22 • Farewell is Well

2K 305 16
                                    

Part 22 : Farewell is Well
•••






"Kok dia ketawa sih?" tanya Yeri dengan rasa bingung.

"Karena buat dia itu lucu." Di sebelahnya, Mark menjelaskan.

Kening Yeri berkerut. "Perempuan itu lagi nyatain cinta, apanya yang lucu?"

Mark terkekeh saat Yeri mengeluarkan banyak ekspresi setiap kali mereka menonton bersama. Kali itu mereka menonton drama romantis, dan memang filmnya sulit di mengerti. Jadi sebagai teman nonton Yeri yang sudah hafal dengan sifat gadis itu, Mark hanya menjawab dengan penuh kesabaran setiap pertanyaan Yeri.

Yang paling sulit adalah, saat Yeri merasa perlu mengetahui tentang film yang menceritakan seseorang yang bertemu alien di hutan, lalu melalui hari panjang bersama dengan komunikasi yang unik. Dan berakhir perpisahan yang hanya sebentar dan kembali bersama. Biasalah, ujung dari sebuah film biasanya sangat sulit tertebak dan di mengerti. Dan Mark ingat saat mereka menonton film itu, Yeri tidak pernah berhenti bertanya.

Yeri meraih remot dan mematikannya dengan cepat lalu membanting remot itu ke ranjang yang mereka tempati.

"Kenapa di matiin?"

"Terus kenapa kamu ketawa? Kamu ngetawain aku? Iya, aku selalu banyak tanya kalau nonton. Akunya bego dan gak mengerti apa-apa. Tapi kalau kamu ngetawain kayak gitu, kita gak usah nonton lagi."

Mark berkedip, sedikit merasa geli akan sikap manja dan sensitif kekasihnya itu. Ya, sekarang Yeri lebih mudah merajuk, walau membujuknya juga mudah.

"Aku gak ngetawain kamu. Aku ketawa karena filmnya lucu."

Yeri masih membuang muka, menolak untuk menatap Mark. Menghela nafas, Mark meraih dagu kekasihnya dan semakin tidak bisa menahan tawanya saat melihat ekspresi lucu Yeri.

Kening berkerut, pipi menggembung, bibir mengerucut. "Kamu lucu banget sih sayang." Ia mencium sekilas bibir yang mengerucut itu karena gemas. Semakin membuat Yeri kesal dan melepaskan rengkuhan pemuda itu.

"Sekarang kamu ngejek aku. Aku ini lagi marah. Kamu malah bilang kalau aku lucu?"

Tawa Mark semakin keras. Ia menarik Yeri ke dalam pelukannya dan menggelitiki pinggang gadis itu. "Hahaha,, udah.. hahaha.. geli Mark... ugh.. udahahahaha.."

Mark menghentikan gelitikkannya saat Yeri menjadi berbaring di bawahnya. Ia tersenyum dan merapikan surai hitam berantakan gadisnya. "Aku gak mungkin ngejek kamu sayang. Kamu itu emang lucu buat aku. Kamu lucu, manis, dan cantik."

Yeri menghela nafas sehabis di gelitiki tadi dan menatap netra kekasihnya. "Beneran kamu gak ngejek aku? Orang-orang bilang aku bego."

Mark berdecak. "Aku gak suka kamu bilang kayak gitu. Kalau kamu bilang gitu lagi, aku cium sampai bibir kamu bengkak loh," Mark berhenti sejenak dan berpikir. "Tapi keliatannya bagus kalau bibir kamu bengkak."

Yeri melotot dan menutup mulutnya dan kedua tangannya. "Sayang, kamu pasti bakal lebih seksi," Yeri menggeleng kuat mendengar hal itu. Membuat Mark kembali terkekeh.

Tak lama, tawanya mereda dan  ia mencium kening Yeri lembut. "Jangan bilang kayak gitu lagi ya?"

Gadis itu menarik nafas dan membuka mulutnya menyerah. Ia mengangguk sebagai jawaban. Yeri hanya masih sering teringat akan cacian yang pernah dia terima. Cacian yang mengatainya 'gadis bodoh'.

"Senyum dong." Ucap Mark dengan riang. Membuat Yeri ikut tersenyum.

Selanjutnya, Mark mendekatkan wajahnya. Ingin menarih bibir peach menggoda itu dalam lumatannya sebelum—

Yeri's Protectors | SM 99LWhere stories live. Discover now