Bab 28 - Kissing

4.6K 146 0
                                    

Berada di pelukan Arka membuatnya semakin merasa nyaman malam yang dingin tergantikan dengan hangatnya pelukan pria itu, sesekali pria itu mencium puncak kepala wanita, mereka berdua duduk berdua di taman rumah ke diaman orang tua Alena.

"Jadi, kamu ini Marisa?" tanya Arka di temani senyumannya.

"Bukan, aku Alena," ucapnya seraya menatap Arka.

"Sama saja sayang, mau kamu Marissa ataupun Alena aku tetap mencintai kamu," Alena tersenyum mendengarnya ia suka kalimat Arka barusan.

"Kamu makin cantik aja ya," pipi Alena memerah bak kepiting rebus mendengar penuturan Arka barusan.

"Omdud sudah berani menggombal ternyata ya,"

"Gombal ke pacar sendiri bolehkan?" katanya seraya meraih pinggang Alena membawanya ke dalam dekapannya kembali.

"Aku mau nanya sesuatu sama kamu boleh?"

"Kamu ini seperti orang baru kenal aja, bertanyalah sayang, apapun pertanyaan kamu pasti akan aku jawab," ucap Arka.

"Sejak kapan kamu mengenal Andin?" Arka terdiam sejenak, menarik nafasnya panjang, menghembuskan perlahan.

"Kamu ingat, kita pernah berjumpa di Jogja untuk pertama kalinya waktu itu yang ribut soal taksi," Alena mengangguk, ia mengingat pertemuan mereka memperebutkan taksi di jalanan.

"Kamu mengira aku mengikuti kamu,"
"Memang iya kan?"
"Tidak, aku menjenguk adikmu yang sedang di rawat rumah sakit." ujarnya.

Arka mulai bercerita, menceritakan awal pertemuannya bertemu Andin di taman, ia melihat seorang anak gadis tengah menangis sendirian lalu Arka menghampirinya, memperkenal dirinya dan mencoba menjadi teman tempat berbagi cerita keluh kesahnya, bukan hanya teman melainkan sekaligus menawarkan dirinya menjadi kakak untuk gadis itu.

"Katanya kakaknya tidak mau bertemu dengannya, jadi Andin selalu merasa tidak mempunyai teman," ucapnya yang berhasil membuat Alena mengerutkan dahinya, ia merasa tidak seperti itu.

"Kata siapa.. dia saja yang tidak mau bertemu denganku, jadi jangan salahkan aku," Alena membela diri

"Tidak ada yang menyalahkan mu, sayang," kata Arka membenarkan perkataannya.

"Tapi cara bicara omdud seperti menyudutkan aku," Alena melipat kedua tangannya karena sebal.

"Baiklah, aku minta maaf," Arka mengalah ia tidak ingin membuat wanitanya marah.

Percuma saja berdebat dengan Alena, ia pasti akan kalah lebih baik Arka mengalah tidak ada gunanya juga berdebat.

"Dimana ayah dan bunda kamu, sudah dua jam disini aku tidak melihat mereka?" tanya Arka seraya melihat sekelilingnya.

"Mungkin ke rumah sakit menemani Andin, aku bingung kenapa aku tidak di perbolehkan menjenguk Andin?" Alena masih penasaran tapi sayangnya Arka sendiri tidak memiliki jawaban untuk pertanyaan wanitanya barusan.

"Mereka pasti punya alasan tersendiri,"

"Memangnya apa alasannya, kamu pasti tahu kan alasannya?"

"Tidak,"

"Jangan bohong,"

"Aku tidak berbohong sayang, aku benar-benar tidak tahu apa-apa tentang mengapa kamu tidak di perbolehkan menjenguk adikmu sendiri,"

Alena diam percuma saja ia merengek tidak akan ada hasil, dan sepertinya Arka memang benar-benar tidak mengetahui apapun. Sudahlah lagi pula ia sekarang tidak ingin terlalu memikirkan tentang adiknya tapi secepatnya Alena akan mencari tahu semuanya sendiri.

"Tatap aku," Alena menatapnya

"Ada apa sih, pengen banget di tatap sama aku," katanya yang berhasil membuat Arka tersenyum.

"Hanya ingin melihat wajah cantikmu, diam jangan bergerak," ujarnya seraya menangkup wajah Alena.

Matanya menatapnya lebih dalam, degupan jantung keduanya bergemuruh lebih cepat seketika Arka mencium bibir Alena, mendapatkan ciuman di bibirnya Alena memutuskan untuk memejamkan matanya bahkan ia juga membalas ciuman Arka.

Arka menyudahi ciumannya menyadari jika Alena hampir saja kekurangan oksigen karena aksinya barusan.

***

Terimakasih..

My Boyfriend Is Duda (END)Where stories live. Discover now