Lima belas - kakak ganteng

1.5K 85 2
                                    

Ara menghela nafas lega karena ia tidak telat masuk, jika saja ia sampai lebih lambat dari ini dijamin ia akan telatdan mendapat hukuman. Entah di jemur dilapangan, membersihkan toilet atau yang lain.

Ara berlari untuk sampai di kelasnya lebih cepat. Sampai ia merasakan bahwa dirinya menabrak sesuatu membuatnya berakhir terduduk di lantai.

'BRUUKKK'

"Eh sorry gak liat," ujar orang itu seraya mengulurkan tangan untuk membantu Ara berdiri.

"LO KALO JALAN PAKE MAT--"
"..ta dong." Emosinya seketika meluruh, dan seruan amarahnya juga mereda karena terpukau dengan visual manusia yang ada dihadapannya saat ini.

"Jalan itu pake kaki, bukan mata. Mata kan fungsinya buat melihat, seumur umur gue gak pernah liat ada orang yang jalan pake matanya." ujar laki laki itu panjang lebar.

"Eh??bu-bukan gitu maksudnya,"

"Lo gak papa?," tanyanya Seelah menarik Ara berdiri.

"Hmm iya gak kenapa napa kok." ujar Ara tersenyum kikuk.

"Sorry ya tadi gue gak liat, jadi nabrak."

"Ah, iya ya gapapa." Ujarnya tidak fokus karena masih larut dalam ketampanan yang terpampang nyata di hadapannya. Hidung mancung, rahang tegas, alis yang tebal, bahu lebar, tinggi semampai. LUAR BIASA!

'GILA! Ganteng banget subhanallah, indahnya ciptaan muu.' gumam Ara dalam pikirannya, ia masih tidak percaya dengan keindahan yang ada di hadapannya.

Melihat perempuan yang ia tabrak barusan diam tanpa bersuara sedikitpun membuat dirinya sedikit khawatir, apa terjadi sesuatu dengan perempuan itu?
"Eh, lo serius gak kenapa-napa?,"

"Ganteng," gumam Ara taoa sadar yang melenceng jauh dari pertanyaan yang di lontarkan laki laki itu.

"Hei." sentuhan tangannya di bahu Ara membuat Ada tersadar dari lamunannya.

"Ah? Ya kenapa?," tanya Ara linglung.

"Lo gak papa?," tanya nya sambil menahan senyum.

"Ha? Ah yaa yaa gue gak papa emang nya kenapa?," heran Ara, ia tidak tau apa apa saat ini.

"Soalnya dari tadi lo bengong aja, pas di tanya kenapa, malah jawab ganteng." jelasnya membuat Ara membelakan matanya kaget.

"Ha?? Masa??," syok Ara.

"Iyaa," ujarnya meyakinkan, membuat Ara semakin malu dengan kebodohannya.

"Oh ya, lo kelas berapa?,"

"Kelas sepuluh," jawab Ara.

Dia menganggukan kepala nya mengerti.
"Lo?," tanya Ara balik.

"Gue kelas sebelas, oh iya sekalian gue mau nanya kelas sebelas IPA dua dimana ya?," tanya nya.

"Ohh gue sih kurang tau, gue cuman tau gedung nya aja. kalo gedung kelas sebelas di sana." ujar Ara sambil menunjuk gedung sebelah.

"Ohh gituu, ok makasih ya." Ia berlalu oegi setelah melempar senyuman menawan pada Ara.

"Iya sama sama." jawab Ara sedikit berteriak karena dia sudah berjalan cukup jauh.

'Masyaallahh pangeran dari mana sii udah baik, lembut, di tambah ganteng lagi. Kurang apaa coba tu cowo?' batin nya sambil tersenyum.

"Ara!," Dira menepuk pundak Ara tiba tiba, ia sudah memperhatikan Ara yang sedari tadi berdiri diam.

"Astagfirullah!! Lo mau bikin gue jantungan?!," omel Ara.

[END] My DandelionWhere stories live. Discover now