Bab 20 - Pernyataan

3.5K 167 1
                                    

Karena dunia butuh sang rembulan dan mentari, begitupun juga dengan ku yang membutuhkanmu.

---

Matahari telah terbenam di ufuk nya, setengah bola dunia mulai disinari sang rembulan, sang rembulan begitu indah menerangi kegelapan malam. Dua anak manusia masih saja setia dengan aktivitas nya, siapa lagi kalau bukan Arka dan Alena yang kini tengah duduk berdua di taman yang dipenuhi lampu lampion indah.

"Kamu suka?" tanya Arka.
"Suka ternyata omdud tau juga yah tempat sekeren kayak gini," ucap Alena seraya tersenyum manis.

"Ini belum seberapa, tempat ini akan lebih indah kalau kita datang kesini sore hari," ujarnya.

"Sore-sore?"
"Iya, nanti kita bisa lihat senja,"
"Beneran?"
"Iya,"
"Ya udah nanti kalau kita kesini lagi datangnya agak sorean aja,"
"Boleh."

Kepala Alena mulai letih tanpa ia sadari ia menyandarkan kepalanya ke bahu kanan Arka, memejamkan matanya yang mulai sayu.

"Kamu cantik, dan juga baik apa aku salah jika aku mencintaimu."

***

Setengah jam kemudian mereka masih duduk seraya menikmati angin malam, Arka tak sungkan memandangi wajah Alena yang di sampingnya beberapa kali pria itu menyelipkan anak rambut Alena bahkan sekarang keduanya tengah saling pandang.

"Al kamu tahu kan bahwa aku bukan pria ABG labil?'' ucap dan tanya Arka seraya menatap manik mata Alena.

"Iya aku tahu omdud," katanya seraya tersenyum manis.
"Kamu suka deg-degan enggak kalau dekat sama aku?"
Alena nampak berpikir keras, "Biasa aja sih, tapi kadang juga pernah sih nervous," ucapnya.
"Kalau seandainya aku dekat sama wanita lain kamu cemburu enggak?"
"Jangan..," ucapnya yang berhasil membuat Arka percaya diri.

Alena tidak suka Arka dekat dengan wanita lain, cukup kemarin saja pria itu menghindarinya dan memilih dekat dengan rekan kerjanya, Alena cemburu melihatnya dan ia sudah berkata jujur pada Arka jika ia cemburu, sangat cemburu jika Arka dekat dengan wanita lain.

"Berarti kamu cinta kan sama aku,"
"Iya emang aku cinta sama Omdud, kan udah pernah kita omongin hal itu." ujar Alena.

Arka merendahkan tubuhnya, berlutut di depan Alena, ia tersenyum menatap mata lentik milik wanita yang kini tengah ia tatap dengan penuh keyakinan.

"Omdud ngapain sih, berdiri ah jangan kayak gini," pintanya.

"Maukah kamu menjadi teman hidupku Alena," katanya seraya mengeluarkan sebuah liontin di hadapan Alena.
"

Omdud berdiri.. malu dilihatin banyak orang," ujarnya yang memperhatikan sekelilingnya beberapa orang lain, memerhatikan Arka yang sedang berlutut di hadapannya.
"Aku enggak akan berdiri sebelum kamu jawab terlebih dahulu pertanyaan aku," kata Arka dengan tulus.
"Iya.. iya aku mau, mau jadi teman hidupnya kamu." jawabnya.

Senyum sumringah tercetak di bibir Arka, "Beneran kamu mau enggak lagi bercanda kan?" tanyanya memastikan seraya menggenggam tangan Alena.

"Iya omdud aku mau," seraya mengulas senyumnya.

Sekali lagi Arka merasa bahagia mendengar jawaban dari Alena. ia memasangkan kalung liontin ke leher jenjang wanitanya dan membawa Alena ke dalam pelukannya memberikan ciuman ringan di dahinya.

Seminggu sudah Alena resmi berpacaran dengan Arka bukan hanya berpacaran mereka juga telah sepakat untuk melanjutkan kejenjang yang lebih serius, dan Arka sudah berjanji ia akan menunggu Alena menyelesaikan kuliahnya.

Tapi kini Arka harus mendadak pergi ke Jogjakarta karena ada hal penting yang tidak bisa ia pending, Alena menolak diajak untuk ikut bersamanya ke Jogja, ia lebih memilih di Jakarta rasanya malas saja kembali lagi ke tempat lahirnya.

***

TBC.

My Boyfriend Is Duda (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang