Tips 7: Mencoloklah Di Depan Gebetan

679 101 4
                                    

H-2 jalan barengnya dengan Raldi akan terealisasikan!

Maka dari itu, gadis berambut sebahu tersebut tak hentinya mengoceh tentang apa saja yang harus dia persiapkan ketika berhadapan dengan Raldi. Mengingat selama ini literaturnya tak jauh-jauh dari novel roman picisan dan cenderung tidak menyukai buku-buku berat, maka dia berkonsultasi pada Retta saat ini di kantin sekolah.

"Buku apa ya enaknya?" tanya Shafiya sembari meneguk es teh manisnya sampai tandas. "Lo ada saran?"

Retta---yang tak pernah lepas dengan modul PKN STAN meski jam istirahat---memutar bola matanya tanda ia sedang mengingat sesuatu.

"Ah! Gue ada ide. Bukunya Tan Malaka, aja. Keren-keren tau meskipun dicap buku 'kiri'." usulnya seraya menjetikan jari. Kemudian, gadis berkacamata minus itu mengedarkan tatapannya ke sepenjuru kantin. Setelah dirasa aman, barulah ia mendekat ke arah Shafiya. "Gue yakin seratus persen Kak Raldi bakalan tau. Dan mungkin, dia akan kagum sama lo karena nggak semua anak zaman sekarang---mau baca buku berbau politik, dialektika, ekonomi, matrealisme punya Tan Malaka."

Mencebikkan bibir sebal, Shafiya menggeleng. "Ih, gue aja nggak tau siapa Tan Malaka. Yang gue tahu mah, novelis-novelis roman kayak Erisca Febriani, Wulanfadi, Bayu Permana---"

"Shut up, Shaf. Ada Kak Raldi." Retta buru-buru mendekatkan jari telunjuknya ke bibir Shafiya. Gadis tersebut mengedipkan sebelah matanya berkali-kali ke arah jam dua belas.

Shafiya yang peka terhadap 'kode' pemberian Retta, lekas melayangkan tatapan ke arah yang ditunjuk.

Benar saja, segerombolan anggota formatur OSIS tengah berjalan memasuki kantin dengan langkah penuh wibawa.

Ditto---sebagai ketua OSIS yang sebentar lagi lengser jabatan---berada di barisan terdepan mengomandoi teman-temannya menuju salah bangku kantin yang lenggang.

Tak terkecuali Raldi yang menjabat sebagai sekretaris II OSIS, melangkah beriringan di sisi gadis berjilbab yang diketahui Shafiya sebagai Marsha.

"Gila, Kak Raldi berwibawa banget." Tiba-tiba, pasokan oksigen di sekitarnya terasa menipis ketika berdekatan dengan Raldi, lututnya mendadak lemas seperti jeli. Ditambah debaran jantungnya yang berpacu di luar batas normal, membuat Shafiya komat-kamit merapal doa agar dirinya tidak salah tingkah.

"Shaf-Shaf, makin deket ke meja kitaaa." Retta menguncang bahu Shafiya panik. "Calm down, jangan salting, oke? Kayaknya mereka mau duduk di meja itu deh," komentar Retta seraya mengerling  ke meja di samping mereka yang kosong melompong.

"Tuh kan, tuh kan. Lo bener, Ret." Shafiya menyikut lengan sahabatnya lirih.

Gadis berambut sebahu tersebut menahan napas saat dilihatnya Raldi---dengan dokumen-dokemen OSIS yang entah apa---duduk di meja sebelahnya sembari melontarkan seulas senyum manis yang ditujukan kepada Ditto. Bukan Shafiya, tentu.

Namun, Shafiya salah kaprah. Ia beranggapan senyum Raldi itu diutarakan kepadanya. "Hai juga, Kak Raldi," sapa gadis itu malu-malu.

Menoleh singkat, Raldi membalas dengan anggukan kecil. Lalu, memusatkan fokus kepada ketua OSIS yang akan memimpin jalannya diskusi.

Marsha yang mengamati gerak-gerik Raldi terhadap Shafiya, refleks menyikut perut sekretaris OSIS II itu sebal. "Heh, kok gitu doang!?" bisiknya sinis.

"Terus gimana?" Raldi meringis sembari samar-samar mengirimkan tatapan jengkel.

"Sambil senyum!"

Memutar bola matanya gusar, ia menurut saja. Toh, sebenarnya ia juga tidak ingin membuat Shafiya menangis seperti tempo hari yang lalu.

