BUM - 16

726 113 18
                                    

"Sasha kau sudah sadar nak ?" Frans menyeka air matanya yang tak bisa ia cegah karena terlalu bahagia mendapati putri semata wayangnya telah sadar dari masa komanya.

Dengan sigap Frans menekan tombol darurat dan tak lama kemudian seorang dokter yang menangani Sasha masuk ke ruangan itu.

Dokter yang bernama Arya tersebut segera memeriksa keadaan Sasha.
"Apa yang kau rasakan ? Apa ada yang sakit ?"

Sasha menggeleng, namun ia merasa kakinya begitu berat dan tak bisa digerakkan.

"Ka-kaki saya kenapa tidak bisa digerakkan dok ?"

"Sebentar biar saya cek."

Dokter Arya mengeluarkan sebuah alat seperti palu kecil, kemudian ia pukulkan pelan beberapa kali di kaki Sasha.
"Apa kau merasakannya ?" tanyanya namun dibalas gelengan lemah oleh Sasha.

Dokter Arya kembali memukulkan alat tersebut di kaki Sasha namun kali ini sedikit keras dan bertanya untuk yang kedua kalinya.
Akan tetapi jawaban yang Sasha berikan masih sama. Bahwa ia sama sekali tidak merasakan apapun.

Dokter Arya menghela nafas beratnya. Ia menatap Frans yang juga menatap cemas ke arah dirinya.

"Syukurlah, dia telah berhasil melewati masa kritisnya. Sekarang keadaannya sudah stabil. Hanya saja."

"Hanya saja apa dok ? Apa yang terjadi pada putri saya ?" potong Frans cepat.

"Untuk sementara saya mendiagnosa bahwa putri anda mengalami kelumpuhan." Frans terkejut bukan main mendengar penuturan dokter Arya. Sama halnya dengan Sasha yang mendengar percakapan kedua orang tersebut.

"Lumpuh dok ?" dokter Arya mengangguk membenarkan.

"Saya harap anda kuat. Saya permisi." ucap dokter Arya sebelum berlalu dari ruangan itu. Sedangkan Frans masih terdiam dalam keterkejutannya. Hingga suara isakan gadis kecilnya menyadarkannya.

Hiks...

Hiks...

"Sasha lumpuh yah, Sasha tidak bisa berjalan lagi." ucapnya dengan suara bergetar, beberapa detik kemudian isakan pelan mulai terdengar dari bibirnya.

"Sasha tidak mau begini, Sasha tidak ingin lumpuh !" Isak tangis Sasha semakin keras terdengar di ruangan itu. Tangannya tak berhenti ia gunakan untuk memukul kedua kakinya, sampai Frans harus menahan kedua tangan putrinya itu.

"Cukup sayang, jangan lakukan itu !"

Frans merengkuh putri semata wayangnya yang terus meronta ke dalam pelukannya. Ia tahu Sasha pasti terpukul dan belum bisa menerima keadaannya. Begitu pun Frans ia tak menyangka nasib putrinya akan menjadi seperti itu.
Apakah ini semua adalah harga yang harus ia bayar atas semua dosanya di masa lalu ?

Katty, maafkan aku. Batin Frans berujar.

Ia yakin almarhumah istrinya pasti sangat sedih melihat keadaan putrinya seperti itu. Dan menganggapnya sebagai ayah yang gagal menjaga anaknya.

"Tenanglah, apapun yang terjadi ayah akan selalu bersamamu."
Frans membelai lembut surai hitam milik Sasha. Menenangkan gadis kecilnya hingga perlahan tak lagi terdengar suara isakan dari Sasha. Hanya terdengar nafasnya yang teratur menandakan ia tertidur. Perlahan Frans kembali membaringkan tubuh Sasha ke tempat tidur. Ia menatap sendu wajah pucat putrinya yang pasti merasa sedih dan tertekan.

Frans mendongakkan kepalanya agar air matanya tidak luruh. Ia tidak  boleh terlihat lemah di hadapan putrinya, ia harus kuat karena hanya dirinyalah sumber kekuatan Sasha.

Frans hanya harus terus memberikan semangat untuk putrinya agar tidak putus asa dan mau melanjutkan hidupnya. Walau pun dengan keadaan yang tidak lagi sama. Akan tetapi Frans yakin, suatu saat nanti Sasha pasti akan kembali bisa berjalan seperti dahulu.

Benci Untuk MencintaWhere stories live. Discover now