1-5 : Unlucky Day

439 40 4
                                    

Djarum Superliga sudah dihelat dari tiga hari yang lalu. Sejauh ini, timku masih belum terkalahkan. Meski begitu rasanya belum lengkap kalau tidak ngehype semua ini bareng Ajay. Ya... dia sepertinya masih marah padaku.

Bahkan saat malam penyambutan sehari sebelum dihelatnya turnamen nasional ini, ia secara terang-terangan menjauhiku. Enggan berada dalam satu meja yang sama saat kursi yang tersisa untuk tim kami hanya di tempatku. Memilih bergabung dengan PB Jaya Raya di ujung lain aula.

"Kalian sariawan? Diem mulu, biasanya rame banget." Ucapan pak Agil selaku pelatih menjadi alasan Ajay (akhirnya) berbicara.

"Males aja ke nih awewe, Pak."

Sadar disindir, aku langsung memukulkan gagang raket ke lengannya berkali-kali, menyalurkan segala kekesalan yang ku pendam beberapa hari ini. Syukurlah pak Agil tidak melerai karena sekarang kami sedang istirahat sebentar, bebas.

Pria yang menjadi objek pukulanku masih belum mengeluh. Demi menghindari kemungkinan tangannya memar, pukulan ku sudahi dan ganti menyodorkan kantung berisi es batu padanya. Membuatnya melirikku sebentar sebelum menerimanya. "Udahan keselnya?" tanyanya kemudian.

"Udahan keselnya?" Aku balik bertanya. Tanpa butuh waktu lama baginya untuk mengangguk.

Ajay menempelkan ice bag tadi bergantian dari dahi kemudian lengan. Hall tempat kami berlatih hawanya memang sangat panas, padahal semua pendingin dinyalakan. Di tengah keluhanku karena merasa gerah, ia menjadikan dahiku sebagai destinasi ketiga dari ice bag tadi. "Gerah kan? Kayak yang gue rasain waktu itu."

"Konteks?"

Ia tidak menjawab. Tangannya masih memegang kantung es yang kini di dahiku. Tak apa, setidaknya satu masalah selesai. Pikiranku jauh lebih tenang sekarang.

Mumpung sudah baikan, aku memanfaatkan waktu istirahat ini untuk membicarakan hal-hal yang tidak kami bahas dengan orang lain--nggak seserver soalnya. Konspirasi terkait susu putih namun yang disebut air putih justru air bening. Juga perdebatan apakah ayam atau telur yang ada lebih dulu sudah pernah kami diskusikan.

Tidak pernah terbesit dalam obrolan kalau pembahasan kami di waktu senggang ini aneh, seperti anggapan orang-orang. Seakan-akan topik ini memang topik penting yang bisa mempengaruhi tebal tipisnya materi di buku sejarah maupun buku IPA.

"Lo pernah mikir nggak, katanya bunga matahari tuh tumbuh ngadep matahari. Misal tumbuhnya ngadep timur, pas matahari terbenam doi puter balik dong?" tanyanya sembari menggaruk ketiak, lalu menyodorkan tangan bekas garukan tadi ke hidungku. Kembali mengundang pukulan dariku yang sudah di antisipasi.

Otakku ikut bekerja memikirkan jawaban, disusul sebuah khayalan yang membuat mataku terbelalak tak percaya. "Bayangin matahari pas mau terbenam ngasih aba-aba kayak pemimpin barisan. Nyuruh kembang matahari 'puter balik, grak!'--KEREN ANJIR GILAK!" Aku bertepuk tangan dengan gerakan lambat.

"Mereka ada squad nggak sih? Isinya paguyuban matahari. Anggotanya matahari, bunga matahari, matahari departemen store, trus lo.... LAH IYA, LO?!"

"Kok gue?!"

"Mentari kan nama kerennya matahari. Atau jangan-jangan lo nggak diakuin karena nggak warna kuning?"

"Matahari dept store warna merah tuh logonya?!"

"Ya itu kuning kelewat mateng, well done pangkat tiga."

"Daging kalo well done mah tambah coklat, mana ada jadi merah?"

"Yakan ini bukan daging? Bocah gendeng."

YANG GENDENG SIAPA SIH SEBENERNYA?!

🌻🌻🌻

𝘿𝙞𝙛𝙛𝙚𝙧𝙚𝙣𝙘𝙚 | Lagi Di RevisiWhere stories live. Discover now