24 • Beautiful Goodbye

4.4K 448 69
                                    

Part 24 : Beautiful Goodbye
•••






Setelah makan, Mark mengajak Yeri untuk jalan-jalan di taman rumah sakit. Mereka sudah mendapat izin dari Doyoung dan ketiga sahabatnya yang lain. Menurut mereka, jalan-jalan di taman memang bagus untuk kesembuhan Yeri. Selain itu Doyoung bilang, Yeri juga sudah jarang menghirup udara segar karena kondisinya yang mengharuskan ia agar lebih banyak di dalam ruangan.

Keduanya berjalan berdampingan dengan tangan saling bertaut. Kebersamaan itu membuat Yeri mampu melupakan rasa sakitnya untuk sementara.

"Ayo, kita duduk di sana," ujarnya sambil menunjuk sebuah bangku kecil di sudut taman. Yeri mengangguk.

Untuk beberapa saat, mereka berdua mengagumi keindahan taman itu. Berbagai macam bunga dan pohon yang berwarna-warni tertata dengan rapi, membentuk sebuah pemandangan yang menyegarkan mata. Wajah pasien-pasien yang berada di taman juga terlihat cerah.

"Udah empat taun ya Yerm. Gak kerasa," ujarnya sambil memandang ke depan.

"Hm, gimana di Kanada?" tanya Yeri yang juga memandang lurus ke depan.

Raut wajah pemuda itu menjadi mendung. "Aku sih gampang beradaptasi di sana. Tapi aku gak bisa ngelupain temen-temen di sini. Aku kangen kalian."

Yeri sedikit tersentuh mendengarnya. Ia menolehkan kepalanya untuk melihat Mark dan alangkah terkejutnya Yeri ketika menyadari bahwa penglihatannya memburam. Sosok Mark seakan-akan mengabur. Menjauh. Menggelap.

Jangan sekarang... Kumohon...

Yeri mengerjap-ngerjapkan matanya, berharap pandangannya kembali normal seperti semula. Tapi hasilnya nihil, bayangan Mark makin mengabur. Ini pasti efek dari sakit yang dialaminya barusan.

Ia jadi teringat perkataan dokter yang merawatnya dulu,

"Jika penyakitmu makin parah, bisa dipastikan kau akan kehilangan penglihatanmu. Sebab kanker otakmu ini akan mengubah sistem kerja beberapa panca inderamu, termasuk indera penglihatan dan pendengaranmu. Gejala kanker otak ini akan bertambah parah seiring dengan bertambah parahnya sel-sel kanker menggerogoti otakmu. Suatu saat nanti kau akan kesulitan dalam melihat atau mendengar."

Sungguh, Yeri tidak ingin penyakit-penyakitnya ini menghancurkan kebersamaan mereka berdua. Tapi apa yang harus ia lakukan jika Tuhan sudah berkehendak lain?

Bukan hanya kanker otak. Dokter juga memvonis bahwa Yeri memiliki radang paru-paru yang parah. Dua penyakit yang sedang menggerogoti tubuh gadis itu seakan tidak mau berbaik hati untuk berhenti sejenak, mereka ganas. Mereka tidak ingin melihatnya berbahagia bersama dengan Mark.

Sosok Mark kadang mendekat, kadang menjauh. Suara pemuda itu juga tidak lagi jelas baginya.

Apakah sudah saatnya Tuhan memanggilku? Tapi aku bahkan belum sehari bersama Mark! Yeri menjerit dalam hatinya.

Dengan gerakan lemah, Yeri meraih leher Mark dan kemudian mengalungkan kedua tangannya erat-erat. Ia memejamkan kedua matanya, menyebabkan aliran bening membasahi kedua pipinya.

Mark terkejut. "Ada apa, Yeri, sayang? Kamu kenapa?" Ia panik.

Yeri menggeleng lemah. "Aku cuma mau peluk kamu. Aku mau lebih dekat sama kamu...."

Yeri's Protectors | SM 99LWhere stories live. Discover now