Bab 16 - Bangun Jarak

3.6K 194 1
                                    

Arka rasa dirinya sudah seperti remaja labil yang tengah di landa asmara, tengah di landa api kecemburuan. Semenjak melihat dengan jelas Alena bertemu kembali dengan pria brengsek yang diketahui namanya Bara itu perlahan ia mulai membangun jarak dengan Alena.

Entahlah Arka sendiri bingung dengan Alena yang semudah itu mau memaafkan seorang psyco seperti Bara, rasanya ingin sekali Arka memaki-maki pria itu, menghajarnya berkali-kali karena dia telah berani memeluk wanita yang disukainya.

"Ah! Sialan."

Di lagi tambah dengan ucapan Rendy yang semakin membuat hati kecilnya bimbang, apa benar wanita itu terlihat baik dengannya hanya karena ia telah membantu Alena magang di perusahaan keluarganya.

"Bodoh! seharusnya kau tau dia baik hanya membalas budi jasamu saja Arka, kenapa kau tidak peka dengan semua ini. Ck! Kau terlalu mudah memberikan hati Arka." ujarnya pada dirinya sendiri.

Sejujurnya Arka tidak tega melihat wanita itu di himpit dengan permasalahan kantor, tidak ada satupun yang membantunya bahkan dirinya sendiri sudah tidak ingin lagi dekat dengannya.

Arka masih ingat jelas saat di kantor, bagaimana mata Alena yang lentik itu mulai berkaca-kaca saat semua orang menyalahkannya. Retina matanya yang menatap Arka dari kejauhan seperti mengisyaratkan bahwa dirinya benar-benar membutuhkan bantuannya. Tapi persetan dengan semua itu Arka tetap bersikukuh memalingkan wajahnya dari tatapan Alena, ia masih ingat jelas dimana wanita itu mau saja di peluk oleh Bara.

Arka beranjak dari tempat duduknya, menaiki anak tangga satu persatu sampailah ia di kamarnya. Melepaskan dasi yang terikat di kerah kemeja silver yang ia kenakan, melemparkannya sembarangan. Pantatnya mendarat mulus di kasur berukuran king size, retinanya menatap nanar bingkai yang terdapat foto almarhumah istrinya. Namun seketika tatapannya terhenti di sebuah meja kecil yang terdapat helm pink yang mulai mengingatkannya tentang kejadian beberapa bulan silam tentang wanita itu lagi.

"Ah! lupakan dia Arka, dia bukan siapa-siapa mu ingat itu, dia hanya membalas kebaikan mu saja ingat itu," pikirannya mulai kalut kembali rasanya sesak sekali menahan gemuruh di dada yang semakin meletup.

***

Tempat ini sangat ramai, banyak pengunjung berlalu lalang. Bahkan sesekali teman-teman kuliahnya bercanda dan tertawa sangat keras tapi tidak dengan pikiran Alena yang masih melayang melambung tinggi entah kemana, rasanya Alena sudah seperti orang gila bagaimana tidak seperti orang gila pria tua itu membangun jarak dengannya. Apa yang membuatnya membangun jarak dengannya.

Apalagi dengan kejadian ketika Arka lebih memilih mengantar pulang Lisa partner kerjanya di bandingkan Alena.

"Maaf Al aku harus mengantar pulang Lisa, kamu bisa kan pulang sendiri?" kalimat itu seperti sebuah penolakan bagi Alena, sakit rasanya. Aku menghampirinya, tapi dia justru lebih memilih dengan wanita lain.

Alena akui Lisa jauh lebih terlihat dewasa di bandingkan dengannya.

Alena sendiri bingung mendefinisikan perasaannya saat ini. ia merasa semenjak kejadian bertemu dengan Bara semuanya bermula karena terakhir kali sore itu, Alena bertemu dengan Bara yang merengek-rengek meminta maaf dan dalam pikirannya.

Apa salahnya memberi kesempatan untuk seseorang berubah menjadi baik.

Sore itu juga di dalan taksi tidak ada pembicaraan yang lebih diantara mereka, Bara hanya mengantarkannya pulang saja tapi keesokan harinya saat di kantor pria itu bersikap aneh, ia rasa Arka benar-benar membangun jarak dengannya.

My Boyfriend Is Duda (END)Where stories live. Discover now