"Apa mau lo hah?"tanya Laim sekali lagi sambik memukul Mario tepat di pipi kiri nya.

"Inget Liam ini semua cuman taruhan jangan sampai lo main hati"ucapnya yang membuat Liam seketika terdiam dan berhenti memukuli Mario.

Hal itu tak di sia-siakan mario, ia segera mendorong liam menjauh dari tubuhnya dan segera pergi dari tempat itu.

Sementara Olive hanya bisa terdiam. Ia masih syok melihat adegan barusan. Ia melihat Liam yang sangat brutal ketika memukul Mario itu membuatnya benar-benar takut.

"Akhhh"teriak Liam kesal sambil memukul tembok yang ada di sampingnya. Membuat luka yang ada di tanganya bertambah semakin parah.

Mendengar teriakan Liam membuat Olive kembali kedalam kesadaranya. Ia lalu melihat Liam mendekat dan hal itu tanpa sadar membuat Olive melangkah mundur. Melihat itu membuat Liam sadar bahwa ia telah membuat Olive takut pada dirinya sendiri.

"Sorry kalo gue buat lo takut, lebih baik lo gue anter pulang sekarang"ucapnya lau segera memakin helmnya.

🐌🐌🐌🐌

"Sorry"cuman itu yang bisa liam ucapa kan saat merka sampai di depan rumah Olive.

Olive hanya tersenyum menanggapi ucapab liam barusan."masuh udah mau malem takut abang lo nyariin"ujarnya yang membuat olive sadar bahwa ia belum mengabari abangnya sama sekali.

Tapi sebelum itu ia membuka bagian depanya dan mengeluarka hansaplas dari sana. Ia sedeara merobek bungkusnya dan memasangkanya di luka yang ada di tulang pipi Liam.

Hal itu membuat Liam terdiam seketika dan membuatnya memadang mata coklat milik Olive yang entah kenapa dirasanya begitu indah.

"Nahh, dah selesai"ucapnya ketika selesai memasangkan hansaplas itu di wajah Liam"kalo udah sampai langsung bersihin pakek alkohol biar kumanya hilang terus kasih obat merah biar cepet kering"ujarnya lalu melihat kearah liam yang sedari tadi melihat ke arahnya. Hal itu membuat mereka saling menatap hingga Olive memalingkan matanya karena perasaan yang tak seharusnya ia rasakan itu tiba-tiba kembali.

"Ehh... makasih"ucap Liam sambil memalingkan wajahya. Hal yang paling sulit di ucapkan seornag Liam adalah terimakasih dan maaf tapi entah kenapa ia merasa begitu mudah mengucapkanya ketika berada disamping wanita ini, wanita yang beberapa jam lalu ia buat takut karena kebrutalanya menghajar Mario.

"Gue balik"ucapnya sebelum pergi meninggalkan Olive di depan gerbang.

"Ha..." belum sempat olive menyelesaikan ucapanya Liam sudah terlebih dulu menjalankan motornya pergi."....ti-hati"lanjutnya

Ia pun segera masuk dan menutup kembali gerbang rumah nya itu.

🐌🐌🐌🐌

Malam yang penuh dengan bintang. Di kamar dengan warna yang berdominan dengan hitam dan putih ini seorang laki-laki yang hanya menggunakan kaos hitam polos dan celana jins pendek sedang menatap bintang sambil memikirkan seseorang yang belum tentu juga memikirkanya.
Liam lelaki itu sedang berada di balkon kamarnya. Pikiranya malam ini sangan kacau hingga ia membuktuhkan pelarian dan hanya satu tempat yang di butuhkanya malam ini club. Itu mungkin akan sedikit membuatnya melupakan tentang wanita yang di bencinya saat ini meskipun ia adalah wanita yang sangat di sayangnya.

Ia segera mengambil jaket dan kunci motornya ia juga tak lupa menghubungi ke dua sahabatnya untuk menyusulnya ke club. Tak butuh waktu lama ia sudah sampai di tempat yang ia tuju. Saat ia memesuki tempat itu suara musik yang keras dam banyaknya manusia yang menari di bawahnya membuatnya sedikit kebingungan mencari ke dua sahabatnya itu. Hingga ia mendapati kedua berada di bar dengan gelas kecil yang sudah berisi dengan minuman.

"Tumben lo minta kita kesini?"tanya Erick lalu meminum minumanya itu.

"Lo pasti kepikiran lagi ya?"tanya Kenzo menebak apa yang sedang di pikirkan sahabatnya itu. Sebenarnya Kenzo tak suka dengan tempat seperti ini, karena menurutnya sangat berisik dan menggagu tapi jika itu permintaan Liam maka mau tidak mau ia harus dantang.

"Tumben lo mau dateng?"ujarnya balik bertanya. Lalu duduk di samping Kenzo.

"Mau sampai kapan lo kayak gini? Kalo emang itu beneran dia seharusnya lo nyamperin bukanya kabur"ujar Kenzo menasehati.

"Gue....."ucapnya bingung dengan perasaanya sendiri."gue gak mau luka yang udah gue tutup rapat-rapat kembali terbuka"lanjutnya pada akhirnya.

"Tapi dia nyokap lo, orang tua lo sendiri. Dia kesini pasti nyarik lo juga"ujar Kenzo dengan suara yang sudah mulai menunggi.

"Gue tau, gue tau itu, kalo dia nyarik gue kenapa gak dari dulu kenapa baru sekarang saat hati gue udah terlalu sakit buat nunggu"ucap Liam lalu meminum minuman yang sudah ia pesan. Meneguknya sampai habis lalu meminta untuk di isi kembali.

"Jangan minum banyak gue lagi ogah nganterin lo balik kalo anak monyet ini juga mabok"ujar Kenzo memberi tahu. Ia bukan lah peminum sepeti kedua orang yang ada di sampingnya ini.

"Iya gue tahu"jawab Liam lau meneguk minumanya kembali. Sementara Kenzo ia hanya menatap kedua lalu memainkan hpnya kembali. Untunglah ia tadi membawa mobil jadi dia bisa dengan mudah membawa Erick pulang ke apartemnt nya.

"Gue cabut, sebaiknya cepet bawa tuh bocah pulang sebelum dia ngelakuin hal-hal yang aneh"ucap liam sebelum meninggalkan Kenzo dengan Erick yang sudah tak sadarkan diri.

Menyusahkan.batin Kenzo.

Melihat kepergian Liam. Bagi Kenzo sifat liam yang seperti ini karena ia kehilangan kasih sayang dari ibunya dan gadis masa yang sangat di sayangnya yang telah menghilang sewaktu SMP dulu. Kenal dengan liam dari kecil membuatnya tau seluk beluk Liam dan keluarganya. Ia hanya memandang cemas ke arah Liam. Ia berdoa semoga dengan adanya Olive bisa merubah ia menjadi liam yang dulu. Dan sekarang giliran ia yang harus mengus anak monyet satu ini.

🐌🐌🐌🐌

Liam melajukan motornya dengan kecepatan tinggi sambil menahan tangisnya mengingat semua yang telah pergi meninggalkanya. Tanpa ia sadari dirinya hampir menabrak orang yang menyebrang jalan.

Dan betapa terkejutnya ia ketika orang itu adalah gadis yang beberapa hari lalu menjadi pacarnya.

"Bisa gak sih lo...."ucap gadis itu terhenti ketika melihat siapa yang akan menabraknya.

'Liam'.batinya.

🐌🐌🐌🐌🐌
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

See you




About LiamWhere stories live. Discover now