O1

506 27 2
                                    

"Aku berangkat!" seru Soobin seraya dia mengambil kunci mobil dari mangkuk kecil di dekat pintu menuju garasi.

"Soobin, tunggu adikmu!" seru Junhyung.

Soobin berhenti di depan pintu dan menoleh ke arah ayahnya yang terlihat sedang terburu-buru. Ayahnya memeriksa isi tasnya sekali lagi sebelum mengambil kunci mobilnya dari mangkuk yang sama.

"Ayah tidak bisa mengantar Kai pagi ini, ayah ada rapat dan harus datang lebih pagi."

"Tapi ayah, aku juga ada kelas pagi, dan Kai bahkan belum terlihat."

"Ayah benar-benar minta tolong, Soobin. Kamu tahu Kai tidak mungkin menggunakan kereta." Junghyun tersenyum melihat Soobin yang akhirnya mengangguk, dia mengacak pelan rambut anak sulungnya tersebut. "Terima kasih Soobin, ayah berangkat dulu."

"Hati-hati ayah." Gumam Soobin dan setelah menarik napas panjang, dia berjalan naik menuju kamar Kai, mengetuk pintu kamar adiknya. "Kai, ayo berangkat. Aku ada kelas pagi."

Pintu kamar terbuka dan tampaklah Kai yang hampir siap. Dia sudah memakai seragam sekolahnya tapi tampaknya dia memakainya begitu saja tanpa merapikannya, bahkan dasinya terlihat seperti diikat sekenanya. Soobin menghela napas dan langsung membenahi dasi Kai dan membantu Kai merapikan seragamnya. "Maaf hyung, aku tidak tahu kalau ayah akan ada rapat."

Soobin tersenyum dan menepuk pundak Kai,"Tidak apa-apa, jangan lupa menyisir rambutmu, aku akan menunggu di mobil."

...

Dua sosok pria terlihat sedang berada di antara keramaian tengah kota. Mereka berdua memiliki tinggi badan sekitar 180 cm, mereka sama-sama memakai kacamata hitam dan memiliki rambut berwarna hitam kelam.

"Kita harus berhenti, Jungkook. Persaingan kita semakin tidak masuk akal dan ayah sedang sakit. Kita hanya akan mempercepat kematian dia kalau kita tetap seperti ini." salah satu dari mereka memulai percakapan.

"Bukannya kamu yang selalu memicu persaingan? Aku sudah tahu bahwa ayah memang lebih percaya kepadaku dibanding kamu." kata pria satunya sembari memutar bola matanya.

"Aku tidak perlu perbandingan." Tegas Seokjin, dia melepas kacamata hitamnya. Sekilas terlihat iris mata yang berwarna keemasan tapi dengan secepat kilat berubah menjadi warna cokelat muda seperti manusia pada normalnya. "Kita harus berhenti."

"Aku hanya akan berhenti jika kamu berhenti membuat masalah, hyung."

"Jaga bicaramu, Jungkook."

"Apa aku salah?" Jungkook terkekeh pelan, "Jika kamu sudah selesai, aku ada urusan lain. Sampai bertemu di rumah, hyung." Jungkook berjalan mundur seraya berkata seperti itu dan cahaya berbentuk sayap membentang dari punggungnya, membawa dia pergi dari penglihatan.

Seokjin menggeram pelan dan kemudian dia terdiam saat telinganya menangkap sesuatu. Jiwa lemah yang membutuhkan pertolongan. Detik berikutnya, pria tersebut sudah menghilang dari tempatnya berdiri.

...

"Pergi kalian!" seru Kai pada tiga senior yang selalu mengganggunya. Di sekolah, Kai bukan murid yang menonjol. Kai cukup pintar. Salah satu dari mereka yang selalu mendapat nilai stabil dan tidak pernah sekalipun mendapat detensi. Kai sangat pendiam dan tidak pernah membantah atau melawan.

Jadi mengapa dia dirundung seperti itu? Tidak ada yang tahu pasti. Sejak Soobin lulus dari sekolah tersebut, Yoongi dan kedua temannya mulai sering mengejeknya.

Soobin memang merupakan murid teladan, terpintar dan ketua OSIS di sekolah. Soobin berteman dengan semua murid, atau paling tidak, tidak pernah mempunyai masalah dengan siapapun karena itu apa yang terjadi pada Kai, masih menjadi misteri bagi beberapa murid. Kai sendiri merupakan anak yang pendiam sejak dia memasuki sekolah yang sama dengan Soobin. Soobin sudah kelas 12 ketika Kai naik kelas 10. Kai tidak pernah mencoba mencari teman juga, dia hanya kenal beberapa anak yang satu kelas dengannya.

(slow) Are You My Guardian? [INDONESIAN LANGUAGE]Where stories live. Discover now