0-3 : Jalan yuk?

2K 136 1
                                    

Weekend biasa aku nikmati dengan maraton drama (bukan Tukang Bubur Naik Haji ya, itu mah di maraton sebulan pun belum selesai) ataupun goleran secara nomaden alias pindah-pindah kamar. Bahkan pernah numpang tidur di ruangannya dokter Ela karena pengen cari suasana baru.

Tapi kali ini, ketika jam menunjukkan pukul 7 pagi, sebuah telpon datang dari Jejeㅡpartner mainku di sektor ganda putri yang mengajakku ke belakang asrama, tepatnya ke lapangan. Karena jadwalnya bebas aktif alias libur latihan, beberapa dari warga Pelatnas yang nggak pulang ke rumah janjian untuk berkumpul di track lari sebelah lapangan. Duduk santai ditemani bubur kacang hijau hangat sambil nontonin sektor putra yang lagi pemanasan mau main bola. Salah satunya tentu ada si BobotohㅡAjayㅡdengan jersey Persib tahun 2018 yang udah sering banget dipake. Entah emang punya banyak, atau pake sistem CKP (Cuci-Kering-Pakai).

Hanya info, barangkali ada yang nyariin oppa-oppa Sunda itu.

Aku duduk di sebelah mbak Wid yang rencananya pulang agak siangan karena setelah ini harus memproses dan meng-upload berita mengenai perkembangan percobaan sektor ganda campuran yang sudah sepekan dipasangkan. Salah satu progress yang sering dibicarakan netizen bahkan jajaran pelatih adalah chemistry ku dengan kak Kevin kini terlihat ada perkembangan bahkan digadang-gadang mampu menjadi pemain XD secara permanen.

Dengan botol plastik di tangan yang dijadikannya mic, mba Wid memandu permainan dengan asal. "Pertandingan persahabatan antara MD FC dan MS FC akan segera dimulai, kali ini bersama saya dan bung Ucok Alibaba yang akan menemani kawan-kawan sekalian." katanya yang mengundang gelak tawa. "Menurut bung Ucok nih, gimana peluang masing-masing tim untuk pertandingan hari ini?" Mba Wid menyodorkan botolnya.

"Di atas kertas sih komposisinya lebih unggul MS FC mbak." kata bang Ucok sambil memegang kertas pembungkus gorengan. "Soalnya anak MS banyak yang ngga jomblo, udah pada berhasil ngebobol hati cewek." tambahnya yang sontak dihadiahi lemparan sandal oleh beberapa anggota tim MD. Kayak dirinya udah sold out aja.

Peluit pun ditiup, permainan dimulai. Tim MD terlihat lebih tertantang dan bersemangat untuk memenangkan pertandingan setelah diledek bang Ucok. Saking semangatnya, bukannya menendang bola, mas Nayaka justru menendang sepatu berlogo centangnya yang terlepas. Membuat kegunaan bola dipertanyakan karena akhirnya yang digiring malah sepatu mahal itu.

Sedangkan tim MS justru berjaga di daerahnya sendiri tanpa menyerang, bahkan beberapa dari mereka berjaga sambil menikmati burcangjo yang diwadahi plastik agar mudah disedot. Kalo kata Imen, "Males ah lawan tim jomblo." Yang tentu mendapat slepetan sarung gajah duduk milik mas Jom. Entah apa faedahnya main bola sambil ngalungin sarung, coba nanti aku tanyakan kalau ingat dan kalau ngga lebih dulu diserang kantuk.

Pertandingan berdurasi 2×15 menit itu berakhir dengan skor satu-satunya dari tim MS yang didapatkan dari gol bunuh dirinya Leo. Cowok yang lebih muda setahun dariku itu kesal karena tidak ada gol sama sekali dan mengorbankan tim sendiri untuk kepuasan batin. Setelah sesi menyerang Leo secara dadakan, kami menuju ruang makan untuk sarapan. Meski tadi udah abis burcangjo se-termos, kami tetap bertekad menghabiskan jatah nasi.

Orang Indonesia mah belom makan nasi dianggep belom makan, ye. Menu hari ini adalah sayur sop dengan tempe orak arik dan sambal kecap. Perpaduan yang sangat pas di pagi yang lumayan dingin ini.