"Hai juga, Shafiya." Balasan tak terduga Raldi sukses membuat Shafiya spontan menoleh. Mata gadis berambut sebahu itu membelalak tak percaya, lengkap dengan ekspresi speechless yang menggemaskan.

"Kak Raldi barusan nyapa aku!?"

"Iya." Kemudian, atensi pemuda berkulit kuning langsat itu kembali terarah pada Ditto. "Buka dulu diskusinya, To."

Mengarahkan tatapan penuh selidik kepada Shafiya dan Raldi secara bergantian, pemuda ber-name tag Adittio Reyhan itu menyeringai jahil. "Oke-oke," jawabnya dengan tawa tertahan.

Setelah berdeham singkat dan kerap kali menghela napas, ketua OSIS itu mulai buka suara. "Jadi ya, seperti yang lo semua tahu ... acara FKS Dharma Bakti mepet banget sama pemilihan ketua OSIS periode terbaru. Jaraknya cuma dua bulan."

Hening. Semua anggota formatur sibuk menyimak penuturan sang Ketua OSIS dengan cermat.

"Dua bulan udah termasuk perekrutan kandidat. Nyiapin sekian ratus kertas suara untuk pencoblosan, tinta sebagai hasil telah mengikuti pemilihan, persiapan outdoor berupa panggung untuk para calon adu visi-misi, dan banyak sebagainya." Ditto menatap serius satu persatu anggotanya. "Kalian yakin bisa nyiapin semua itu dalam jangka waktu dua bulan? Minus persiapan FKS?"

"Yakin," seru Raldi optimisme. "Kita ini team. Kita teamwork. Kerja sama, kekompakan, dan saling komunikasi adalah kunci keberhasilan sebuah teamwork. Kita kerjain semua bareng-bareng, saling bahu-membahu menyukseskan terselenggaranya acara. Kita itu SATU. OSIS SMA Dharma Bakti."

Bahu Shafiya terasa melorot mendengar penuturan ketua panitia Festival Kesenian Sekolah iti. Ia sendiri juga heran, kenapa setiap kata yang diucapkan Raldi terdengar berkesan di matanya? Seperti magis. Ada mantra tersembunyi. Apa karena ia sedang dimabuk asmara?

"Yap. Dua bulan cukup, kok. Setelah acara FKS selesai minggu depan, H-2 kita adain rapat seluruh anggota OSIS."

Ditto mengangguk, sementara jari telunjuknya mengetuk-etuk  meja kantin. "Boleh. Nanti kita sebarin berita pemilihan ketua OSIS periode 2018-2019, pengumuman resminya nanti H-14, tanggal segitu baru sebar pamflet."

Tips 7: Mecoloklah di depan gebetan.

Terlintas di benaknya tips 7 cara mendekati gebetan. Entah setan atau dedemit mana yang merasuki dirinya, tanpa pikir panjang, Shafiya menyela ucapan Ditto. Tangan kananya terangkat mengintrupsi. "Kapan Kak pendaftaran ketua OSIS dibuka?"

"10 September 2016. Kenapa?"

"Aku jadi kandidat pertama yang daftar."

Sontak, ketujuh anak manusia yang duduk berdekatan di meja kantin tersebut melonggo memandangi Shafiya. Raut keterkejutan tak bisa disembunyikan dari wajah seluruhnya.

Terlebih, Retta yang memekik syok. "LO ABIS KEPENTOK APA, SHAF!?"

***

Shafiya's Note

Pengalaman berorganisasi Shafiya:
1. Ekskul Menulis (anggota pasif dan berujung terdepak dari ekskul).
2. IPTEK!? Ikatan Pelajar Tanpa Ekskul.

Kenapa gue sampai seberani itu dengan nyalonin diri jadi ketua OSIS?

Almarhum mama pernah bilang, jodoh itu cerminan diri. Kalau Shafiya baik, nanti jodohnya juga ikutan baik.

Jadi, mari gue analogikan. Gue kepengen berjodoh dengan Kak Raldi. Kak Raldi itu organisatoris, idealis, aktivis, independen, kritis, observan, lah gue!?

Jadi. Gue HARUS KAYAK KAK RALDI. MEMPERBAIKI DIRI.

TAPI, APA GUE SEBUCIN ITU DENGAN BELA-BELAIN DAFTAR OSIS?

SIAPA GUE?

ANGGOTA OSIS? BUKAN!

TETAPI, DEMI KAK RALDI, GUE HARUS BISA BERUBAH!

***

Panduan Mendekati GebetanWhere stories live. Discover now