PART 13 : PAYAH

14.8K 2.6K 912
                                    

Di depan orang yang kau cintai, kau tidak akan pernah bisa membela diri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Di depan orang yang kau cintai, kau tidak akan pernah bisa membela diri. Tak peduli bagaimana sakitnya nanti, kau rela menanggungnya sendiri.

***

"Ngapain jogging malem-malem gini?" tanya dokter kepercayaan keluarga Late, setelah memeriksa kondisi pasiennya.

Rendy mengerling malas ke arah Late yang masih berbaring di ranjang pemeriksaan. "Ngebucin Dok," jawabnya asal.

Dokter bernama Osvaldo itu pun hanya mengulas senyum. "Bucin?" Alisnya bertaut, mencoba mengingat makna kata bucin.

"Iya.. iya.. Gue bucinnya Bang Heksa!" Late bersungut, jengah mendengar nada bicara Rendy yang terus-terusan sengak.

"Alaaaah, bullshit! Aslinya si Heksa cuman lo jadiin alibi aja, kan?" tukas Rendy tak mau kalah. Karena terkadang, ia yang jauh lebih mengerti isi hati Late. "Sebenernya lo itu -"

"Ehem..." Dokter Osvaldo sengaja memotong pembicaraan dua anak muda yang ada di ruang prakteknya. "Kalian kalo mau nggosip, cari topik yang saya ngerti dong."

Rendy meringis. Sedang Late yang baru saja bangkit dari ranjangnya, berjalan perlahan mendekati Rendy. Keduanya duduk di depan meja hitam yang menjadi perantara pasien saat berkonsultasi dengan dokternya.

"Kamu harus awasi dia dua puluh empat jam penuh," kata Dokter Osvaldo memberi mandat pada Rendy. "Si Late ini kalo dibiarin bisa aja nekad. Efek sesaknya emang nggak langsung kerasa. Tapi kalo tenaganya terus-terusan dikuras, bisa bahaya."

Late mendadak bungkam. Merasa sudah dibodohi perasaannya sendiri. Vanila jelas bukan siapa-siapanya.

Namun saat melihat gadis itu putus asa, hati kecilnya terusik. Ia merasa harus melakukan sesuatu untuk membuat gadis itu kembali semangat. Tanpa peduli dengan keselamatannya sendiri.

"Tuh, dengerin." Rendy memonyongkan bibirnya sambil menyikut Late yang sedang melamun.

Late memijit-mijit pelipisnya yang terasa kencang. "Dok, minta obat biusnya buat Rendy, ya. Bawel banget kek burung yang baru aja dikasih makan."

Dokter Osvaldo terkekeh. Tampak maklum melihat perdebatan Late dan Rendy yang mirip seperti geng cewek-cewek rempong.

Namun saat ingatannya tiba-tiba terlempar ke beberapa tahun silam, senyumnya perlahan surut.

"Rendy begitu karena khawatir sama kamu, Lat. Sekarang ini, cuma dia sama Tesa yang bisa full jagain kamu," kata Dokter Osvaldo dengan ekspresi bijak. "Jangan pernah bikin cemas orang-orang yang sayang sama kamu, ya."

Setelah memberi sedikit petuah pada Late, dokter senior itu menyodorkan beberapa bungkus plastik berisi obat.

"Kayak biasa, ya." Bukannya diserahkan kepada si pasien, Dokter Osvaldo memberikan resep obatnya ke Rendy. "Langsung tebus aja. Apotek di bawah buka sampe malem kok, Ren."

VaniLate (SELESAI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang