7 = The Sweet Morning

220 11 0
                                    

Happy reading!

                         ******

Tiinn tiinn

Vanessa yang mendengar suara klakson mobil di depan rumahnya,segera menghabiskan susu cokelat yang baru saja dituang oleh Kezia. Gadis itu menyalami punggung tangan kedua orang tuanya dengan tergesa-gesa dan langsung berlari ke luar untuk menemui sang penjemputnya hari ini.

Gadis itu membuka pintu gerbang rumahnya dengan tergesa-gesa pula. "Mang Ucup,Pak Abdul. Vanessa berangkat dulu ya! Assalammualaikum!" ucap Vanessa sembari melambaikan tangan pada kedua laki paruh baya yang sedang asyik mengobrol di depan garasi rumahnya. Mang Ucup dan Pak Abdul pun tersenyum ramah kemudian membalas salam dari Vanessa. "Waalaikumsalam, Non Vanessa!"

Karrel sudah menunggunya di dalam mobil. Cowok itu memasang wajah ramahnya dan tersenyum senang ketika Vanessa membuka pintu mobil dan masuk ke dalam.

"Selamat pagi,Vanessa," sapa Karrel. Vanessa menoleh ke arah Karrel yang kini sedang tersenyum kepadanya. "Sse--selamat pagi juga,Kak Karrel."

Vanessa menjawab dengan gugup. Entah kenapa,melihat Karrel yang tersenyum manis kepadanya membuat jantungnya berdetak tak beraturan,lagi. Vanessa mencoba menghirup oksigen sebanyak-banyaknya dan mengeluarkannya perlahan. Hal itu ia lakukan berulang kali hingga detak jantungnya terasa normal dan beraturan.

Karrel yang melihat gadis di sampingnya sedang melakukan tarik-buang napas berulang kali,hanya dapat mengernyitkan dahinya. "Kamu kenapa? Sakit?"

Tangan kiri Karrel bergerak menuju dahi Vanessa dan menyentuh kening gadis itu,sedangkan tangan kanannya memegang stir mobil.

"Eng--enggak kok,Kak. Aku sehat walafiat," jawab Vanessa sembari melepas punggung tangan Karrel yang menempel di keningnya. "Terus tadi kenapa tarik-buang napas?"

"Anu.. Tadi itu.. Anu.." Vanessa memutarkan bola matanya,mencari jawaban yang tepat. Tidak mungkin kan,kalau Vanessa mengatakan kepada Karrel bahwa detak jantungnya tak beraturan ketika melihat senyum cowok itu? Yang ada nantinya Karrel malah menertawakannya.

"Anu apa?" Karrel kembali bertanya dengan sesekali menoleh ke arah Vanessa yang masih mencari jawaban yang tepat untuk ia katakan.

"Anu.. Tadi itu aku lagi.. Olahraga! Iya,olahraga!" Vanessa menjentikkan jarinya dan tersenyum riang. "Kan tadi aku denger suara klakson mobil Kakak,terus buru-buru keluar gerbang sambil lari-larian gitu."

Karrel mengangguk-anggukan kepalanya sembari ber-oh ria. Ia percaya-percaya saja dengan jawaban kebohongan gadis itu. Vanessa sendiri merasa lega karena Karrel percaya dengan kebohongan yang ia buat. Ya Allah,maafin Vanessa udah bohong sama Pangeran Berbibir Indah, batin Vanessa di dalam hatinya.

                         ******

Sesampainya di sekolah,Vanessa dan Karrel pun segera turun dari mobil. Keduanya berjalan beriringan memasuki wilayah SMA Tunas Bangsa.

Sebelumnya,Karrel akan mengantarkan Vanessa terlebih dahulu ke kelasnya. Vanessa pun hanya mengiyakan saja.

"Van,nanti sore temenin aku ke toko buku,ya!" ajak Karrel ketika mereka berbelok di koridor kelas XI. Vanessa mengernyit. "Ngapain?"

Karrel sempat terkikik sebentar. Ia merasa gemas dengan Vanessa. "Ya beli buku lah,Van. Masa mau beli boneka."

Vanessa pun tersenyum dengan menampilkan sederet giginya. Tengkuknya yang tak gatal ia garuk-garuk. "Oh iya."

For You [COMPLETE]Where stories live. Discover now