32 = Berulah lagi

121 5 0
                                    

Happy reading!

                          ******

Sore ini Vanessa ingin menyendiri. Ia memilih sebuah kafe yang jaraknya tak jauh dari rumahnya. Setelah memesan kopi dan menyeruputnya sedikit, pikirannya kembali melayang pada kejadian satu minggu yang lalu. Satu minggu yang lalu, dimana Reon kembali hadir di hadapannya.

Menatap ke luar jendela, tepatnya ke arah jalan yang sekarang mulai basah akibat turunnya hujan, Vanessa mengingat semua itu.

Semua tentang dia dan Reon.

Pertama kali mengenal Reon adalah saat Vanessa tak sengaja diganggu oleh preman ketika pulang sekolah. Dan disanalah Reon muncul bak pahlawan kesiangan, menolong Vanessa kemudian mengantarkan gadis itu pulang.

Dari sana, mereka dekat. Kemudian tumbuh rasa diantara mereka. Dan tanpa membuang waktu lebih lama lagi, mereka menjalin hubungan.

Vanessa tahu, Reon tergolong siswa yang tidak baik di sekolah. Reon suka tawuran, berkelahi, membolos, dan hal buruk lainnya. Dan Vanessa juga tahu, Reon dulunya suka gonta-ganti pacar. Namun, Vanessa bertekad untuk merubah Reon. Merubah laki-laki itu menjadi lebih baik lagi.

Awalnya, Reon benar bisa berubah. Laki-laki itu berhenti merokok, tawuran, dan lebih sering menghabiskan waktu bersama Vanessa.

Namun, setelah beberapa bulan kemudian, Reon merasa bosan. Ia bosan karena menurutnya Vanessa terlalu cerewet dan mengaturnya ini-itu. Ia merasa Vanessa sudah tak menarik lagi. Maka, ia pun memacari gadis lain. Yang tentunya diam-diam tanpa sepengetahuan Vanessa.

Tak hanya satu gadis, namun tiga gadis sekaligus ia pacari!

Kebohongan sekecil apapun yang disembunyikan, suatu saat pasti akan terkuak kebenarannya. Dan benar, tak lama setelah itu, Vanessa mengetahuinya. Dari teman-teman Reon tentu saja.

Tanpa membuang waktu, Vanessa menghampiri Reon dan menampar laki-laki tersebut. Di depan umum. Saat mereka sedang berjalan-jalan mencari makanan. Saat itu, Vanessa sudah tak tahan lagi. Ia tak suka dipermainkan seperti itu oleh Reon. Vanessa mencintai laki-laki itu dengan tulus dan berniat baik padanya. Tetapi, balasan apa yang ia terima? Sebuah pengkhianatan.

Sejak itu, Vanessa sangat membenci sosok Reon. Vanessa juga tak pernah melihat sosok itu lagi, dan ia sangat bersyukur akan hal itu.

Tetapi, kenapa Tuhan berkata lain?

Justru di saat dirinya sedang bahagia dan mulai bisa membuka hati untuk David, luka lama muncul kembali. Apakah ia dipermainkan juga oleh waktu?

"Huh..." gadis tersebut menghela napas. Ia kemudian kembali menyeruput kopinya. "Reon sialan! Gue benci sama lo!"

"Gue juga benci. Rasanya gue pengen ngehajar dia habis-habisan setelah nyakitin lo."

Vanessa mengalihkan tatapannya ke depan. Ke arah suara bariton yang baru saja mengungkapkan kekesalannya juga.

"David?!"

Vanessa terkejut. Laki-laki itu entah sejak kapan duduk di hadapannya sembari menggenggam secangkir kopi. Pakaiannya terlihat basah. Sepertinya David hujan-hujanan. Vanessa tak habis pikir bagaimana jalan pemikiran David saat ini.

"Calm down, girl. Hahaha."

Ah, tawanya manis sekali. Vanessa terpana sesaat. Hanya sesaat karena setelahnya gadis itu menggelengkan kepalanya beberapa kali. Tak ingin hanyut terlalu lama dalam pesona David.

"Dari kapan lo disini?" tanya Vanessa sembari menatap ke arah luar jendela kembali. David yang ada di seberangnya menatap gadis tersebut dengan lekat. "15 menit yang lalu."

For You [COMPLETE]Where stories live. Discover now