TENGIL (sebelum end)

270 16 4
                                    

Kebanyakan orang berpikir bahwa melupakan seseorang adalah hal yang tak mudah, mungkin itu bagi orang yang terlalu mengukir banyak kenangan atau bahkan terlalu banyak hal buruk yang membuat mereka harus terus mengingat nya.

Ibarat angin yang kau genggam, semakin kau tutup rapat genggaman tangan mu, maka semakin besar kemungkinan dia menghilang. Itulah dia, orang yang hanya numpang sesaat dalam hidupmu. Jika kau menuntutnya untuk ada disamping mu, maka dia akan berlalu cepat dalam dari hidupmu.

Seperti tangan yang saling menggenggam, setiap pasangan diciptakan dengan segala perbedaan mereka. Tentunya untuk saling melengkapi diri lainnya. Tapi, terkadang karena perbedaan itu juga perpisahan tercipta. Bahkan kecewa ikut andil didalamnya.

"Bapak akhiri pertemuan hari ini, jangan lupa belajar dan kerjakan tugas kalian dengan baik, sekian dan terimakasih, See You later!" Ucap pak Bambang, guru Bahasa Inggris paling nyebelin. //H3h3 nggak deng canda

"Kim dirumah Lo kan?" Tanya Satria.

"Iya, dirumah Kim, nyok kita berangkat!" Levin  semangat.

Setelah memutuskan untuk mengerjakan tugas kelompok dirumah Kimberly, mereka pergi bersama setelah pulang sekolah.

"Kim Lo sama gw!" Ujar Levin. Lalu memberikan helmnya.

"Biar sama gw aja." Goda Satria.

"Gosah, sama gw aja." Levin meraik tangan Kimberly.

Kimberly, gadis itu hanya pasrah, membiarkan tangan kekar Levin menarik paksa tangannya. Seperti seorang kekasih posesif yang tidak mau kehilangan pasangannya saja.

Skip...

"Mereka pada kemana sih? Yang punya rumah malah belom nyampe." Ujar Vania.

Ya, sesuai perjanjian mereka berkumpul dirumahnya Kimberly untuk mengerjakan tugas yang diberikan Bu Susan kemarin lusa. Tapi, apa yang terjadi? Yang punya rumah bahkan belum menampakkan batang hidungnya.

Ketiga anggota lainnya sudah berkumpul, tapi Levin malah meminta Kimberly untuk menemaninya membeli paket internet disebuah konter. Buang-buang waktu. Kan bisa pas pulang Vin... Batin Kim

"Aduh dari mana aja sih Lo berdua? Panas tau nunggu lama..." Protes Hanin, yang kebetulan satu kelompok dengan Kimberly.

"Kenapa nggak masuk sih? Ada Adek gw juga didalam." Kimberly membuka gerbang.

Tak banyak bicara, semua langsung menghambur masuk kedalam rumah Kimberly. Rumah dengan gaya arsitektur klasik, cat putih bersih menampilkan kesan elegan, lampu gantung berwarna emas, serta sofa besar berwarna hitam, benar-benar keren.

"Lo pada mau minum apa? Teh, orange, lemon, ato anggur?" Tanya Kimberly.

"Lo punya anggur?" Tanya Satria.

Kimberly mengangguk.

"Nggak nyangka gw Kim..." Sahut Vania.

"Yelah... Palingan Marjan rasa anggur." Ujar Hanin.

Kimberly hanya tertawa kecil, yang benar saja jika dirumahnya dia menyimpan anggur, bisa-bisa digrebek nanti. Lagian keluarga Kimberly bukan tipikal orang yang suka dengan alkohol atau sebangsanya. Minum minuman soda saja sudah pusing.

"Yaudah deh, gw pengen Lemon." Satria.

"Orange." Vania.

"Minuman rasa cinta ada nggak?" Satria langsung melayangkan bantal kecil yang berada diatasnya sofa kepada laki-laki itu.

"Lo, Nin?" Tanya Kimberly.

"Teh aja."

"Okeh."

POTRET PERSAHABATAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang