2 = Namanya David

339 18 1
                                    

Kriing kriing kriing

Alarm milik Vanessa berdering dengan nyaring menunjukkan pukul 05.00 pagi. Vanessa yang matanya masih terasa berat, mau tak mau harus membukanya. Setelah mengumpulkan seluruh nyawanya, ia pun mengambil alarm berbentuk panda yang berada di atas nakas dan menekan tombol off yang terdapat di belakang alarm tersebut.

Ia mengambil handuk yang tergantung dan beranjak ke kamar mandi. 10 menit berada di kamar mandi, Vanessa keluar dengan tubuh yang segar. Setelahnya, ia memakai seragam sekolah sesuai jadwal yang sudah ditetapkan.

Gadis itu memakai bedak dengan tipis dan memoleskan liptint agar terlihat lebih segar lagi. Tak lupa parfume dengan aroma vanilla ia semprotkan ke tubuhnya.

Merasa dirinya sudah siap, ia menyambar tas yang berada di atas meja belajar dan menyampirkannya ke bahu. Vanessa tersenyum tipis dan segera keluar dari kamarnya. Ia menuruni satu per satu anak tangga yang terbuat dari batu marmer tersebut untuk menuju ruang makan.

"Pagi, Ayah! Pagi, Bunda!" sapa Vanessa ketika ia sampai di ruang makan. "Pagi juga, Nak." balas kedua orang tuanya serempak. Vanessa menarik salah satu kursi dan mendudukinya.

"Ayah, Bunda. Hari ini Vanessa gak mau diantar sama Pak Abdul, ya! Hari ini Vanessa mau berangkat pake sepeda aja," ucap Vanessa seraya mengolesi rotinya dengan selai cokelat favoritnya.

"Loh, emangnya kenapa?" tanya Rudy--ayah Vanessa.

"Ya gapapa sih, Yah. Vanessa pingin aja gitu pake sepeda. Olahraga pagi-pagi gitu. Sekalian mengurangi polusi dan menghindari kemacetan. Ayah sama Bunda tau kan, jalanan di sini itu macet pake banget. Vanessa bete," cerocos Vanessa yang kemudian mencomot roti selai cokelatnya.

"Ya sudah, Bunda izinin. Tapi hati-hati, ya! Jangan sampai kamu telat." peringat Kezia. Vanessa pun mengangguk. Setelah rotinya ia makan habis, ia meneguk susu cokelat yang baru saja selesai dituang oleh Kezia. "Aduh, Nessa! Pelan-pelan, dong. Nanti keselek, ih." ujar Kezia sembari menggeleng-gelengkan kepala melihat tingkah anak semata wayangnya itu.

"Vanessa buru-buru, Bun. Takut telat, nih. Vanessa berangkat sekarang, ya! Assalammualaikum, Ayah, Bunda!" Vanessa menyalami tangan kedua orang tuanya dan bergegas ke garasi untuk mengeluarkan sepeda.

Saat di dekat gerbang rumah, Vanessa tak sengaja berpapasan dengan Mang Ucup--tukang kebun di rumahnya.

"Pagi, Mang Ucup!" sapa Vanessa ramah. "Pagi juga, Non Vanessa." balas Mang Ucup sembari tersenyum ke arah Vanessa. Namun, tiba-tiba senyuman Mang Ucup pudar dan berganti dengan kerutan di dahinya.

"Loh, Non? Tumben berangkat pake sepeda. Ada apa?"

"Oh ini, Mang. Vanessa pingin aja gitu pake sepeda hari ini. Mengurangi polusi lah. Sekalian olahraga gitu, Mang,"

"Wih, luar biasa emang, Non Vanessa teh!"

"Aih... Biasa aja kali Mang. Yang luar biasa itu Mang Ucup jadi kepala sekolah di sekolahan Vanessa."

"Hahaha! Aduh, si Non Vanessa bisa aja atuh."

"Hehe. Yaudah, Mang. Vanessa berangkat dulu, ya. Takut telat entar masuknya,"

"Oh iya. Baik Non. Hati-hati di jalan ya, Non,"

"Siap! Assalammualaikum."

"Waalaikumsalam."
 
                        ******

Vanessa mengayuh sepedanya dengan semangat sembari mendengarkan lagu Heart Shaker yang dipopulerkan oleh TWICE.

For You [COMPLETE]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu