Sepuluh - salting

1.7K 89 2
                                    


Setelah berbelok beberapa kali yang pastinya di instruksi kan oleh ara , akhirnya Regan dan Ara sampai di rumah ara yang sederhana

"Makasih."ujar ara setelah turun dari motor Ninja putih milik Regan.

"Hmm," jawab nya untuk ungkapan terimakasih dari Ara.

Ara menatap malas pada Regan, "Gak ikhlas nganterin pasti, ngeselin bgt." Dumelnya sambil berbisik pada diri sendiri.

"Ngomongnya di depan dong, kan mulutnya ada di depan! Sembunyi sembunyi gitu sih ngedumelnya?,"

"Dih pede abis!!,"
"Udah pulang sana!," usir Ara

"Ngusir mba??," tanya Regan dengan nada sindiran.

"Gak, cuma udah mulai muak aja sama lo. Kejadian di kantin jadi keputer lagi di otak. Ah iya, bekas jus nya gak bisa ilang."

Regan menatap horror pada Ara yang memasang wajah judesnya, ia terheran karena Ara begitu cantik tapi judesnya melebihi cantiknya.

"Udah pulang!! Malah bengong, udah malem tau."

'kok perhatian? Segala ngingetin udah malem lagi." Pikirannya buyar, sebuah jentikan berbunyi tepat di hadapannya.

"Kesambet mas?," tanya Ara terus menjentikkan jarinya di depan wajah Regan.

"Nyumpahin apa gimana?," tanya Regan datar.

"Dih, sewot sendiri."
"Udah pulang, pegel nih kaki gue! mau tidur!!" usir Ara lagi.

"Iyaa iyaa ini juga mau pulang,"

"Akhirnyaa, yaudah gue masuk duluan yaa cape soal nya." ujar Ara sambil berlalu.

Sebelum Ara berlalu Regan kembali memanggil nya, sampai Ara berbalik.
"Ra!"

Ara menengok memberikan tatapan 'apaan lagi sii??'

"Jangan tidur malem malem yaa." Pesan Regan cepat kemudian langsung menarik gas dan melaju kencang dengan motor besarnya.

"Lah?? Udah miring tuh orang." Gumam Ara tidak perduli, memilih berlalu masuk ke dalam rumah.

***

Karena membawa motor dengan kebut kebutan, Regan mendapatkan umpatan dan makian dari beberapa warga dan pengendara lain. Ia berhasil sampai di rumah dan lolos dari seseorang, setelah sebelumnya ada satu orang pengendara yang seperti ingin mengejarnya.

"Sampe juga." gumamnya mendaratkan bokongnya di kasur ber-sprai abu abu.

"Gilaa kenapa gue deg degan gini si?," tanyanya pada diri sendiri, memgang dadanya yang masih berdegup cepat.

"Jangan bilang-" Regan menggelengkan kepalanya cepat,  mengusir pikiran bodohnya.

"Arkhh!!!," teriaknya kesal, mengacak rambutnya frustasi karena menyadari tindakan bodoh nya tadi pada Ara.

"Jangan tidur malem malem yaa," ulang nya.

"Dan gue langsung nancep gas,ngebut gak jelas di jalan???!!" ujarnya masih tidak percaya dengan apa yang ia lakukan.

"APA APAAN SIH REGAN!!!." teriaknya kesal.

Ia berjalan menuruni tangga menuju dapur, membuka lemari pendingin, mengambil botol minumnya kemudian menenggak nya hingga tetes terakhir. Ia berfikir bahwa minum dapat membawa rasa aneh yang ada di dalam dirinya larut.

"Kembung juga," keluhnya setelah menghabiskan 1,5 liter air hanya dalam sesaat. Regan berlari cepat kembali ke kamarnya, menjatuhkan tubuhnya asal di atas kasur.

"Ke dokter psikolog kali ya? Aneh banget rasanya." gumamnya sebelum terbang ke alam mimpi.

Regan kembali membuka matanya, ia sudah hampir tertidur pulas tapi suara ketukan pintu terus terdengar, sangat menggangu tidurnya. Itu pasti bi Asih.

"Kenapa bi? Regan baru tidur ini, jadi kebangun lagi." ujar Regan menyahuti ketukan pintu dari luar.

"Maaf kalau bibi ganggu, tadi si mas teriak teriak jadi takut kenapa napa."

"Dilanjut mas tidurnya, maaf ganggu."

Sudah tidak lagi terdengar ketukan pintu dan sepatah katapun dari Bu Asih, ia pasti sudah kembali ke dapur atau kemana pun itu. Rasa kantuknya hilang, benar benar hilang, ia tidak bisa melanjutkan tidurnya lagi.

Regan meraih ponselnya di nakas, mengetik beberapa digit angka di sana sampai terdengar suara sambungan telepon disusul dengan suara seorang laki laki di seberang.

"Dengan dokter Adrian, ada masalah apa tuan? Gejala seperti apa? Sejak kapan? Apa perasaan anda saat ini?," cecar seorang laki laki di telepon.

"Belom juga gue ngomong, udah banyak tanya aja lo Sujono!," kesal Regan.

"Maaf tuan."

"Panggil nama aja!."

"Maaf tidak bisa tuan."

"Gue bukan penggila hormat kaya papa! jangan ngomong formal juga, risih banget dengernya."

"Maaf."

"Udah lupain!!,"
"Hari ini gue abis ketemu sama orang, kenapa abis ketemu dia perasaan gue jadi gak karuan?,"

Adrian mengerutkan dahinya heran, "gak karuan? Maaf bisa lebih spesifik tuan?,"

"Y-ya jadi gak karuan aja. Gue jadi mules, deg degan, gemeter juga, perut gue aneh banget rasanya."

"Diare?,"

Regan memasang wajah masam, kecewa dengan diagnosis dari dokter kepercayaan keluarganya. Kenapa Diare? Sangat tidak elit.
"Yehh kok diare sih? Gue gak bilang kalo gue bolak balik kamar mandi perasaan."

"Tuan bilang mules, maaf."

"ASTAGA!! GAK ADA GUNANYA KONSUL SAMA LO! BELAJAR LAGI YANG RAJIN!!, teriak Regan kesal sebelum mengakhiri panggilan.

Mungkin Regan harus me-request dokter baru pada Ayahnya, dokternya saat ini wawasannya kurang luas. Karena Regan yakin ini bukan diare! Ia tidak ada makan makanan pedas atapun basi.

Lalu perasaan apa ini? Ini sangat aneh, ia tidak menyukainya.

______________________________________

- Menerima semua kritik dan saran, jangan lupa tekan bintang setelah membaca -

A/n: Hope you like it!!! Tinggalkan jejak ya, jangan lupa baca cerita aku yang lain <3

[END] My DandelionWhere stories live. Discover now