Bab 14 - Pria baik

3.7K 184 2
                                    

Malam yang sunyi menemani kesunyian diantara keduanya, hanya cahaya sang rembulan dan bintang yang menemani lamunan anal dua manusia yang masih terduduk di taman kota.

Malam ini pikiran Alena benar-benar di buat tidak karuan, di tambah dengan kejadian di tempat laknat barusan, Alena masih tidak percaya seseorang yang dia anggap baik nyatanya sama saja seperti para pria bajingan hidung belang yang berkeliaran di luar sana.

"Ayo kita pulang," kata itu mampu membuyarkan semua lamunan Alena.

"Kalau omdud mau pulang, pulang aja. Aku masih pengen disini," jawabnya.

Alena butuh waktu untuk menyendiri, tapi Alena juga bisa melihat dengan jelas wajah datar di wajah pria yang kini masih berada di sampingnya.

"Dia benar-benar pergi? Tega sekali pria itu meninggalkan ku sendiri di taman sendirian." benaknya berbicara saat ia melihat Arka pergi begitu saja.

Alena mengusap wajahnya dengan kasar seraya menundukkan kepalanya menatap tanah, ah! Sial kenapa ia menyuruhnya pergi? Alena pulang dengan siapa coba, dasar bodoh.

Selang beberapa menit, Alena merasakan tubuhnya menghangat. Melihat dengan jelas jas hitam milik siapa yang kini telah menempel sempurna di tubuhnya.

Ia melihat ke sampingnya yang ia dapati ialah pria itu lagi. Dia tidak jadi pergi, Arka hanya pergi sebentar untuk mengambil jas hitam miliknya yang terdapat di mobil.

"Omdud?"
"Kamu pikir saya bakalan ninggalin kamu disini?" katanya seraya menatapnya.

"Aku bukan Pria yang labil ya, yang ninggalin wanita sendirian di taman sebesar ini." ucapnya sekali lagi.

Sangat keren ucapan Arka barusan berhasil membuat Alena tersenyum mendengarnya seketika ia memeluk Arka berhasil membuat sang pemilik tubuh terdiam seketika.

Wanita itu menangis di pelukannya, ia tumpahkan semua rasa ketakutannya, ia juga tidak perduli kemeja milik pria itu mulai basah karena tangisannya. Jujur saja, kalau bukan karena Arka entahlah apa yang akan terjadi pada Alena di tempat laknat itu.

***

Arka di buat nervous mendapatkan pelukan dari Alena sampai berhasil membuat jantung berdebar lebih cepat mungkinkah Alena bisa mendengar debaran jantungnya di dalam sana.

"Sudah jangan menangis, tenang saja ada saya disini," hanya kata itu yang mampu Arka ucapkan.

"Aku takut..," rengekannya seraya mempererat pelukannya.

Arka mulai mengelus rambut hitam panjang Alena yang terurai entah setan apa yang membuat tangannya berani menyentuh rambut Alena. Sejujurnya Arka sedikit merasa khawatir jika ada seseorang yang melihat keduanya berpelukan apalagi dengan keadaan Alena yang sedari menangis, bisa-bisa orang mengira Arka melakukan hal buruk kepada Alena.

"Sudah jangan nangis terus nanti saya dikira menculik kamu lagi,"

"Semua orang enggak akan mengira kayak gitu kali omdud, ya kali orang mau menculik pelukan dulu," sarkas Alena.

"Ya udah mau sampai kapan kamu nangis sambil meluk saya kayak gini?" mendengar kalimat itu Alena langsung menjauhkan tubuhnya dari Arka.

"Nyari kesempatan dalam kesempitan banget sih omdud," kata Alena berhasil membuat dahi Arka bergelombang mendengarnya.

"Apa kamu bilang? Saya nyari kesempatan, adanya juga kamu yang nyari kesempatan sama saya. Nangis pakai acara meluk-meluk segala..,"

"Nangis ya nangis aja enggak usah meluk-meluk saya! Jadi basah kan kemeja saya," kata Arka ketus.

"Ya udah kali ngomongnya biasa aja enggak usah sewot-sewot kayak gitu!" ujar Alena seraya beranjak dari duduknya.

Arka mengikutinya dari belakang, sedangkan Alena masih terus berjalan tanpa menoleh kebelakang sama sekali, ia sesekali  menghentak-hentak kaki nya ke jalanan beraspal.

"Ngapain sih omdud ngikutin aku terus?" ucapnya seraya menguntit kebelakang.

"Jas saya masih kamu pakai."

Seketika Alena melirik kearah tubuhnya, ia mendapati jas hitam yang masih melekat sempurna di tubuh mungilnya. Alena melepasnya mengulurkan tangannya seraya memberikan jas tersebut kepada Arka.

"Udah sana pergi,"

Bukannya pergi meninggalkannya,  Arka lebih memilih menggendong paksa Alena untuk ikut pulang bersamanya, posisi yang sangat menyebalkan kepala Alena berada di punggung Arka sedangkan kakinya menjuntai ke arah depan.

"Hey lepaskan! Turunin aku, dasar omdud gila," teriak Alena.

"Jangan berisik ayo kita pulang." ucapnya yang kini berjalan dengan susah payah karena bobot tubuh Alena lumayan berat.

Arka membawanya ke dalam mobil Jip yang terparkir di sebrang jalan dengan gerakan cepat ia menjatuhkan pantat Alena m ke jok depan, hingga berhasil membuat sang empu meringis kesakitan.

"Sakit bego! Pelan-pelan bisa enggak sih," umpatnya ketus seraya memegangi pantatnya yang terasa sedikit nyeri.

"Maaf." hanya kata itulah yang Arka ucapkan seraya tersenyum manis, selepas itu ia menjalankan mobilnya.

Dasar pria gila
Pria tua, duda tua bangka
Tidak berprikemanusiaan!

***

TBC

My Boyfriend Is Duda (END)Where stories live. Discover now