Saat akan meletakkan sesendok sambal di piring, sebuah tangan merebutnya. Aku tak akan mmebiarkan dia menang. Adegan rebutan sambal pun tak bisa dielakkan hingga sebuah suara menghentikan aksi kami. "Mbok ya dibagi dua astaghfirullah, itu sambel sesendok penuh lu habisin sendiri gue yakin ntar siangan langsung mules." ucap mas Jom yang masih dalam antrian untuk mengambil lauk.

"Dih gue mah ngga ngaruh. Siapa cepat dia dapat!"

"Yang makan bukan lo doang kali." ketus lawanku dalam perebutan sambal tadi.

Mas Jom yang geram akhirnya merebut sendok tadi untuk diletakkan di piringnya sendiri lalu pergi. Sebelum kemarahanku keluar, ia kembali berucap, "Noh di pojok ada. Minum dah tuh sampe mules."

Sia-sia dong aku memperjuangkan sambel tadi?

Tanpa basa-basi aku langsung membawa semangkuk sambal yang ditunjuk mas Jom tadi lalu membawanya kabur menuju meja paling ujung. Bodo amat dicariin yang lain, yang penting perut kenyang hati senang.

"Beneran mau lo abisin ini sambel? Maruk bener."

Aku yang akan melahap sendok kedua sarapanku langsung mendongak dengan tatapan sinis, berniat agar orang itu sungkan untuk mengajakku bicara karena sedang menikmati makanan. Tak seperti yang aku harapkan, cowok itu justru membalik arah sendokku yang sudah terisi nasi dengan potongan wortel dan tempe diatasnya lalu melahapnya. "MAKANAN GUEEEEEE!!! IH JIJIK LO MAAAHHH!!!"

Teriakanku sontak menjadi perhatian semua orang di ruang makan, dari yang tertawa sampai terheran-heran karena tidak mengetahui penyebabnya. Sementara si pelaku yang tidak lain adalah seorang Kevin Sanjaya kini duduk manis di depanku sambil meneruskan sesi makannya tanpa peduli orang lain. Kampret kan!

Jeje yang baru selesai mengambil bagiannya langsung duduk di sebelahku dan tertawa, "Baru juga dijulukin pasangan teradem, ehh ribut perkara sambel." katanya yang kuabaikan. Namun bukan Jeje namanya kalau berhenti mengangguku. Dia justru meminta kak Kevin untuk bertukar tempat duduk dengannya agar kami baikan. Bukannya baikan, cowo asal Banyuwangi itu malah memukuli lengan yang kupakai untuk menyandarkan kepalaku yang entah kenapa terasa berat. Faedahnya? Hanya dia yang tau.

"Lo ada niatan ke Bandung, Tar? Kan abis ini ada jatah liburan mumpung free turnamen." tanya Jeje setelah menghabiskan makanannya yang kujawab dengan gendikan bahu. "Sama gue yok? Aa gue baru balik dari Sweden, lumayan kan lo gue kenalin ke bule lokalan."

"Gue ngga se-ngenes itu ya sampe dijodoh-jodohin."

Jeje tertawa lagi lalu ganti menanyai kak Kevin. "Kalau lo kak? Kayanya engga sih ya secara Mak Bapak lo lagi disini."

"Itu tau, ngapain nanya?"

"Yakan basa-basi kambing! Males ah lo kek kanebo kering, gue balik dulu ya, Tar!"

Jeje meninggalkanku bersama kak Kevin yang masih menikmati sarapannya. Aku juga masih sih, tapi tinggal dikit. Suasana ruang makan juga udah lumayan sepi karena banyak yang balik ke asrama setelah menuntaskan sarapannya. Aku mempercepat laju makanku agar dapat segera meninggalkan situasi yang canggung ini.

Saat akan mengembalikan piringku yang sudah kosong, akhirnya manusia medok itu bersuara. "Nganggur ngga?"

"Hari ini iya sih, kenapa?"

"Mau gue ajak jalan."

"Ke?"

Dia bangkit dari duduk lalu meletakkan piring kosongnya diatas piringku, "Nganter ini piring, kalo lo nganggur cuciin punya gue ya."

"SIALAN!"

𝘿𝙞𝙛𝙛𝙚𝙧𝙚𝙣𝙘𝙚 | Lagi Di RevisiWhere stories live. Discover now