PART 14 : GELISAH

14.3K 2.4K 825
                                    

Matahari masih malu-malu menampakkan sinarnya. Namun dengan tidak tahu malu, Vanila mencoba memanjat pagar rumahnya sendiri yang masih digembok. Kalau pun nanti ada tetangga yang menangkap basah, ia sugguh tidak peduli.

"Mama pasti sengaja kunci pagernya, biar gue nggak keluyuran. Mama tahu kalo tiap Minggu gini, gue sering ada event." Vanila berdialog dengan dirinya sendiri.

Gadis itu mendongak, menatap besi-besi menjulang di depannya. Pagar rumahnya memang tidak setinggi gerbang sekolah. Hanya dua sampai tiga kali lompatan, Vanila sudah pasti bisa menaklukkannya.

"Hayo!"

Sepasang kali Vanila nyaris mendarat mulus. Namun suara yang seakan-akan terdengar sedang menangkap basah dirinya itu, membuat pijakan Vanila tidak seimbang.

"BANG KEY!" pekik Vanila sambil melompat, bersiap menimpuk kakaknya.

Cowok yang berdiri di belakangnya sambil terkekeh itu, buru-buru menutup mulut Vanila.

"Lo nggak usah teriak-teriak bisa, kan?" Sembari memberi warning pada Vanila, cowok beralis tebal itu mengawasi situasi rumahnya.

"Lo ngapain di luar rumah jam segini, Bang?" tanya Vanila penasaran. "Haissssh, jangan-jangan lo balap liar lagi?"

Key tidak mengiyakan, namun juga tidak mengelak. Ia hanya mendesah pelan lalu kembali fokus menatap adiknya yang sudah tampak rapi di pagi-pagi buta.

"Running lagi?" tanya Key yang langsung di respon Vanila dengan anggukan kepala. "Mau gue anter?"

Vanila mengangguk penuh semangat. Tanpa menunggu perintah dari Key, ia langsung melompat dan duduk tenang di atas motor kakaknya.

"Lo mau ngapain? Turun." Key memerintah dengan sinis.

"Lah katanya mau anterin gue?" Heran bercampur bingung, Vanila dengan terpaksa turun dari motor kakaknya.

"Bantu dorong dulu sampai rumah Pak Beto." Key menunjuk sebuah rumah yang hanya berjarak beberapa meter dari kediamannya.

"Bensin lo abis, Bang? Yaelah, gimana sih?" decak Vanila sebal. "Eh btw, emang sekarang Pak Beto jualan bensin, ya?"

"Bego jangan dipelihara, dong!" Key sudah setengah emosi, tapi masih berusaha mengontrol suaranya.

"Motor gue suara knalpotnya udah kayak petasan tahun baru Cina. Bisa-bisa bukan cuma Mama yang bangun, tapi orang seperumahan ini," protes Key lalu menoyor jidat adiknya.

Vanila manggut-manggut, tidak banyak protes. Biar kata Key punya tampang anak baik-baik, nyatanya abangnya itu yang lebih sering mengelabui Sang Mama. Sialnya, malah dirinya yang sering dijadikan kambing hitam.

"Awas aja kalo sampe gue yang kena amuk mama lagi," ancam Vanila sambil menunjuk kakaknya.

Mau tak mau ia pun mengikuti Key yang mulai mendorong motor sport itu.

Posisinya seperti ini, Key yang di depan memegang stir sembari mendorong pelan-pelan motornya. Sedangkan Vanila tampak serius mendorong dari belakang, padahal kenyataannya ia tidak mengeluarkan tenaga sedikit pun.

Hihihi. Rasain lo, Bang.

"Bang Key," panggil Vanila tiba-tiba.

Saat kakaknya menoleh, mendadak ia terkekeh sendiri. "Gue bayangin kalo sampe lo dorong motor kayak gini bareng si Tesa."

Sepasang alis tebal Key bertaut. "Katanya kalo udah mantan, nggak usah diungkit-ungkit lagi," jawabnya langsung melengos.

Masih ingin menjahili, Vanila menepuk pundak kakaknya. "Pasti aspal di jalanan jadi berubah warna gara-gara kelunturan bedaknya, Bang. Kayak salju alami, Hahahahaha." tukas Vanila terbahak sendiri.

VaniLate (SELESAI)Where stories live. Discover now