10. Alih Kode

81 7 1
                                    


Roro terbangun dari tidurnya. Tubuhnya bermandikan keringat dan napasnya tersengal-sengal. Hentakannya juga membangunkan Sumi yang tidur di sebelahnya. Sumi pun segera bangkit untuk menanyakan apa yang terjadi.

"Ada apa???"

"Tidak salah lagi, aku melihatnya!"

"Kalau begitu, aku akan menanyakan padanya segera!"

***

Beberapa hari berlalu dan Sumi sudah mulai bisa mengerti dan mengucapkan apa yang diucapkan orang-orang di zaman ini. Tidak sefasih Roro memang, tapi paling tidak dia mengerti beberapa kata yang didengarnya dan berkomunikasi sedikit. Sumi tentunya harus berterima kasih kepada Kinasih. Sumi ingat sekali saat Kinasih memberikan benda ajaib itu padanya beberapa waktu lalu di Yogya.

***

Kinasih yang sedang menonton televisi teralihkan perhatiaannya saat Sumi melewati dirinya untuk kedua kalinya. Terlebih lagi, Sumi selalu jalan membungkuk setiap melewati dirinya.

"Eh, Sumi! Sini!"

Sumi menoleh saat mendengar namanya dipanggil. Kinasih lalu menarik lengannya dan menyuruhnya untuk duduk di atas sofa bersama.

"Jadi, kamu memang temannya Roro?"

Sumi tidak menjawab.

"Ih, jawab dong!"

"Kamu ingin apa?"

Kini giliran Kinasih yang kebingungan mendengar jawaban tersebut.

"Aha!"

Kinasih segera mengambil sesuatu di sebelahnya dan memberikan benda itu kepada Sumi. Benda tersebut seperti cermin dengan kaca berwarna hitam, sepertihalnya benda yang sedari tadi dilihat Kinasih.

"Begini cara menyalakannya!"

Kinasih membuat benda itu menyala. Dia lalu menekan layar benda itu dan lalu menunjukannya pada sumi.

"Kita coba nama-nama hewan..."

Layar memperlihatkah gambar berbagai jenis hewan. Sumi mulai tertarik. Dia mulai mengusap-usap layar berusaha mencari sesuatu. Hingga akhirnya dia melihat sebuah gambar yang menarik perhatiannya dan segera ditekannya gambar itu. Benda itu pun mengeluarkan suara.

"Harimau. H-A-R-I-M-A-U."

"Nah, coba ulangi omongannya, Sumi! HA-RI-MAU"

Namun, Sumi tidak mengulangi perkataan benda itu. Ia justru malah mennunjuk ke arah Kinasih. Kinasih yang tambah bingung berusaha membuat Sumi mengulang kata itu dengan gerak tubuhnya.

"Ayo ikutin! HA... RI... MAU..."

Sumi mulai menangkap apa yang ingin disampaikan oleh gadis itu. Ia pun mulai mencoba mengikuti gerak bibir Kinasih. Ia kemudian mengucapkan kata tersebut.

"Hari... mau..."

"Nah, akhirnya..."

Sumi kemudian menunjuk Kinasih kembali.

"Oh, kamu mau pinjam tablet ini?"

Kinasih memberikan benda itu pada Sumi. Sumi sebenarnya tidak terlalu mengerti kenapa Kinasih memberikan benda itu padanya. Sumi hanya mengangguk mengiyakan apa yang dikatakan Kinasih.

"Ayo kita belajar kata yang lain!"

***

"Edi..."

Edi yang hendak masuk kamar berbalik dan melihat Sumi menunjuk kamarnya.

"Itu kamar kamu?"

Edi mengangguk.

"Boleh lihat?"

Edi mempersilahkan Sumi memasuki kamarnya meski sebenarnya ia tak tahu apa yang ingin Sumi lakukan di kamarnya. Jujur, mendengar Sumi berbicara saja membuatnya takut untuk menolak permintaannya.

Sumi menggenggam gagang pintu kamar itu dengan eratnya. Dia menarik napas dalam-dalam guna menghadapi apa yang ada di dalam kamar tersebut. Aura jahat yang keluar dari ruangan itu membuat bulu kuduknya berdiri, namun hal itu tidak membuatnya mengucilkan niat untuk membuka pintu. Gagang pintu itu pun diputarnya dan didorongnya daun pintu itu hingga terbuka.

Mata Sumi melotot tidak mempercayai apa yang dilihatnya di dalam kamar. Tubuhnya bergetar melihat pemandangan di dalam kamar itu. Tanpa basa-basi, ia segera berlari ke kamar lain untuk menemui Roro. Sumi tak peduli bila ia meninggalkan Edi yang kebingungan karena kini ia sadar akan satu hal. Ini adalah pertanda bahwa Roro dan dirinya harus segera beralih dari rumah ini.

Ramban: Cinta & Kutukan (Old Version)Où les histoires vivent. Découvrez maintenant