16

5.3K 343 14
                                    

Tatapan heran dari para murid disekolah itu tertuju pada salah seorang siswi yang tengah berdiri ditengah lapangan dengan seikat bunga ditangannya. Bukan karena suatu hukuman atau apa, tapi karena ia akan menyatakan perasaannya kepada salah seorang murid laki-laki yang ia sukai.

Yap, tidak salah lagi. Kyra akan menembak Arka hari ini. Memang terbilang nekat, tapi ia sangat percaya diri.

Ia sudah mengirimkan pesan sebelumnya kepada Arka melalui temannya agar mau menemuinya dilapangan sekolah. Namun sudah setengah jam ia menunggu, Arka tak kunjung datang.

"Ra, udah dong, Lo gak usah nekat gini. Lo liat, Arka juga gak datang buat nyamperin Lo," pinta Zia memohon.

"Iya Ra, plis lo jangan buat diri Lo capek cuman buat hal kayak beginian. Plis kita balik ke kelas yuk, Lo udah jadi bahan tontonan disini." kali ini Dinda yang memohon, ia tak tega melihat Kyra begitu bersikeras mendapatkan Arka.

"Gak akan. Gue gak akan balik ke kelas. Gue yakin Arka pasti dateng kok," kukuhnya.

"Ya ampun Raa," lirih Zia dan Dinda bersamaan.

Zia dan Dinda sebenarnya tak tega melihat Kyra yg seperti ini. Mereka terkejut ketika Kyra mengatakan akan menembak Arka. Mereka tak habis pikir, Arka saja tak mengenal Kyra tapi mengapa Kyra bersikukuh tetap mengejar Arka? Mereka sudah pasrah, tak paham lagi dengan jalan pemikiran Kyra.

15 menit kemudian, penantian Kyra tak sia-sia. Akhirnya Arka datang menemuinya dilapangan.

"Akhirnya Lo dateng, Ar," seru Kyra dengan senangnya.

"Apa?" tanya Arka langsung tanpa basa-basi.

"Khm. Sebelumnya gue mau bilang makasih ke lo karena udah mau dateng kesini," ucapnya sedikit digantung.

Ia menghela nafas perlahan untuk menetralkan detak jantungnya.

"Gue suka sama Lo, Arka. Lo mau 'kan,  jadi pacar gue?" tanyanya semangat sambil menyerahkan seikat bunga yg tadi digenggamnya.

Arka menatap bunga itu sebentar lalu beralih menatap Kyra.
Ia menaikkan sebelah halisnya tanda tak paham.

"Gue nembak Lo Ar, Lo mau 'kan?" jelasnya lagi.

Arka hanya menghela nafasnya perlahan, lalu kemudian berbalik meninggalkan Kyra tanpa berbicara sepatah katapun.

Kyra dibuat kaget olehnya, ia tak paham. Arka menerimanya, atau justru menolaknya? Mengapa tak berbicara sama sekali?
Berbagai macam pertanyaan memenuhi pikirannya, ia masih tak paham.

Ia menunduk, tanpa sadar cairan bening lolos begitu saja tanpa izin di pipinya yg tebal dengan make-up itu. Membuat eyeliner yg sebelumnya menggaris indah dimatanya, ikut mengalir bersama air mata yg membuat warna pipinya jadi berantakkan.

Zia dan Dinda langsung menghampirinya. Ia samar-samar mendengar celotehan Zia dan Dinda yg mungkin sedang menasihatinya. Dan juga samar-samar ia mendengar suara tertawa dari siswa/i yg berada disekitaran sekolah.

Ia menutup telinganya rapat-rapat. Ia tak mau mendengarkan apapun saat ini.
Ia malu, jelas sangat malu. Sakit hati? Tentu saja.

Ia berlari meninggalkan lapangan dan meninggalkan kedua temannya itu yg masih berbicara kepadanya.
Ia tak menghiraukan celotehan mereka dan tatapan merendahkan para murid disitu.

Yang ia pikirkan saat ini hanyalah lari, pergi ke tempat yg sekiranya sepi.

Ia menuju halaman belakang sekolah, tempat yg sama ketika dua hari yg lalu ia bersama Hendra disini.

Manis, Tapi Galak [END || REVISI]Where stories live. Discover now