1-3 : Hari yang Menyenangkan, Seharusnya

492 53 2
                                    

"Bagaimana para saksi? sah?"

"Sa-

"NGGAAAKKK!!!"

plak

"Gini nih akibat lanjut tidur setelah sholat, ati-ati dikelonin syaiton lo."

Mataku masih berusaha menerima cahaya yang masuk, sementara suara mbak Mar masih terus berkicau. Mengatakan segala kepercayaan orang dahulu terkait tidur setelah sholat subuh.

Ah, mimpi seperti itu lagi. Kemarin, aku bermimpi mendatangi sebuah pernikahan yang cukup mewah. Dan hari ini, aku yang justru menjadi mempelai wanita di acara akad dalam sebuah masjid. Sepertinya besok aku akan mimpi memiliki anak kalau genrenya masih sama.

Setelah sepenuhnya sadar, ku sandarkan punggung pada dinding tepat di belakangku. "Ketiduran ih," jawabku sembari menjepit rambut, bersiap menuju kamar mandi.

"Mimpi nikah ya lo?"

Langkahku yang akan menuruni kasur tentu terhenti saat itu juga, membuatku berhadapan dengan mbak Mar yang duduk di pinggiran kasurnya, "Mbak ngintip mimpiku ya?!"

"Mana ada ngintip mimpi anjir! Nebak aja gue mah. Btw, denger-denger lo ada pacar?"

Tidak ada yang mengetahui status terkiniku selain kak Kevin, dan seingetku dia sepakat untuk tidak membuka hubungan ini dulu. Lalu dari mana lagi gosip yang terdengar lebih meyakinkan itu?

"Ngada-ngada, kata siapa?"

Bahu mbak Mar diangkat bersamaan, "Sumber aslinya nggak tau sih, gue denger dari pak Pehong."

Perbincangan pun diakhiri sebab hapenya berdering kencang sekali, dari siapa lagi kalau bukan mas Reza--pacarnya. Huh, kapan aku bisa blak-blakan ngebucin di depan orang-orang?

Dirinya sendiri aja belum siap. Emang suka ngawur.

Langkah ringanku berjalan menyusuri lorong asrama yang ramai dengan kaum hawa pelatnas. Bau parfum tercium dari segala arah yang membuatku pusing karena bercampur menjadi satu. Rutinitas di hari Minggu, mereka akan pergi entah kemana dan dengan siapa untuk berbuat apa.

Dan beruntungnya aku di setiap penghujung pekan tidak lagi teronggok di kamar menunggu seseorang mengajak pergi ke luar, karena ya... maklum sudah ada pawangnya (meski harus sembunyi-sembunyi sih).

Melewati lorong ramai sama dengan harus bersiap menunda-nunda langkah menuju tujuan karena harus mampir (atau merecoki) ruang kamar yang aku lewati. Kali ini, targetku ruangan Jeje.

"Assalamualaikum sobatku, mau kemana nih?" tanyaku sambil bersandar di pintu yang terbuka lebar dengan handuk di bahu. Sudah seperti kernet metromini yang menggaet penumpang.

Jauza selaku kawan sekamar Jeje lebih dulu menyauti, "Dikira jalan-jalan cuma buat yang punya gandengan kali."

Aku tertawa lepas melihat ekspresinya yang sangat jengkel terhadap pertanyaanku. Sambil menyomot anggur yang terletak di meja samping pintu, ku sodorkan lagi sebuah pertanyaan sebelum benar-benar pergi dari sana. "Bilang aja kalian mau ngedate kan? Latihan punya pacar."

Tepat setelah menelan bulatan kemerahan tadi, Jeje mulai melepas sebelah sandalnya untuk dilempar. Naas, aku sudah pergi dari sana, menyebabkan sandal itu tergeletak di lorong tanpa mengenai sasaran.

Hari ini akan menjadi hari yang menyenangkan. Sebab di pagi hari, aku sudah punya korban. Haha!

Kegiatan mandi sudah ku selesaikan beberapa menit yang lalu. Dan sekarang, di depan cermin, nampak lah sesosok gadis dengan rambut sebahu yang sudah dijepit jedai. Kaos putih pendek dengan celana jeans baby blue panjang menjadi outfit hari ini.

𝘿𝙞𝙛𝙛𝙚𝙧𝙚𝙣𝙘𝙚 | Lagi Di RevisiDove le storie prendono vita. Scoprilo ora