TTIMH-7

2.8K 110 2
                                    

  "Pak, mau kemana?" tanya Athela pada Sean yang sudah siap dengan stelan tuxedonya.

  "Ada urusan," jawab Sean dingin lalu meninggalkan Athela.

  "Shit!"

  "Urusan yang dimaksud itu ketemuan sama cewek kentang itu?"

  Athela duduk merasa bosan di sofa ruang tamunya, menonton drama? Aish, tidak fokus. Makan? Gak ada mood.

  "Ah, balapan dan ketemu sama Kak Tasha," gumam Athela.

   Athela bersiap dan mengganti pakaiannya menjadi pakaian serba hitam, jaket hitam, topi hitam, masker hitam dan celana hitam, hanya motor besarnya lah yang berwarna merah.

   Bodo amat dengan jarum jam yang sudah menunjukkan pukul 21.00 malam, Sean saja boleh keluar, kenapa dia tidak?

   Tak lama kemudian, Athela pun sampai dengan waktu hanya 10 menit, ia memakai cara jitunya, yaitu mengebut dan menyelip.

  "Malam ini gue yang turun lagi," teriak Athela dan semua pasang mata menatapnya.

  "Lo gak mau nunggu ronde kedua aja, Thela?" tanya Tasha.

  "Gak, Kak."

   Athela segera memberhentikan motornya di depan garis start lalu menunggu aba-aba.

  "Satu... Dua... Tiga.... Mulai!" teriak Adrian, karena memang dia yang lebih sering menjadi wasit.

  Athela melajukan motornya di atas rata-rata, ia tidak perduli dengan keselamatannya lagi, yang penting ia bisa menang. Persetan dengan Sean atau suaminya itu.

   Athela berusaha menghindar dari tendangan musuhnya, musuhnya itu selalu ingin menendang motornya agar ia bisa jatuh dan kalah, namun tidak semudah itu, ferguso.

   Elang menatap tajam ke arah Athela, Athela bisa melihat dari kaca helmnya yang transparan.

   Elang masih saja berusaha untuk menendang motor besar Athela agar tumbang, namun, Athela tetaplah Athela, ia bisa menghindari semua tendangan Elang.

  "Pengecut!" desis Elang.

  "Bodoh! Lo ga semudah itu bisa numbangin gue, anjing!" teriak Athela marah.

  "Lihat saja, Athela," teriak Elang.

  "Bodoh!"

   Elang tak menyerah, menendang, menyelip, semua ia lakukan supaya bisa menang.

  "Kita buat persetujuan!" teriak Elang.

  "Apa?"

  "Kalau gue menang, gue mau lo jadi cewek gue! Kalau lo yang menang, motor ini jadi punya lo!"

  "Oke!" teriak Athela.

   Ia pasti akan menang, Athela bukan gadis yang lemah. Athel menyelip dan  ia berada didepan Elang, sekilas tersenyum sinis lalu melajukan motornya kembali, namun, keberuntungan tidak berpihak padanya kali ini, ia terjatuh karena tendangan Elang karena terlalu fokus pada jalanan depannya, ia mendesis tajam.

  "Mampus! Sekarang lo jadi cewek gue!" teriak Elang.

  "Gak!"

  "Persetujuan kita begitu! Gue gak mau tahu!"

  "Oke, tiga hari aja," ucap Athela.

  "Gak, 3 bulan!"

  "Enak saja!"

  "Mau nolak, hm?"

  "Oke, 3 bulan!" Pasrah sudah Athela.

  "Ayo, gue anter pulang."

 That Teacher Is My HusbandWhere stories live. Discover now