BUM - 14

1K 131 41
                                    

Tit....

Raya menoleh pada sebuah mobil yang melaju pelan di sampingnya. Tiba-tiba mobil itu berhenti ketika melihat Raya juga berhenti.

"Hei gadis manis." sapa sang pengemudi setelah menurunkan kaca mobilnya.

Raya tersenyum kecil untuk membalas sapaan Kaysan. Hatinya tertawa miris, apa ia masih pantas disebut gadis ? Pikirnya.

"Kau mau kemana ?"

"Pulang." jawab Raya singkat.

"Hm... Apa kau ada waktu sebentar ? Ada yang ingin aku bicarakan denganmu."

Raya melirik jam yang melingkar di pergelangan tangannya. Jam menunjukkan pukul lima sore, itu berarti ia masih punya waktu satu jam sebelum harus kembali ke rumah Mondy.
Raya mengangguk kecil, setelah itu ia masuk ke dalam mobil Kaysan.

"Kau ingin kita kemana ?" ucap Kaysan di tengah aktivitas mengemudinya.

"Terserah." ucap Raya datar.

"Dasar wanita." gumam Kaysan pelan tapi masih dapat di dengar Raya.

Tak lama Kaysan membelokkan mobilnya ke sebuah cafe. Ia dan Raya masuk ke cafe itu dan memilih tempat yang agak sepi agar lebih nyaman dan tenang.

"Jadi hal apa yang ingin kau bicarakan ?"

Kaysan terkekeh geli.
"Tidak bisakah kita pesan makan dulu ? Aku lapar sekali."

Raya mendengus kesal melihat tingkah pria di depannya ini. Tidak tahukah dia Raya tidak punya banyak waktu. Dengan terpaksa Raya menuruti kemauannya.

"Wajahmu pucat sekali, kau sakit ya ?"

"Tidak, aku hanya sedikit lelah." balas Raya datar sambil terus membolak-balikkan menu.

Setelah pesanan mereka datang Kaysan mulai menyantap makanannya sedangkan Raya hanya memperhatikan pria itu memakan makanannya. Karena ia merasa tak lapar sama sekali.

"Sebenarnya apa yang ingin kau bicarakan ?" tanya Raya lagi. Kaysan meletakkan sendok dan garpunya, kemudian menatap Raya serius.

"Kemarin saat aku melewati rumahmu. Aku melihat tulisan di pagar bahwa rumah itu telah disita. Bagaimana bisa ?"

Tatapan Raya berubah menjadi sendu. Dan perubahan ekspresi Raya itu menjadi jawaban bagi Kaysan bahwa memang ada sesuatu yang terjadi pada gadis di hadapannya itu.

"Bisnis paman bangkrut. Semua aset paman juga disita." jawab Raya lemah. Kaysan tampak terkejut mendengarnya mengingat kiprah Frans dalam dunia bisnis sudah cukup lama dan usaha yang dibangunnya juga cukup besar.

"Jadi bagaimana kabar paman Frans dan juga putrinya ?"

"Paman baik walau waktu itu ia sempat terkena serangan jantung, tapi keadaannya sudah berangsur pulih."
Raya menghela nafasnya pelan.

"Sasha mengalami kecelakaan dan sekarang sedang dirawat di rumah sakit." lanjutnya lagi.

"Aku turut prihatin mendengar kabar ini. Maaf karena aku tidak ada disini saat kau kesulitan." ucap Kay menyesal. Karena kemarin ia baru saja pulang dari luar negeri untuk membantu bisnis ayahnya.

"Ray, kapanpun kau butuh bantuan datanglah padaku, aku akan selalu siap untuk membantumu." ucapnya lagi.

Raya melirik tangan kanan Kaysan yang telah bertengger di atas tangan kirinya. Lelaki itu mengusap tangan Raya lembut. Raya tersenyum kecil dan mengangguk pada pria di hadapannya itu. Ia bersyukur diantara banyak orang diluar sana yang selalu membenci dan menghinanya masih ada pria baik seperti Kaysan yang mau menjadi temannya.

Benci Untuk MencintaWhere stories live. Discover now