Empat puluh tiga - gagal berpaling

875 50 5
                                    

Happy reading 💙

Hari demi hari terus berlalu.  Kegiatannya terasa mulai melelahkan bersekolah di pagi hari lalu bekerja, semakin waktu berjalan rasa lelah semakin bersarang di tubuhnya, seperti saat ini kepalanya terasa pening dan berat.

Ara berjalan di koridor sekolah yang masih sepi, hanya ada beberapa murid kategori rajin yang selalu datang lebih awal

"Hai Ra" sapa seseorang, saat mendongkakan kepalanya Ara menemukan Rafly yang tengah berdiri di hadapannya lengkap dengan senyum menawan.

"Ka Rafly?"

"Udah lama kita gak ketemu, boleh ngobrol sebentar gak?"

Ara menatap Rafly bingung namun detik selanjutnya ia menganggukkan kepalanya menyetujui keinginan Rafly.

"Apa kabar?" Rafly memulai pembicaraan dengan hal yang sudah lama ingin ia tanyakan

"Hmm..ya baik baik aja"
"Kaka sendiri gimana?"

"Baik juga"
"Gue suka sama lo Ra" Rafly mengungkapkan perasaannya secara tiba tiba dan tanpa persiapan sedikitpun.

Ara mematung. Meresapi kata kata yang diucapkan Rafly, mungkin  dulu kata kata inilah yang  sangat ia tunggu dari Rafly. Tapi sekarang keadaannya berbeda. Sudah tidak lagi sama.

"Gue udah lama mau ngungkapin ini, tapi waktunya selalu gak tepat dan ada aja halangan yang ngebuat gue ngurungin keinginan buat bilang ke lo"

"Mungkin kata kata tadi udah gak ada artinya lagi sekarang, tapi gue perlu ungkapin karena perasaan ini selalu ganggu gue. Lo gak perlu jawab atas ungkapan gue tadi, itu cuma sekedar buat ngurangin beban aja dan gue  juga mau minta maaf  kalo karna ada gue hubungan lo sama Regan  jadi bermasalah"

Ara hanya diam membisu masih meresapi semua kata yang terlontar dari mulut Rafly, ada gejolak aneh yang ia rasakan.

"Lusa gue berangkat ke Jerman. Pindah sekolah, pindah tempat tinggal juga. Kalo ada waktu luang lo bisa anter gue ke bandara?"

Ara mengerjapkan matanya berkali kali, terkejut dengan semua kata kata Rafly. Mulai dari pernyataan cinta, permintaan maaf dan sekarang pamit.

"Hmm..nanti gue kabarin deh kak"

Rafly tersenyum senang, "gue berharap banget Lo bisa anter gue."

****

"Gimana sama Ara?" tanya Ariq melempar kulit kacang ke dalam plastik.

"Alah paling juga masih gengsi. Ego lo terlalu tinggi gan, kalo emang masih sayang mah gak usah sok nolak." sahut Ikhram

"Awalnya gua udah males berhubungan lagi sama dia. Awalnya gua ngerasa disia-siain, gue ngerasa cuma gue yang berjuang. tapi, sekecewa apapun gua sama dia,sekesel apapun gua sama dia gue tetep gak bisa ngejauh"

"Gue udah coba, tapi perhatian gue selalu tertuju ke Ara"

"Munafik sihh, sadar juga akhirnya" Ikhram menimpali pembicaraan

"Kejar lagi. Perjuangin lagi."
"Lagian dia juga udah minta maaf kan,udah mulai berjuang buat lo juga"

Saat tengah asik berbincang, Ariq melihat Ara yang berjalan ke arah mereka. Tepat saat Ara berjalan di depan mereka Ariq memanggilnya keras
"Ara,Regan mau ngomong katanya"

Regan yang tengah memainkan ponselnya seketika mengangkat kepalanya kaget. Pasalnya tidak ada yang ingin ia bicarakan.

"Mau ngomong apa?" Ara menatap Regan dengan polos. Regan hanya menggelengkan kepalanya dengan wajah kaget dan bingung yang sontak membuat semua temannya tertawa.

"Kemana Regan yang suka rusuh? Ini Regan versi baru?" Celetuk Daffa dengan sisa tawanya.

"Bener gak ada yang mau di omongin gan? Tadi katanya gak bisa berpaling dari Ara?" Sahut Ariq masih memakan kacang.

Regan yang mendengar itu langsung saja menyikut perut Ariq sampai ia mengaduh kesakitan. Regan kembali melihat Ara dengan senyum kikuk, seketika perasaan gugup bersarang di tubuhnya. Baru saja Regan ingin menyuruh Ara kembali berjalan, tiba tiba Ara jatuh pingsan di depannya.

Jam istirahat sudah selesai sepuluh menit yang lalu, tapi Ara belum juga sadar dan Regan masih setia duduk di samping ranjang UKS dimana Ara terbaring pucat. Melihat wajah pucat Ara membuat Regan teringat perkataan Dira bahwa sekarang Ara bekerja di sebuah cafe.

Ingin marah rasanya melihat Ara terbaring seperti saat ini. Tapi Regan juga tidak tau harus marah pada siapa. Regan melihat Ara mulai mengerjapkan matanya sadar.
"Minum dulu Ra" Regan menyodorkan segelas teh hangat dan membantu Ara minum.

"Tadi petugas UKS nya bilang lo kecapekan, emang lo ngapain aja?" Tanya Regan berharap Ara akan menjawab dengan jujur.

"Gak ngapa-ngapain. Emang lagi gak fit aja badannya"

"Nanti pulang sekolah ke rumah gue dulu."

Ara menatao Regan bingung, untuk apa ia kerumah Regan.
"Kenapa?"

"Biar gue panggil dokter pribadi buat cek ulang lo"

"Ih apa sih, ini cuma lagi gak fit aja. Lagian tadi lo bilang sendiri katanya gua cuma kecapekan"

"Cuma? Kalo sampe pingsan kaya tadi, itu berati udah kecapekan banget ra. Lagian lo ngapain si segala kerja di cafe?" Tanya Regan, tidak bisa lagi menahan rasa penasarannya.

Ara yang mendengar pertanyaan Regan spontan kaget, karena seingatnya hanya Dira yang tau ini
"Aduhaiii yang lagi berduaan di UKS" suara Ikhram terdengar dari ambang pintu. Ikhram melipat tangannya di depan dada dan bersender pada pintu ruang UKS

"Ini kenapa ramai sekali?" Sahut seseorang tiba tiba. Itu petugas UKS yang tadi mengecek keadaan Ara.

"Semuanya kembali ke kelas. Ara, kalau sudah baikan kamu juga harus kembali ke kelas"

  _____________________________________

- menerima semua kritik dan saran, jangan lupa tekan bintang setelah membaca -

A/n : Udah lama gak update cerita ehe semoga gak bosen dan masih setia nunggu updatean selanjutnya yak:) buat cerita barunya masih proses ketik..di tunggu ya💙

[END] My DandelionWhere stories live. Discover now