13. Bermodalkan Kuasa

47 2 0
                                    


Roro berusaha melepaskan diri dari cengkeraman lelaki yang dibencinya. Kakinya berusaha menendang lelaki itu namun itu sia-sia. Hal itu justru membuat si lelaki makin kesal hingga mengangkat badan Roro lebih tinggi. Kini kaki Roro tidak menyentuh lantai sama sekali. Roro pun mulai kehabisan napas dan tenaga.

"Lepaskan Roro!" teriak Edi.

Edi pun berlari ke arah Bandung sebari mengepalkan tangannya. Edi memukul-mukul badan lelaki itu namun Bandung dengan sigap meraih kepalan tangannya. Dengan mudahnya, ia melemparkan Edi kembali ke tempatnya pertama berada.

"Dasar bodoh, kamu pikir kamu cukup kuat untuk melawanku?"

Bandung tersenyum picik. Roro yang dicengkeramnya dilemparkannya ke dinding. Bagai sudah diberi aba-aba, muncul beberapa lengan pucat pasi dari balik dinding menahan Roro agar tidak melarikan diri. Lengan-lengan itu mencengkram tangan dan kaki Roro dengan eratnya.

"HAHAHA!" tawa Bandung menggelegar di kamar tersebut.

"Jadi bakal seperti ini jadinya?!"

Bandung mengangkat Edi hingga wajah mereka saling bertatapan.

"Kamu pikir semudah itu melukaiku?"

Edi terlalu lelah untuk menjawab. Badan Edi kesakitan setelah dilontarkan ke dinding bagai seonggok daging seperti itu.

Bandung mendekati Roro sambil menyeret tubuh Edi. Ia lalu mengangkat kerah belakang Edi dan menyodorkan wajah lelaki itu ke hadapan Roro.

"Apa ini pemuda yang kau cintai itu?"

Roro tidak menjawab.

"Orang ini yang kau sebut cinta sejatimu?"

Roro lagi-lagi tidak menjawab, Ia hanya kasihan melihat Edi yang nampak kepayahan.

"Heh. Jadi, kamu memang mencintai bocah cabul ini."

Bukannya menjawab, Roro memandang Bandung dengan tatapan penuh amarahnya. Ingin ia menghajar lelaki sialan itu namun ia masih belum bisa melepaskan diri.

"Kamu tahu? Sudah lama aku tidak makan daging manusia."

"TIDAK!!!"

Roro berteriak. Edi memberontak, tapi ia tidak berdaya. Ia tampaknya harus pasrah disantap oleh "tunangan" gadis yang dicintainya.

"Ini untuk yang engkau perbuat pada kakak!"

Sumi menusukan keris ke punggung Bandung. Ia pun melepaskan cengkeramannya dari Edi. Mulutnya yang hendak menyantap makanan tiba-tiba memuntahkan darah. Tubuhnya mengembang dan meletus seperti bisul yang mengeluarkan nanah.

Sumi yang matanya perlahan meredup jatuh ke lantai tak sadarkan diri.

Roro terjatuh ke lantai begitu lengan-lengan yang menahannya menghilang.

Edi terduduk di lantai menahan sakit hantaman dan cengkeraman yang ia terima.

Ketiganya terkulai lemas namun bernapas lega karena Bandung tak lagi punya kuasa.

Ramban: Cinta & Kutukan (Old Version)Where stories live. Discover now