaksa.

Tidak hanya itu saja. Karna perjodohan ini pun mimpi (namakamu) seketika kandas begitu saja. Pasalnya sejak kecil ia selalu mendambakan seorang pendamping yang benar-benar menyayanginya dengan tulus dan mau menerima kekurangannya.

Ah, jika mengingat hal itu sepertinya (namakamu) akan menangis. Untung saja Bunda Rike berhasil membuyarkan lamunannya.

"(namakamu), alhamdulillah nak. Akhirnya kamu jadi menantu bunda" ujar bunda yang memang sangat mendukung perjodohan ini.

Karna tidak ingin membuat bunda kecewa, (namakamu) memaksakan senyumnya. "Iya bun, alhamdulillah"

"Selamat ya sayang. Anak mama udah jadi istri sekarang" ucap mama Hilda sembari mencium kening putrinya. "Ingat pesan mama yang kemarin. Selalu sabar dan ikhlas untuk kedepannya ya?"

(namakamu) tidak bisa untuk tidak menangis sekarang. Ia belum siap membayangkan hari-harinya tanpa sosok seorang mama Hilda.

"Insya allah ma, (namakamu) akan selalu inget itu. Tapi kalo nanti (namakamu) capek, boleh kan aku pulang ke mama?"

Mama Hilda menghapus airmata yang mengalir di pipi (namakamu). "Kapanpun kamu mau pulang, mama gaakan ngelarang"

Untuk kesekian kalinya (namakamu) memeluk mama Hilda. Kemudian, ia dibimbing untuk keluar dan melanjutkan prosesi akad nikah. Saat keluar dari ruang rias (namakamu) mati-matian untuk memaksakan senyumnya. Sampai tempat dimana Iqbaal melangsungkan ijab qabul, (namakamu) langsung duduk di samping Iqbaal yang kini telah resmi menjadi suaminya.

Dan di bagian ini lah (namakamu) kembali menangis. Setelah ia mencium tangan Iqbaal, lelaki itu diperintahkan untuk mencium dahinya. Selama beberapa detik mereka sempat bertukar pandangan. Selama itu pula (namakamu) hanya menangkap sorot kebencian di dalam mata suaminya.

'Harus sabar, ikhlas hadepin semuanya. Bismillah' batin (namakamu) menguatkan dirinya sendiri.

Beberapa rangkaian acara untuk ijab qabul sudah selesai dilaksanakan. Sekarang waktunya kedua mempelai untuk beristirahat karna acara resepsi mereka akan diadakan sore hingga malam hari nanti.

Jika Iqbaal memilih untuk beristirahat di kamar pengantin, maka tidak dengan (namakamu). Ia lebih memilih beristirahat di ruang rias saja. Karna (namakamu) sangat yakin, Iqbaal pun tidak akan mau jika mereka beristirahat bersama.

"Yakin kamu nggak mau istirahat di kamar aja? Kalo disini nanti malah cape, gabisa tiduran" ujar Bunda Rike yang kurang setuju dengan keinginan sang menantu.

Dengan ekspresi setenang mungkin (namakamu) pun menjawab, "Gak papa bunda, (namakamu) disini aja. Kalo satu kamar sama Iqbaal aku masih canggung"

"Yaudah, kalo kamu cari mama sama bunda di sebelah ya" pesan mama Hilda.

"Oh iya bunda sampe lupa. Nanti kamu disini biar ditemenin sama Aldi Kiki ya? Tadi mereka bilang mau ketemu"

"Eh, nggak papa nih bun?"

Mama dan bunda saling melempar pandang kemudian terkekeh pelan. "Ya gak papa lah. Mereka kan sahabat kamu juga" ujar bunda.

Tak lama setelah mama dan bunda keluar, dua lelaki yang dari tadi sangat (namakamu) tunggu kedatangannya pun masuk. Ya, Aldi dan Kiki adalah orang yang paling berjasa selama (namakamu) menekuni masa kuliah S1 nya.

"Wah selamat ya (namakamu)! Adek kecil gue udah sah ternyata" ucap Kiki sambil menepuk pundak (namakamu).

"Yah sayang banget abangnya di balap. Kapan nyusul?" ledek Aldi.

"Eh sembarangan! Ngaca lah, sendirinya juga belum" balas Kiki tidak terima.

(namakamu) terkekeh pelan melihat kelakuan kedua abangnya ini.

"Ngomong-ngomong kenapa lo malah disini? Ngga istirahat bareng suami?"

"Gue mah tau diri aja. Lagian dia juga gaakan mau kalo kita istirahat bareng" ujar (namakamu).

"Ah kalo gitu mah mending lo sama gue aja. Dijamin gaakan nyesel deh" canda Aldi membuat (namakamu) terkekeh pelan.

Ia tidak tersinggung, justru malah merasa terhibur. Karna (namakamu) tau seperti apa watak Aldi.

"Kalo gue sama lo dijamin bahagia gak nih? Ntar malah sama aja"

Aldi, Kiki, dan (namakamu) tertawa. Entah apa yang lucu tapi memang begitu lah mereka.

"Ekhm"

Saat mendegar suara sontak saja ketiganya segera menoleh. Dan (namakamu) dapat melihat dengan jelas suaminya sedang berdiri di ambang pintu. Tidak lupa dengan memberikan tatapan yang sulit di artikan.

















































-yoi bro pakabs? Sokap dulu;)

Coldest Husband [IDR]Où les histoires vivent. Découvrez maintenant