DESTINASI HATI

310 21 16
                                    

"Kak Putra!" Ucap Kimberly dan Raline bersamaan.

"Saya tau semuanya!"

"Kakak udah lama?" Tanya Kim.

"Dari tadi saya ngikutin kalian, sejak kalian ngobrol dikelas juga saya ada. Tapi saya nggak masuk, tadinya nggak mau ganggu!"

"Eh, Kim gua duluan ya! Kebelet!"

"Ra!"

Raline berlalu pergi meninggalkan Kimberly yang sedang kebingungan bersama Putra. Pikiran Kimberly sesaat kacau, ia takut sekali jika nanti Putra marah besar. Putra duduk disebelah Kimberly. Kimberly, gadis itu sangat gugup.

"Nggak usah gugup gitu! Santai aja!"

"Hah? Siapa yang gugup! Orang biasa aja kok!"

"Kamu nggak bisa bohong sama saya. Saya tau kamu itu gimana!"

"......"

"Kamu suka sama Levin?"

"Nggak aku sama sekali nggak suka sama dia!"

"Saya percaya kok!"

"Hups... Untung!" Ucap Kim pelan, tapi masih bisa didengar oleh Putra.

"Udah lupain aja! Saya bercanda! Saya nggak ada disana kok!"

"Lagian juga nggak ada apa-apa!" Kimberly berusaha bersikap tenang.

"Nanti pulang sekolah saya tunggu di Gerbang ya! Saya mau ajak kamu jalan dulu!"

Kriiiiinnnggggg....

Bel sekolah berbunyi, dan itu menandakan jika mereka harus masuk ke kelas dan menandakan juga mereka harus berpisah.

"Kamu masuk gih! Udah bel!"

"Kakak nggak masuk?"

"Saya olahraga! Nggak liat saya pake apa?"

Kimberly baru menyadari jika sedari tadi putra sudah memakai celana olahraganya walaupun masih dengan atasan seragam putih. Kimberly beranjak meninggalkan Putra.

Kimberly masuk ke dalam kelas. Raline mantapnya, begitu pun Hanin dan Zahra yang sudah mendengar kejadian di kantin dari Raline.

"Kim Lo gak apa apa?" Tanya Raline.

"KIM LO PUTUS?!" Pekik Hanin.

Semua siswa menatap Kimberly yang sedang mengerutkan kening mendengar ucapan Hanin.

"Yes!" Ucap Levin.

Kini, tatapan siswa beralih pada Levin.

"Kenapa Lo Vin?" Tanya Zahra.

"Gak apa apa."

"Siapa yang putus? Gue sama kak putra masih bareng kok, dan bakalan tetep begitu." Ucap Kim sambil menatap Levin dengan tatapan mematikannya.

Tampak raut kekecewaan terpancar dari wajah tampan Levin. Entah apa yang membuat laki-laki itu terlihat kecewa setelah mendengar penuturan dari Kimberly.

"Lo udah bikin gua sedih!" Levin dramatis.

"Lah! Napa Lo sedih? Lo itu harusnya bahagia liat Kimberly bahagia, kan dia temen Lo!" Ucap Hanin.

"Kimberly itu lebih dari seorang teman bagi gua!" Semua hening. "Gua itu udah kayak Langit mendung kalau tanpa Kim, nggak akan pernah bersinar tanpa Matahari."

"Huuuuu!!!!!!"

"Apaan sih Lo pada!"

Kimberly hanya menggeleng tak percaya dengan ucapan Levin. Menurutnya itu adalah gombalan teralay yang pernah didengarnya.

POTRET PERSAHABATAN [End]Where stories live. Discover now