•• 17 ••

342K 22.9K 1.9K
                                    

"Jen, ayo ke kelas! Pak Dito marah-marah noh," ucap Seril menyadarkannya, Albar yang sedari tadi memandangi Kajen kini berganti menatap bu Shinta yang masih mengeluarkan segala nasihatnya. Dan saat melihat pak Dito, semua murid yang menonton Albar dan Dewa cs di lapangan langsung bubar seketika.

"Bukannya belajar malah di sini!" Omel pak Dito, matanya beralih pada dua gadis yang masih berada di lapangan. Dia Kajen dan Seril, Seril merutuki dirinya yang terus membujuk Kajen agar pulang ke kelas, sayangnya gadis itu memilih diam dan terus memandangi Albar.

"Heh! Kamu denger saya ngomong nggak?" Tanya pak Dito, Kajen menoleh lalu tersenyum.

"Denger pak," jawabnya sembari tersenyum.

"Kamu kelas 10 yang telat itu ya? Ngapain masih di sini? Mau saya hukum lagi?"

Kajen bukannya menjawab malah menatap Albar dan Dewa CS yang terkena hukuman membersihkan seluruh sekolah mulai dari taman hingga kamar mandi dan pelosok lainnya.
Senyum Kajen merekah.

"Iya pak saya mau di hukum," jawab Kajen antusias, hal tersebut membuat Seril di samping gadis itu menoleh tidak percaya.

"Lo gila ya?!" Bisik Seril.

"Kamu-"

"Bapak jelek!" Potong Kajen sembari tersenyum. Pak Dito melayangkan tatapan tidak bersahabatnya lalu menahan amarahnya yang hampir meledak. Bisa di katakan pak Dito adalah guru teraneh, dia akan marah jika seseorang mengumpatnya jelek atau hal buruk yang lain. Seril menepuk jidatnya karna sudah menyerah dengan tingkah Kajen.

"Kamu saya hukum membersihkan sekolah selama seharian!" Omel Pak Dito, Kajen mengangguk.

"Makasih, Pak! Bapak jadi tambah jelek ehehe," ujar Kajen dan berlari begitu saja. Sedangkan Seril pucat pasi di tinggal Kajen. melihat Pak Dito yang sudah kesal setengah mati, dirinya langsung mundur selangkah dan akhirnya kabur memilih pergi ke kelas dan membiarkan hal gila yang akan dilakukan temannya.

Lain dengan Kajen yang sedang mencari keberadaan Albar. Sampai pada saatnya ia melihat lelaki yang tengah duduk dan sesekali mengambil daun karna menjalani hukumannya saat ini. Kajen dengan perlahan menghampiri Albar.

"Kak albar," panggil Kajen, sontak Albar menoleh dan terkejut mendapati gadis itu datang untuk menemuinya.

"Ngapain?" Tanya Albar tanpa ekspresi. Kajen lebih mendekat lalu duduk di samping Albar.

"Kenapa lagi, kak?" Tanya Kajen buka suara. Albar membuang mukanya.

"Urusan cowok," balas albar tanpa melihat Kajen. Kajen menunduk menyesal, pastinya karna dirinya lagi, Albar mulai terkena masalah dari kehadirannya di kehidupan Albar.

"Pasti sakit ya." Mendengar ucapan Kajen, Albar menoleh.

"Nggak, mending lo balik ke kelas."

"G-gue...bawain ini." Kajen menyodorkan obat merah serta plester. Sebelum ia menemui Albar, dia mampir terlebih dahulu ke UKS untuk mengambil obat.

"Boleh gue bantu?" Tanya Kajen. Cukup lama Albar terdiam meresapi apa yang dilakukan gadis ini, akhirnya ia mengangguk meski terlihat samar. Senyum Kajen langsung mengembang. Perlahan tangannya bergerak untuk mengolesi luka Albar dengan salep yang ia ambil di UKS, lalu beralih pada luka luar yang cukup mengerikan di tangan Albar segaris yang cukup dalam.

"Ini-"

"Jatoh," potongnya. Kajen memilih diam lalu memberi luka tersebut dengan obat merah. Kini ia beralih pada wajah Albar dan hendak memberi plester pada batang hidung Albar.

"Cantik," ujar Albar entah untuk siapa, namun pergerakan Kajen di saat terakhir memplester luka Albar terhenti. Ia memilih positif thinking lalu tersenyum.

24/7 (SELESAI)Where stories live. Discover now