4. Ba[n]dung

142 11 1
                                    

Badan Roro mematung memandang lelaki yang pernah mengutuknya menjadi patung

ओह! यह छवि हमारे सामग्री दिशानिर्देशों का पालन नहीं करती है। प्रकाशन जारी रखने के लिए, कृपया इसे हटा दें या कोई भिन्न छवि अपलोड करें।

Badan Roro mematung memandang lelaki yang pernah mengutuknya menjadi patung. Dia hampir tak mempercayai matanya sendiri saat melihatnya. Pakaiannya boleh saja berbeda, tapi ia mengenali lelaki itu dimana saja.

"Oh? Apa setelan jas ini terlalu mewah untuk reuni kecil kita ini?"

Dia lalu menjentikan jari dan seketika kobaran api menyelimuti dirinya. Dari kepulan asap yang mulai menguap tampaklah lelaki itu mengenakan pakaian sudah lama tak dijumpainya.

"Bagaimana sekarang? Membuatmu mengenang masa lalu kah?"

Tidak ada jawaban keluar dari mulut Roro. Wajah lelaki itu tampak kesal dan dengan jentikan jari berikutnya ia kembali mengubah pakaiannya seperti sediakala. Lelaki itu kemudian menjulurkan tangannya seperti hendak bersalaman.

"Mungkin kamu lupa, kenalkan namaku Bandung Bondowoso dan kamu pasti Roro Jonggrang, si patung wanita yang terkenal itu!"

Dia tertawa terbahak-bahak tak bisa menahan dirinya sendiri, namun Roro hanya membalasnya dengan tatapan dingin. Tatapan yang merupakan campuran antara dendam dan takut itu membuatnya makin kesal.

"JAWAB BODOH!!!"

"Kamu... masih..."

Tawanya kini lebih keras dari sebelumnya.

"Apakah itu yang sedari tadi membuatmu diam seribu bahasa? Dasar bodoh!"

"Jadi... bagaimana mungkin..."

"Aku tak percaya ternyata kamu memang masih sebodoh dahulu. Apakah otakmu masih terkutuk jadi batu?"

"Jawab... saja... bodoh!"

Roro mengatakannya sambil bergidik dengan hebat. Mata lelaki tersebut kembali memancarkan cahaya yang pernah diperlihatkannya dahulu, namun dia kembali menutup matanya dan kemudian membetulkan kerah bajunya.

"Dengar, tidak penting bagaimana aku bisa berada di sini! Lagipula, aku tidak akan pernah sudi menginjakan kakiku di sini kalau bukan karena seorang bocah mesum yang memecahkan kutukanmu!"

"Apa maumu?"

"Aku hanya ingin memperingatkanmu akan sesuatu."

"Apa?"

"Jatuh cinta akan menjadi kutukan terburuk yang pernah kau rasakan!"

"Aku tidak mengerti..."

"Apa yang kau tak mengerti, hah?"

Roro mengepalkan tangannya berusaha mengumpulkan keberanian. Dia menarik napas dan lalu diungkapkanlah apa yang ada di dalam benaknya.

"Apa kamu belum puas mengutukku? Apa lagi yang kamu inginkan?"

"Yang aku inginkan? Aku ingin melihatmu menderita karena cinta! Aku tidak akan pernah puas sebelum hatimu hancur bak arang yang dilahap api membara!"

"Tapi lihat sekarang! Aku menemukan cinta kembali!"

"Kamu bilang itu cinta? Tahu apa gadis ingusan sepertimu soal cinta?"

"Tidak banyak, tapi paling tidak aku bukanlah pecundang yang menggentayangi orang yang jelas-jelas tidak akan pernah membalas cintanya!"

Perasan jengkelnya kini sudah tidak bisa dibendung lagi mendengar sindiran itu. Matanya kembali bersinar dengan cahaya yang panasnya dapat melelehkan baja. Tak kalah panasnya, dari telapak tangannya keluar api yang menjilat-jilat. Dia pun berjalan mendekati Roro yang kini bermandikan keringat dingin.

"Dengar ya gadis bodoh, aku sudah tidak peduli apabila kamu mencintaiku atau tidak! Aku bahkan sudah tidak peduli bila kamu mati sekarang juga!"

Tangannya berusaha menggapai leher Roro saat di luar dugaannya datang seorang gadis yang segera menarik Roro ke belakang. Gadis itu lalu menodongkan sebilah keris ke leher si lelaki yang terkejut melihat kedatangannya. Tak hanya si lelaki, Roro juga terkejut melihat gadis itu. Mereka tambah terkejut ketika mendengar gadis itu mengucapkan kata-kata yang sudah lama tak didengar keduanya.

"Sakiti dia dan engkau akan rasakan akibatnya!"

"Sumi?"

Ramban: Cinta & Kutukan (Old Version)जहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें